Suu Kyi Raih Gelar Dr (HC) dari Oxford

LONDON – Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi bakal mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa (HC) dari institusi pendidikan paling bergengsi di Inggris, Universitas Oxford. Di kampus itu pulalah, Suu Kyi pernah mengenyam pendidikan di masa mudanya. Ikon demokrasi Myanmar itu bakal mendapatkan Doktor Kehormatan dalam bidang hukum simpil pada 20 Juni mendatang atau satu hari setelah ulang tahunnya ke 67 tahun. Gelar doktor itu bakal disandang sebelum dia memberikan pidato kehormatan di depan parlemen Inggris. Peraih Nobel Perdamaian itu sebenarnya dianugerahi gelar kehormatan oleh Oxford pada April 1983. Tapi, statusnya sebagai tahanan rumah menjadikan Suu Kyi tidak dapat meneriman gelar itu. “Kita sangat senang bahwa Suu Kyi akhirnya kembali ke kampus dan mendapatkan kesempatan yang sangat spesial,” kata Wakil Rektor Oxford Profesor Andrew Hamilton dikutip AFP. Suu Kyi pernah belajar filsafat, politik dan ekonomi di Kampus St Hugh di Universitas Oxford pada 1964-1967. Dia tinggal di salah kota di Inggris selatan bersama suaminya sebelum kembali ke Myanmar pada 1988. Hingga, dia menghabiskan sedikitnya dua dekade berada di tahanan rumah di Yangon pada masa pemerintahan junta militer. Kini, Suu Kyi dapat menghirup bebas setelah dibebaskan dari tahanan rumah dan mendapatkan paspornya kembali. Setelah terpilih sebagai wakil rakyat, Suu Kyi berencana mengawali kunjungan luar negerinya pada pekan depan. Sementara itu, rakyat Myanmar telah menikmati bebasnya iklim demokrasi di negara itu. Demonstrasi pembatasan jatah listrik yang dilakukan para aktivis menjadi suatu hal yang memusingkan bagi pemerintah dan juga menjadi sebuah kesempatan positif. Pada Kamis (24/5) lalu, polisi terpaksa membubarkan demonstrasi di kota Pyi, Myanmar tengah. Aksi pembubaran itu masih standar jika dibandingkan dengan kekejaman yang dilakukan pada junta militer. “Jika mereka menginginkan kita menghentikan demonstrasi, seharusnya mereka menyediakan listrik selama 24 jam,” kata K Lwin, mahasiswa yang berusia 20 tahun. “Saya benci pemerintahan terdahulu. Pemerintahan sekarang seharusnya lebih baik, tetapi mereka harus lebih baik lagi,” imbuhnya dikutip Reuters. Para demonstran menuding mantan pemerintah junta militer yang menjual gas alam ke China. “Ada banyak pasokan listrik di China. Hal sebaliknya terjadi di sini,” demikian salah satu tulisan pada spanduk milik para demonstran. Kritik tajam rakyat Myanmar terhadap China membuat Beijing berang. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengatakan perusahaan China harus menghormati hukum dan aturan yang berlaku di Myanmar. “Kemarahan rakyat Myanmar karena impor energi China dari Myanmar,” kata Hong. Demonstrasi penuntut penolakan pemadaman listrik itu sebagai aksi unjuk rasa terbesar sejak kerusuhan para biksu 2007. Media mendapatkan keuntungan atas longgarnya pengawasan dengan pemberintaan mengenai demonstrasi itu. “Sebagian besar media mingguan mempublikasikan foto dan berita mengenai demonstrasi,” kata Thiha Saw, editor majalah bisnis Myanma Dana. “Masalah listrik itu tidak dapat diselesaikan dalam satu hari atau satu pekan. Itu dibutuhkan perencanaan matang.” (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford