Perang Sipil Pecah di Suriah
DAMASKUS– Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) kemarin secara resmi menyebut Suriah saat ini dalam status perang sipil atau perang saudara dengan skala penuh.
Pernyataan resmi itu ditegaskan Kepala Pasukan Penjaga Perdamaian PBB Herve Ladsous, setelah pekan lalu Sekretaris Jenderal PBB Ban Kimoon yakin bahwa perang sipil hampir terjadi di Suriah. “Ya, saya kira kami dapat mengatakan (Suriah) mengalami perang sipil.Jelasnya,apa yang terjadi adalah Pemerintah Suriah telah kehilangan sebagian wilayahnya, beberapa kota telah dikuasai oposisi dan mereka ingin mengambil alih kembali,” kata Ladsous dikutip AFP.
Menurut Ladsous, terjadi peningkatan kekerasan di Suriah. Dia juga mengindikasikan terjadi perubahan yang signifikan. Ladsous merupakan pejabat tinggi di bawah Sekretaris Jenderal PBB yang percaya bahwa terjadi perang saudara di Suriah. Ladsous juga mengungkapkan kondisi para pemantau di Suriah.Dia menyatakan bahwa sekitar 300 pengamat yang tergabung dalam misi PBB menghadapi risiko keamanan yang berat.
Para pemantau bekerja di tempat di mana tidak ada perdamaian yang dapat diamati dan seharusnya dapat menyimpulkan situasi yang sebenarnya. Namun, pernyataan itu dibantah Kementrian Luar Negyeri Suriah yang menyatakan, negara mereka dalam kondisi memerangi teroris. Sementara, Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius memaparkan akan mengajukan pemberlakukan Chapter 7 PBB yang bakal mengotorisasi penggunaan kekuatan terhadap Suriah.
“Zona larangan terbang adalah opsi lain yang dibahas,” ujar Fabius. Fabius menuturkan akan mengajak Menteri Luar Negeri Rusia untuk membahas kemungkinan pemberlakukan Chapter 7 itu. Posisi para pemantau PBB di Suriah semakin sulit. Mereka juga mereka ditembaki dan terpaksa memutar balik ketika sedang berupaya untuk mencapai Kota Haffa di Suriah utara. Mereka mengatakan, lemparan batu menghentikan mereka untuk memasuki Haffa dan ketiga mobil ditembaki saat meninggalkan tempat itu.
Namun, tidak satu pun pemantau yang berada dalam mobil terluka. Utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah, Kofi Annan,dilaporkan sedang berupaya untuk menggelar konferensi internasional terbaru untuk membahas Suriah namun belum ada rincian para peserta konferensi maupun tanggal pelaksanaannya.
Juru bicara Kofi Annan, Ahmad Fauzi, mengatakan bahwa Annan sudah meminta agar negara-negara yang memiliki pengaruh atas Suriah melipat tangan dan mendesak kedua pihak di Suriah mewujudkan rencana perdamaian yang sudah disepakati untuk menghentikan kekerasan. Tak mengherankan jika Amerika Serikat (AS) semakin pesimistis dengan misi PBB di Suriah.
AS memandang Pemerintah suriah dan oposisi tidak bakal melaksanakan mandat PBB yang berakhir pada Juli mendatang.Negara-negara besar juga sedang mencari cara terbaik untuk mengakhiri pertumpahan darah di Suriah. “Jika tidak ada gerakan yang terlihat, maka akan sulit untuk memperpanjang misi yang justru membahayakan bagi para pengamatnya di lapangan,” kata Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dikutip Reuters.
Hillary malah menuding Rusia, sekutu utama Suriah, membantu meningkatkan eskalasi kekerasan dengan mengirimkan helikopter kepada pasukan militer Presiden Bashar al-Assad. Langkah AS dan sekutunya untuk memberikan sanksi melalui Dewan Keamanan PBB selalu dijegal oleh Rusia dan China. Tudingan itu langsung ditanggapi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang balik menuduh AS mempersenjatai oposisi Suriah. ●andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/503088/
Komentar