Zurich, Kota Termahal di Dunia

CANBERRA – Zurich menjadi kota dengan biaya hidup termahal mengalahkan beberapa kota seperti New York, Tokyo, dan Paris. Itu berdasarkan survei yang dilakukan The Economist Intelligence Unit.

Zurich, Swiss, menjadi kota termahal karena peningkatan mata uang Swiss dalam satu tahun terakhir. Zurich pun mengalahkan Tokyo. Ibukota negera Jepang itu harus bertengger pada posisi kedua. Pergeseran peringkat itu terjadi pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir. Zurich dan Tokyo mendapatkan nilai 170 dan 166 mengindikasikan mereka 70% dan 66% lebih mahal dibandingkan tinggal di New York.

Selain Zurich, Jenewa juga masuk dalam peringkat ketiga dalam survei itu. Selama ini, kota-kota Swiss memang dikenal sebagai tempat yang mahal untuk ditinggali. Itu disebabkan karena investasi yang semakin meningkat di kota-kota itu. Apalagi, mata uang di negara itu relatif stabil dibandingkan negara-negara Eropa lainnya. Tingkat inflasinya juga sangat rendah. “Harga barang-barang di Zurich relatif lebih mahal dibandingkan di tempat manapun,” demikian keterangan the Economist Intelligence Unit.

Bagaimana dengan kota-kota di Asia Pasifik? Jepang masih merajai dengan Tokyo pada peringkat kedua dan Osaka dengan peringkat ketiga. Sedangkan Sydney dan Melbourne pada posisi ketujuh dan kedelapan. Setelah itu disusul Singapura.

Jon Copestake, editor survei The Economist Intelligence Unit, memaparkat pegerakan mata uang menjadi pemicu utama peningkatan biaya hidup di Singapura dan Australia. Dolar Australia meningkat cukup tajam pada tahun lalu. Akibatnya dua kota Australia pun ikut melonjak. Tingkat inflasi juga sangat mempengaruhi. ‘

“Adanya permintaan tinggi dari China, itu menekan harga-harga di kota-kota Asia,” kata Copestake dikutip Wall Street Journal.. Bandingkan saja, kata dia. Biaya apartamen satu kamar tidur di Singapura pada 2002 hanya USD1.200 (Rp10,48 juta) dan USD730 di Sydney (Rp6,59 juta). Sekarang, biaya yang harus dikeluarkan USD3.000 (Rp27,12 juta) di kedua kota itu.

Seoul, ibukota Korea Selatan, menanjak pada posisi ke 13 setelah sebelumnya pada posisi 27.
Kalau Hong Kong yang sejak lama tercatat dengan kota mahal ternyata hanya pada posisi ke 22. Posisi Hong Kong saat itu lebih rendah dibandingkan satu dekade silam. Itu disebabkan nilai mata uang Hong Kong yang melemah terhadap dolar AS.

Anehnya, tidak ada kota di Amerika Utara yang masuk dalam 10 besar. New York merosot pada posisi 47 bersama Chicago dan Los Angeles. London jatuh pada posisi ke 17.

Kemudian, Asia sebagai surga kota bagi kota mahal, di benua itu juga banyak ditemukan kota-kota yang paling murah dalam biaya hidup. Dalam lima terendah yakni Mumbai dan New Delhi di India. Kemudian Karachi di Pakistan dengan posisi paling ragil yakni 131 dari 131 kota di dunia dengan nilai 46. CNN menyebutkan upah buruh dan biaya sewa tanah yang murah menjadi alasan. Itu tidak mengherankan jika India menjadi target relokasi industri dan investasi langsung dalam beberapa dekade terakhir.

“Kota-kota itu dikenal murah dalam jangka waktu yang salam,” kata Copestake. Meski inflasinya sangat tinggi, tidak terjadi kenaikan biaya hidup yang cukup signifikan.

Jajak pendapat The Economist Intelligence Unit, anak perusahaan The Economist, dilaksanakan dua kali dalam satu tahun. Mereka membandingkan harga 160 produk dan jasa, termasuk makanan, perabotan rumah, transportasi, dan biaya sekolah. Survei itu dilakukan di 130 kota besar.

Survei yang berbeda, maka hasilnya pun berbeda. Sebelumnya, pada Januari lalu berdasarkan survei yang dilakukan ECA International menyebutkan kota termahal di dunia tetap dipegang oleh Tokyo, ibu kota Jepang. Dominasi Jepang ini terjadi karena nilai yen yang terus melambung, bahkan kenaikannya hingga sekitar 20% dibandingkan dolar AS dalam setahun terakhir ini.

Dari hasil survei yang dilakukan ECA International yang menaksir biaya hidup untuk para ekspatriat, Tokyo masih menduduki peringkat teratas dalam dua tahun terakhir ini. Setelah Tokyo, posisi sebagai kota termahal di dunia dilanjutkan oleh Olso, Jenewa, Nagoya, Zurich, Yokohama, Bern, Stavanger, Basel, dan Kobe.

Yang perlu diketahui, pada jajak pendapat Economist Intelligence Unit pada 2011, Tokyo menjadi paling mahal di dunia untuk didiami. Diikuti kemudian dengan kota Osaka, Paris, Copenhagen, Oslo dan Zurich. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford