Presiden Myanmar Bertemu Pemberontak Etnik
YANGON – Presiden Myanmar Thein Sein bertemu dengan para pemimpin pemberontak etnik Karen pada Sabtu (7/4). Itu menjadi pertemuan pertama antara kedua belah pihak untuk meningkatkan upaya perdamaian dalam konflik terlama di dunia.
Delegasi Persatuan Nasional Karen (KNU) bertemu dengan Thein Sein di ibukota Naypyidaw. Pertemuan itu sebagai kelanjutan pertemuan para pemberontak dengan para menteri di Yangon pada Jumat (6/4).
Seorang anggota kelompok negoisasi damai yang hadir dalam pertemuan itu mengatakan perundingan itu bersifat “hangat dan terbuka”. Sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu mengatakan para pemimpin KNU sangat terkejut dan puas karena untuk pertama kalinya mereka bertemu dengan presiden. “KNU menyatakan mereka akan melanjutkan perundingan dengan pemerintah hingga mencapai titik temu. Mereka juga menyarankan agar kelompok etnik lainnya juga berunding untuk perdamaian,” kata sumber itu dikutip AFP.
Enam delegasi yang terdiri dari anggota sayap militer itu menggelar pertemuan itu selama 90 menit. Para petinggi KNU dijemput dengan penerbangan khusus untuk bertemuan dengan presiden.
“Presiden menjelaskan perundingan sikap terhadap kelompok etnik bersenjata,” ujar seorang mediator yang ikut dalam pertemuan itu kepada Reuters. “Dia mengatakan kepada mereka bahwa dulu saat menjadi prajurit bahwa kelompok etnik bersenjata dianggap sebagai musuh. Tapi setelah menjadi presiden, dia menganggap mereka sebagai saudara.”
Kemudian, menurut Aung Naing Oo, institut pembangunan Vahu yang berbasis di Bangkok, perundingan itu sangat signifikan. “Kelompok yang bertemu dengan presiden merupakan mereka yang sangat kritis terhadap rezim militer,” kata Oo dikutip AFP. “Pastinya ada pertemuan itu bakal membangun kepercayaan yang tinggi. Pertemuan itu juga menunjukkan pemerintah memang ingin berunding dengan banyak kelompok etnik lainnya.”
Menurut pejabat Pemerintah Myanmar, empat menteri ikut mendampingi delegasi KNU di Naypyidaw. Saya pikir presiden menggelar pertemuan itu sebelum delegasi KNU bertemu dengan Aung San Suu Kyi,” kata pejabat yang tidak disebutkan namanya itu.
Setelah bertemu dengan Thein, para petinggi KNU itu kemarin bertemu dengan Aung San Suu Kyi. Pertemuan itu untuk menagih janji pemimpin pro-demokrasi Myanmar yang telah meraih kemenangan mutlak pada pemilu sela itu. Suu Kyi berjanji untuk mewujudkan rekonsiliasi dengan seluruh kelompok etnik di Myanmar. Suu Kyi juga masih dianggap sebagai pemimpin yang dihargai di kalangan minoritas.
KNU merupakan organisasi yang menguasai wilayah kecil. Mereka merupakan etnik minoritas. Sebagian besar anggota KNU tinggal di Negara Bagian Karen. Mereka tinggal di pengungsian di sekitar perbatasan dengan Thailand.
Selain dengan KNU, pemerintah Myanmar juga telah menandatangani kesepakatan perdamaian dengan pemberontak di negara bagian Kachin. Kesepakatan damai itu dipercaya dapat memperlukan sanksi dari Amerika Serikat dan Eropa terhadap Myanmar.(andika hendra m)
Delegasi Persatuan Nasional Karen (KNU) bertemu dengan Thein Sein di ibukota Naypyidaw. Pertemuan itu sebagai kelanjutan pertemuan para pemberontak dengan para menteri di Yangon pada Jumat (6/4).
Seorang anggota kelompok negoisasi damai yang hadir dalam pertemuan itu mengatakan perundingan itu bersifat “hangat dan terbuka”. Sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu mengatakan para pemimpin KNU sangat terkejut dan puas karena untuk pertama kalinya mereka bertemu dengan presiden. “KNU menyatakan mereka akan melanjutkan perundingan dengan pemerintah hingga mencapai titik temu. Mereka juga menyarankan agar kelompok etnik lainnya juga berunding untuk perdamaian,” kata sumber itu dikutip AFP.
Enam delegasi yang terdiri dari anggota sayap militer itu menggelar pertemuan itu selama 90 menit. Para petinggi KNU dijemput dengan penerbangan khusus untuk bertemuan dengan presiden.
“Presiden menjelaskan perundingan sikap terhadap kelompok etnik bersenjata,” ujar seorang mediator yang ikut dalam pertemuan itu kepada Reuters. “Dia mengatakan kepada mereka bahwa dulu saat menjadi prajurit bahwa kelompok etnik bersenjata dianggap sebagai musuh. Tapi setelah menjadi presiden, dia menganggap mereka sebagai saudara.”
Kemudian, menurut Aung Naing Oo, institut pembangunan Vahu yang berbasis di Bangkok, perundingan itu sangat signifikan. “Kelompok yang bertemu dengan presiden merupakan mereka yang sangat kritis terhadap rezim militer,” kata Oo dikutip AFP. “Pastinya ada pertemuan itu bakal membangun kepercayaan yang tinggi. Pertemuan itu juga menunjukkan pemerintah memang ingin berunding dengan banyak kelompok etnik lainnya.”
Menurut pejabat Pemerintah Myanmar, empat menteri ikut mendampingi delegasi KNU di Naypyidaw. Saya pikir presiden menggelar pertemuan itu sebelum delegasi KNU bertemu dengan Aung San Suu Kyi,” kata pejabat yang tidak disebutkan namanya itu.
Setelah bertemu dengan Thein, para petinggi KNU itu kemarin bertemu dengan Aung San Suu Kyi. Pertemuan itu untuk menagih janji pemimpin pro-demokrasi Myanmar yang telah meraih kemenangan mutlak pada pemilu sela itu. Suu Kyi berjanji untuk mewujudkan rekonsiliasi dengan seluruh kelompok etnik di Myanmar. Suu Kyi juga masih dianggap sebagai pemimpin yang dihargai di kalangan minoritas.
KNU merupakan organisasi yang menguasai wilayah kecil. Mereka merupakan etnik minoritas. Sebagian besar anggota KNU tinggal di Negara Bagian Karen. Mereka tinggal di pengungsian di sekitar perbatasan dengan Thailand.
Selain dengan KNU, pemerintah Myanmar juga telah menandatangani kesepakatan perdamaian dengan pemberontak di negara bagian Kachin. Kesepakatan damai itu dipercaya dapat memperlukan sanksi dari Amerika Serikat dan Eropa terhadap Myanmar.(andika hendra m)
Komentar