Pemilu Presiden Mesir-Shafiq Diperkirakan Menang
KAIRO — Rakyat Mesir kemarin memberikan suara dalam pemilu hari kedua untuk memilih presiden pertama setelah diktator Husni Mubarak turun dari jabatannya 2011 lalu.
Dalam pemilu presiden putaran kedua ini kandidat partai Islam Mohammed Mursi bersaing dengan mantan pejabat di era Mubarak,Ahmad Shafiq. Siapa pemenang pemilu putaran kedua? Dalam pandangan Hassan Nafaa, pakar politik yang menentang Mubarak, semua institusi kehakiman, militer,dalam negeri dan luar negeri, serta keuangan mendukung Shafiq. Menurut dia,sangat sulit untuk menghapus semangat keberpihakan terhadap Mubarak.
Namun, kubu liberal sepertinya bakal memberikan dukungan terhadap Mursi. Menurut Nafaa,itu disebabkan untuk mencegah kemenangan Shafiq. Dia memperingatkan Mesir bakal kembali menjadi ‘deep state’ (negara penentang terorisme, padahal penggerak terorisme). ”Saya yakin Mesir tidak lagi menjadi ‘deep state,” katanya,kepada Reuters. Sementara itu, ancaman boikot mewarnai pemilu presiden putaran kedua ini.
Sejumlah aktivis terlihat menyebarkan seruan boikot di sejumlah lokasi di Kairo. BBC melaporkan antusiasme dalam pemilihan putaran kedua tampak lebih sedikit dibandingkan dengan putaran pertama dan terjadi seruan boikot atau merusak surat suara.Pada pemilu putaran kedua sangat sedikit pemilih muda yang mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) selama Sabtu (16/6) hingga kemarin. Di sisi lain optimisme pemilu juga masih tampak dari kalangan aktivis Islam.
”Kita harus memilih karena pemilu kali ini sangat bersejarah,” kata Amr Omar, aktivis pemuda. ”Saya akan memilih Mursi,minimal dia bakal membongkar tirani mantan kepemimpinan Mubarak.” Sebenarnya pemilu presiden ini dilakukan di tengah ketidakpastian politik setelah Dewan Militer (SCAF) membubarkan parlemen.Keputusan itu diambil setelah Kamis (14/6) lalu Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa pemilu parlemen tahun lalu melanggar Undang-Undang Dasar.
Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa pemilu legislatif tidak konstitusional karena diputuskan hakim yang berada dalam kekuasaan Mubarak. Sementara itu, SCAF menegaskan pada Sabtu (16/6) bahwa parlemen negara tersebut sudah dibubarkan. Pejabat tinggi di parlemen Mesir mengatakan ia menerima surat dari dewan militer, berisi pemberitahuan bahwa parlemen hasil pemilu pertama pasca- Mubarak ini resmi dibubarkan.
Mursi yang merupakan kandidat presiden Ikhwanul Muslimin (IM) menyebutkan bahwa keputusan itu tidak sah dan merupakan kudeta terhadap demokrasi.Kondisi itu mendorong warga Mesir untuk melindungi revolusi mereka setelah Dewan Tinggi Militer menyatakan parlemen tidak sah dan dibubarkan pada Sabtu (16/6) lalu.
Perselisihan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa dewan militer berupaya untuk mengonsolidasikan kekuasaan dan menentang demokrasi yang dituntut dalam demonstrasi tahun lalu. Shafiq, yang pernah menjadi perdana menteri di akhir kekuasaan Mubarak, dalam kampanyenya menyatakan bahwa akan mengembalikan stabilitas dan hukum. Tetapi, kritik menyebutkan dia merupakan figur yang mewakili rezim Mubarak.
Sementara itu,Mursi menggambarkan dirinya sebagai revolusioner dan berperan dalam gerakan yang menurunkan Mubarak, dan menjanjikan reformasi ekonomi dan politik. Dia juga mengurangi sikap religius yang keras sebagai upaya untuk menarik kelompok liberal dan minoritas.
Partai Kebebasan dan Keadilan (FPJ) menang hampir separuh kursi di pemilu legislatif pada 2011. Dalam pemilu presiden putaran pertama bulan lalu, Shafiq meraih posisi kedua dengan perolehan suara sebesar 23,7% dan Mursi 24,8%. Hasil pemilu putaran kedua akan diumumkan pada 21 Juni, tetapi diperkirakan akan lebih cepat dari jadwal. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/504080/
Komentar