Holmes Tak Ingat Telah Membunuh
NEW YORK – Tersangka pembunuhan massal di Aurora, Colorado, Amerika Serikat (AS), James Holmes, mengaku tidak ingat bahwa dirinya telah membunuh banyak orang. Pengakuan itu diungkapkan Holmes kepada petugas penjara.
“Dia mengklaim bahwa dia (Holmes) mengaku tidak mengetahui kenapa dia berada di penjara,” kata seorang petugas penjara kepada New York Daily News pada Kamis (26/7). “Dia bertanya, ‘Kenapa saya di sini’,” tanya Holmes. Holmes mengaku tidak mengetahui insiden pembunuhan massal terhadap 12 orang dan melukai 58 orang lainnya saat menonton film Batman.
Anehnya, Holmes juga mengaku sakit perut karena makanan yang disediakan di penjara. “Dia mengeluh sakit perut,” tutur sipir penjara. “Dia mengklaim bahwa dia tidak menyukai makanannya,” imbuhnya.
Pertanyaannya saat ini apakah Holmes memang berbohong atau Cuma menjalan skenarionya sendiri? Seorang sipir penjara yang enggan disebutkan namanya menyatakan semua cerita Holmes mengenai kehilangan ingatan adalah bohong belakang. “Dia harus menyimpan aktingnya untuk juri karena tidak ada seorang pun yang mau membelinya,” kata sipir itu. “Semua orang menganggap dia itu seorang penipu.”
Saat ini Holmes dipenjara di bagian sel isolasi. Itu dilakukan untuk mencegah dia melukai narapidana lainnya dan mengantisipasi kemungkinan bunuh diri. Selain itu, Holmes juga selalu mengenakan rompi anti-peluru untuk menghindari kemungkinan serangan balasan dari pihak lain.
Sebelumnya pembunuh yang mengaku sebagai “Joker” itu menghadiri sidang di Pengadilan Arapahoe pada Senin (23/7). Dia banyak tampak bengong dan bingung ketika berada di persidangan tersebut. Tatapan matanya kosong. Padahal, gayanya sangat eksentrik dengan rambut berwarna orange.
saat ini apakah Holmes memang berbohong atau Cuma menjalan skenarionya sendiri? Seorang sipir penjara yang enggan disebutkan namanya menyatakan semua cerita Holmes mengenai kehilangan ingatan adalah bohong belakang. “Dia harus menyimpan aktingnya untuk juri karena tidak ada seorang pun yang mau membelinya,” kata sipir itu. “Semua orang menganggap dia itu seorang penipu.”
Sementara, Kepala Federasi Polisi Amerika Serikat Hubert Williams menyerukan pengecekan lebih ketat terhadap pembeli senjata. Seruan itu diungkapkan setelah satu pekan Holmes mampu memiliki empat senjata yang dibelinya secara legal. Dia tidak menyerukan Undang-Undang (UU) baru, tetapi menyerukan mengetatan aturan yang sudah ada.
“Amerika terhuyung-huyung setelah tragedi ini. Banyak orang terkejut kenapa dan bagaimana ini dapat terjadi? Terus apa yang bakal dilakukan untuk mencegah insiden selanjutnya,” kata Williams dikutip AFP di Washington. “Penegakan hukum sangat sepakat pada posisi ini,” ujarnya. “Kita meminta untuk hukum yang sudah ada untuk ditegakkan bagi orang-orang yang membeli senjata.”
Federasi Polisi juga menyerukan larangan penjualan amunisi dalam jumlah besar. “Melihat apa yang terjadi di Aurora, Colorado, di mana Holmes mampu membeli amunisi dalam jumlah besar,” tutur Williams. Padahal, amunisi yang dibeli Holmes itu biasanya digunakan untuk berperang di medan tempur. Faktanya, amunisi itu dapat jatuh ke tangan warga sipil.
Sementara itu, menurut Kepala Polisi Baltimore, James Johnson, UU yang ada hanya mampu mengatur 60% penjualan senjata yang dijual oleh penjual resmi. Sisanya, kata dia, dijual tanpa pengecekan, baik melalui internet atau pun pameran senjata.
“Bagaimana membayangkan separuh transaksi senjata di negara ini terjadi tanpa adanya pertanyaan tanya jawab,” terang Johnson. “Itu sama seperti membiarkan 40% penumpang pesawat melintas tanpa proses prosedur keamanan bandara. Tentunya itu sangat buruk sekali.”
Sebelumnya Presiden AS Barack Obama pengetatan persyaratan mengenai kepemilikan senjata. Pengetatan yang dipinta Obama adalah pemeriksaan para calon pembeli senjata berdasarkan akal sehatnya. Dia juga siap bekerjasama dengan Partai Republik yang dikenal menolak pengetatan pembelian senjata. (andika hendra m)
Komentar