Marinir AS Tiba di Australia

SYDNEY – 200 Marinir Amerika Serikat (AS) kemarin tiba di Darwin, Australia. Kontingen pertama itu sebagai strategi AS yang akan menempatkan 2.500 Marinir untuk meningkatkan kekuatan militer di wilayah Asia Pasifik.

200 Marinir itu bakal berada di Northern Territory, Australia, selama enam bulan. Mereka tinggal di barak militer Robertson di luar kota Darwin. Mereka bakal menggelar latihan militer bersama dengan Pasukan Pertahanan Australia.

Kedatangan pasukan itu disambut Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith. Smith memaparkan keputusan untuk menyambut Marinir AS sebagai respon terhadap perubahan keseimbangan global. “Dunia membutuhkan penggairah yang esensial untuk mencengkeram kemajuan China, pertumbuhan India, dan langkah strategis dan pengaruh politik dan ekonomi belahan dunia lain,” kata Smith dikutip BBC.

Smith juga menyinggung bahwa kehadiran Marinir AS itu tidak menganggu hubungan dengan negara tetangga, terutama Indonesia dan mitra perdagangan terbesar, yakni China.
“Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa ia berpikir itu (latihan gabungan) adalah hal yang baik,” kata Smith pada radio ABC.

Kedepannya, menurut Smith, kedua negara itu juga dapat bergabung dalam latihan militer bersama. “Ia (Presiden SBY) juga mengatakan bahwa ia melihat adanya prospek latihan gabungan tidak hanya dengan Australia tetapi juga dengan AS dan wilayah-wilayah lain seperti China,” tutur Smith.

Pada pekan lalu, sebagai ekspansi perluasan kerjasama militer, Australia juga memberikan ijin kepada AS untuk menggunakan wilayahnya sebagai basis drone atau pesawat tanpa awak di Kepulauan Cocos. Washington juga dilaporkan bakal menempatkan kapal pengangkut pesawat dan kapal selam berkekuatan nuklir di kota Perth.

Sementara dalam keterangan bersama Perdana Menteri (PM) Julia Gillard, Menteri Pertahanan Stephen Smith and Menteri Kepala Northern Territory Paul Henderson, mengungkapkan bahwa mereka berada pada babak terbaru dalam persekutuan dengan AS yang telah berlangsung selama 60 tahun. “Ini merepresentasi evolusi latihan yang telah ada dan aktivitas yang dilakukan AS dengan Pasukan Pertahanan Australia,” demikian keterangan resmi mereka dikutip AFP.

Ketiga pejabat itu menyampaikan bahwa kedatangan Marinir AS itu sebagai rotasi kehadiran 2.500 personer Gugus Tugas Marinir. “Tidak ada pangkalan militer AS di Australia. Kebijakan itu tidak akan berubah,” demikian keterangan mereka.

PM Gillard sendiri menjelaskan penempatkan Marinir AS itu sebagai bagian pertimbangan Washington melihat kekuatan militer global dan perkembangan regional. “Itu juga mendukung stragei kepentingan Australia jangka panjang dalam mendukung persekutuan dengan AS di wilayah kita demi mempromosikan perdamaian dan stabilitas,” tuturnya. “Inisiatif itu dapat menyediakan kesempatan baru bagi Australia dan perseketuan AS dengan semua mitra di kawasan.”

Sebenarnya, penempatan Marinir AS di Australia sebagai kebijakan baru Presiden Barack Obama. Dia mengurangi pasukan di Timur Tengah dan difokuskan ke Asia. Kebijakan baru itu langsung mendapatkan kecaman bertubi-tubi dari China.

Beijing sangat khawatir jika AS berusaha meningkatkan pengaruh mereka di kawasan untuk menekan China dalam isu Laut China Selatan. Baik China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan memperebutkan teritorial yang diklaim mengandung gas alam dan minyak berlimpah.

Bagi China, penempatan Marinir AS itu sebagai bukti “mental Perang Dingin” yang masih melekat pada Washington. Apalagi, China semakin di kepung setelah kehadiran pangkalan militer AS di Korea Selatan, Jepang dan Guam. Beijing mengklaim Washington mengepungnya.

Di lain sisi, AS juga telah menentramkan negara-negara di kawasan Asia atas kehadiran Marinir AS dengan pangkalan militer yang berjarak hanya 800km dari Indonesia itu. Washington berkilah bahwa kehadiran Marinir AS dapat digunakan sebagai pelatihan tanggap bencana dan bantuan kemanusiaan. Meskipun itu hanya retorika yang dimainkan Washington. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford