Abbas Bakal Bertemu Mofaz

RAMALLAH– Presiden Palestina Mahmud Abbas bakal menggelar perundingan dengan wakil Perdana Menteri (PM) Israel Shaul Mofaz pada Minggu (1/7). Perundingan itu bakal menjadi titik setelah membekunya negosiasi perdamaian di antara kedua belah pihak.“Presiden Abbas bakal bertemu dengan Mofaz pada Minggu di Ramallah atas permintaan Mofaz,” kata negosiator Palestina, Mohammad Eshtayeh, kepada radio resmi Palestina. Pertemuan itu bakal menjadi negosiasi paling tinggi antara pejabat Israel dan Palestina sejak 12 Mei silam, saat negosiator Israel Yitzhak Molcho bertemu dengan Abbas untuk menyampaikan surat PM Israel Benjamin Netanyahu. Eshtayeh mengatakan kepada Voice of Palestine bahwa pertemuan itu merupakan bagian dari standar dialog Abbas dengan berbagai pihak.“Pertemuan seperti itu bukan hal baru. Dalam kerangka pemikiran Abbas bahwa keterlibatan berbagai aktor dari komunitas Israel dan Yahudi itu penting,” papar Eshtayeh.“Presiden Abbas akan mendengarkan ide Mofaz.Tapi, kami rasa dia tidak akan memberikan ide politik yang bisa kami sepakati. Kami tidak memperhitungkan pertemuan semacam itu ataupun yakin kalau Pemerintah Israel bisa menawarkan sesuatu yang serius terhadap proses perdamaian.” Juru Bicara Mofaz enggan berkomentar mengenai laporan itu.Tapi,kantor berita Palestina, WAFA, menyatakan penasihat Abbas, Nimr Hammad, mengonfirmasi mengenai pertemuan pada Minggu itu. Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Negosiator Palestina Saeb Erakat. Dia menegaskan bahwa pertemuan itu menjadi negosiasi tertinggi antara kedua belah pihak. “Kami ingin meningkatkan ekspektasi atau menurunkannya.Ini bukan pertemuan sebagai negosiasi. Salah satu yang bertanggung jawabatasnegosiasiituadalahPM Israel,”katanya dikutipReuters. Sebelumnya Mofaz menegaskan pada bulan ini bahwa dia inginbertemudengan Abbasuntukmenghidupkankembaliproses negosiasi dengan Palestina. Meskipun banyak pihak yang pesimistis dengan proses perundingan menjelang pemilu presiden AS pada November silam. Mofaz merupakan Ketua Partai Kadima yang bergabung dengan koalisi PM Netanyahu. Koalisi Kadima dan Netanyahu itu sebagai koalisi terbesar dalam sejarah Israel. Karena itu, para komentator menyebutkan koalisi itu menyebabkan Netanyahu bebas untuk menentukan apakah akan berdamai dengan Palestina atau tidak. andika hendra m http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/507009/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford