Dunia Khawatirkan Senjata Kimia Suriah

DAMASKUS – Dunia mengkhawatirkan penggunaan senjata kimia oleh rezim berkuasa Suriah di tengah keterdesakan mereka menghadap pemberontak dan tekanan asing. Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama kemarin memperingatkan Presiden Suriah Bashar al-Assad bahwa jika menggunakan senjata kimia bakal menjadi “kesalahan tragis”. Kecaman Obama itu setelah Assad menegaskan bahwa mereka memiliki cadangan senjata kimia dan akan menggunakannya jika diserang oleh negara lain. Penegasan itu setelah pasukan pemberontak telah menguasai sebagian besar wilayah Damaskus pasca pertempuran berat selama satu pekan terakhir. ”Kita ingin meminta kejelasan kepada Assad mengenai cadangan senjata kimia. Kita menegaskan padanya bahwa dunia terus memantaunya,” kata Obama di depan para veteran AS di Nevada, dikutip AFP. “Mereka akan dimintai pertanggungjawaban oleh komunitas internasional dan AS, mereka akan membuat kesalahan tragis dengan menggunakan senjata-senjata itu.” Bukan Cuma Obama, Sekjend Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon mengatakan gagasan menggunakan senjata kimia adalah sesuatu yang tercela. “Semua negara memiliki kewajiban untuk tidak menggunakan senjata pemusnah massal, apakah mereka adalah pihak-pihak yang tidak terikat dengan konvensi atau kesepakatan,” kata Ban. Kemudian, Israel telah menyatakan keprihatinan mengenai nasib persenjataan Suriah. Perdana Menteri (PM) Israel Benyamin Netanyahu berbicara mengenai ancaman besar bahwa gudang-gudang senjata akan jatuh ke tangan kelompok Syiah Islam Lebanon, Hezbollah. Sebagai sekutu utama Suriah, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan perang sipil yang berlarut-larut seharusnya para pemberontakan diijinkan untuk menumbangkan Assad dari kekuasaan. “Kita sangat khawatir jika kepemimpinan (Suriah) saat ini digulingkan dari kekuasaan secara inkonstitusional, maka oposisi dan kepemimpinan saat ini mungkinan akan mengubah tempat,” kata Putin dikutip kantor berita Interfax. Dia memperingatkan tidak ada yang dapat memprediksi berapa lama perang sipil bakal terjadi. Sementara pemimpin oposisi Suriah, Abdel Basset Sayda, memperingatakan adanya kemungkinan rezim Assad bakal menggunakan senjata kimia. “Rezim yang membunuhi anak-anak, memperkosa perempuan, mereka bisa saja menggunakan senjata kimia,” kata Syada kepada kantor berita Anatolia. Reaksi dunia itu hanya beberapa jam setelah juru bicara kementerian luar negeri Suriah Jihad Makdissi memberikan pengakuan implisit pertama dari Damaskus bahwa mereka memiliki simpanan senjata kimia. “Senjata itu disimpan dengan aman, Suriah tidak akan pernah menggunakannya untuk melawan rakyat mereka sendiri tetapi hanya dalam kasus agresi asing,” kata Makdissi dikutip BBC. Ditambahkan oleh Makdissi, para jenderal yang akan memutuskan kapan dan bagaimana para tentara Suriah bakal menggunakan senjata kimia tersebut. Para pemberontak juga menuding Assad telah memindahkan senjata kimia ke perbatasan negara itu. Seperti diungkapkan Dewasn Nasional Suriah (SNC) pemindahan senjata kimia untuk menekan komunitas internasional. “Kita berada pada komando bersama Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) sangat mengetahui di mana lokasi dan posisi senjata itu,” demikian pernyataan SNC. “Kita juga tahu bahwa Assad telah memindahkan beberapa senjata itu dan perlengkapannya ke bandara-bandara di perbatasan.” Selanjutnya, sebagai solusi politik, kubu oposisi tetap mencari solusi politik. “Kita mempertimbangkan transisi yang sama seperti terjadi di Yaman setelah berbulan-bulan berkonflik dengan mantan presiden Ali Abdullah Saleh,” juru bicara SND George Sabra. Ketika ditanya siapa figur yang bakal memimpin transisi? “Suriah memiliki tokoh patriotik baik di pemerintahan dan militer yang dapat mengambil peran penting itu,” jawabnya. Hanya saja, dia tidak menjelaskan siapa figur yang dimaksud. Pertempuran terjadi di Aleppo, dimana pasukan pemberontak mengklaim mereka telah menguasai sebagian wilayah kota itu. Ada pula laporan-laporan yang tidak dapat dikonfirmasi dari para aktivis di kota Homs bahwa pasukan keamanan mengancam akan menyerbu penjara pusat di kota itu. Laporan terbaru menurut para aktivis kemarin mengungkapkan sedikitnya 25 orang tewas, termasuk 24 warga sipil. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford