Penahanan Staf ICC - Libya Ajukan Syarat Pembebasan

SYDNEY – Staf Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) berkewarnegaraan Australia, Melinda Taylor, bakal dibebaskan asalkan dia membeberkan lokasi buronan otoritas keamanan Libya. Buronan itu adalah Mohammed Ismail yang memainkan peranan penting dalam masa pemerintahan diktator Muammar Khadafi. Juru Bicara Pemerintah Libya Mohammed Al-Hareizi mengatakan,Taylor bakal dibebaskan jika dia memberikan informasi mengenai Ismail. “Kita sangat menginginkan buronan ini. Dia sangat penting karena pria itu sangat berbahaya bagi kita,” katanya kepada Australia Broadcasting Corporation (ABC). Al-Hareizi mengklaim Taylor telah bertemu Ismail yang memberikan sepucuk surat untuk disampaikan kepada Saif al-Islam, putra mahkota Khadafi. Petugas keamanan Libya menuding Taylor membawa pena yang berfungsi sebagai kamera dan mencoba memberikan surat dari Ismail kepada Saif al-Islam.“Taylor telah bertemu Ismail yang memberinya surat di suatu tempat. Saya tidak tahu tempatnya,” katanya dikutip AFP. Ketika ditanyakan apakah perempuan berusia 36 tahun itu bakal dibebaskan jika dia membeberkan di mana persembunyian Ismail,Al-Hareizi menjawab: “Ya.Ya. Kami tak punya masalah dengan perempuan ini. Kami hanya ingin mendapatkan informasi darinya, setelah itu dia bakal dibebaskan.” ABC melaporkan bahwa Taylor sempat mewawancarai Saif al-Islam. Saat itu seorang petugas keamanan juga ikut mengawasi. “Dia (Taylor) berbicara dengan katakata kasar kepada kami. Dia juga berbicara dengan Saif. Dia berkata kepadanya: ‘Anda tidak bersalah’,” kata Al-Hareizi. Al-Hareizi menjamin bahwa Taylor dalam kondisi aman. Tapi,Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr menuturkan, pihaknya sangat memberikan perhatian serius terhadap kasus itu. Sebelumnya Carr telah meminta kepada Deputi Kementerian Luar Negeri Libya Mohammed Abdel Aziz untuk membebaskan Taylor dan koleganya. Australia juga meminta akses terhadap empat orang tersebut. “Kami memiliki akses yang terbatas atas informasi yang kami inginkan,” kata Carr kepada Sky News. Sementara,menurut Ketua Brigade Zintan Ajami al-Ateri, empat staf ICC dipindahkan ke sebuah penjara.“Mereka ditahan pada Kamis (7/6) dan menjalani penahanan sementara selama 45 hari,” kata Ateri kepada BBC. Dia menegaskan, pemindahan itu atas perintah jaksa agung dan kementerian pertahanan. Juru Bicara Perdana Menteri (PM) Libya Abdurrahim El-Keib, Nasser al-Manaa, menegaskan bahwa hubungan pemerintah dengan ICC tidak boleh mengintervensi keamanan nasional. “ICC tidak dapat mengintervensi kepentingan nasional kita,” ujar al- Manaa. Delegasi kedua ICC juga telah tiba di Libya untuk membebaskan mereka.Tapi, upaya mereka sepertinya sulit karena pemerintah pusat Libya tidak memiliki posisi tawar yang kuat untuk menekan brigade militer Zintan. Sementara, sebuah konvoi Duta Besar Inggris ditembaki di Kota Benghazi pada Senin petang (11/6). Kedutaan Inggris menyebutkan, dua pengawal terluka dan mendapatkan perawatan medis. andika hendra m http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/502762/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford