Ketua Partai Komunis yang Dipecat Melawan
BEIJING – Mantan Ketua Partai Komunis Beijing, Chen Xitong, melakukan perlawanan terhadap kasus yang menjeratnya. Kasus itu sebenarnya terjadi sebelum pemecatan Bo Xilai yang menghebohkan dunia internasional.
Chen sempat menjadi pusat skandal terbesar di ibu kota China dan hingga kini masih menjadi kontroversi. Chen dipecat dari jabatannya sebagai Ketua Partai Komunis di Beijing pada 1995. Sialnya, dia jebloskanya ke penjara. Para pengamat menduga kalau kasus Chen itu terkait sikapnya yang bersikeras untuk maju menjadi kandidat presiden melawan Presiden Jiang Zemin yang berkuasa pada 1993-2003.
Chen pernah menjabat sebagai Walikota Beijing ketika demonstrasi mahasiswa menyerbu ibu kota China pada 1989. Hingga klimaksnya pada mahasiswa 4 Juni 1989 ketika mahasiswa menguasai Lapangan Tiananmen sebagai basis mereka. Saat itu terjadilah pembantai mahasiswa dan warga sipil oleh militer.
Kini, beberapa hari menjelang peringatan ke 23 kerusuhan Tiananmen, Chen membantah tuduhan korupsi dan keterlibatannya pada 1989. Pernyataan Chen itu diungkapkan dalam sebuah buku yang mengupas mengenai dirinya. Buku itu juga mengungkit kasus Bo Xilai, Ketua Partai Komunis Kota Chongqin. Sebelum kejatuhannya pada Maret, Bo menyebut kasus yang melibatkan keluarga sebagai “sekumpulan omong kosong” yang dibuat oleh musuh-musuhnya.
Chen memberikan kesaksian dalam buku berbahasa China yang bakal dipublikasikan di Hong Kong. Reuters berhasil mendapatkan kopiannya buku tersebut dahulu. “Ini merupakan kegagalan hukum terburuk yang melibatkan pemimpin tinggi sejak Revolusi Kebudayaan atau 1989, Ini sebagai kegagalan hukum yang menggelikan,” kata Chen.
Kasus korupsi dan penyalagunaan kekuasaan yang melibatkan Chen membuatnya dihukum selama 16 tahun penjara pada 1998. Pada 2004 lalu, Chen mendapatkan pembebasan bersyarat karena alasan medis.
Sebenarnya, kasus Chen itu sangat sulit membedakan motif politik. “Dalam pertarungan kekuasaan, segala cara bakal dihalalkan. Tujuannya adalah untuk mengamankan kekuasaan,” kata Chen dalam bukunya. Dia juga membantah ketidakloyalan terhadap Presiden Jiang. “Tapi saya tidak melakukan apapun dalam perebutan kekuasaan. Tak peduli dengan apa yang mereka pikirkan,” katanya merujuk kepada para penuduhnya.
Chen yang bakal menginjak usia 82 tahun pada Juni nanti memberikan bantahan terhadap kasus korupsi dalam serangkaian wawancara dengan Yao Jianfu, mantan pejabat dan peneliti. “Ini merupakan tokoh pertama yang menceritakan insiden Tiananmen dari persepsi seseorang yang dianggap bertanggungjawab terhadap kerusuhan itu,” demikian ungkap aktivis Bao Pu. “Chen Xitong merasakan bahwa dia sepertinya menanggung beban kesalahan atas kerusuhan Tiananmen.” Wawancara Chen itu dilaksanakan pada 2011 dan 2012.
Para analisis menganggap kasus Chen dan Bo memiliki kemiripan. Bo dijatuhkan setelah mantan kepala polisian di kota Chongqin, Wang Lijun, melarikan diri ke konsulat Amerika Serikat pada Februari. Sebelum skandal itu pecah, Bo merupakan kandidat yang maju perebutan posisi penting dalam kekuasaan tertinggi China.
Wang mengatakan kepada para diplomat AS bahwa mereka percaya bahwa istri Bo, Gu Kailai, diduga terlibat dalam pembunuhan pengusaha Inggris, Neil Heywood. Bo dipecat dari jabatan partai pada April lalu. (andika hendra m)
Komentar