Ribuan Orang Terjebak di Rumah Akibat Salju
LONDON – Puluhan ribu orang di Eropa terperangkap di rumah mereka sendiri akibat salju yang menutupi hingga atap rumah.
Pemerintah Rumani memperkirakan 30.000 orang masih terperangkap di rumahnya sendiri. Sebanyak 110.000 orang tak bisa bergerak keluar rumah mereka di negara-negara di Balkan, termasuk 60.000 di Montenegro atau 10% dari total populasi warga. Apalagi, jumlah korban cuaca ekstrim itu di seluruh penjuru Eropa telah mencapai 550 orang. Umumnya, mereka meninggal karena mengalami kedinginan.
Salju masih turun di negara-negara Balkan dan Italia. Bulgaria menjadi negara yang paling terkena dampak salju paling buruk untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 27 tahun. Tiga orang dilaporkan tewas di Serbia dan jumlah total warga tewas mencapai 19 orang. Sekitar 50.000 orang masih terisolasi di desa-desa pelosok dan kekurangan pasokan makanan dan gas. Krisis energi pun terjadi di Serbia, sehingga pemerintah memperpanjang hari libur, menutup sekolah, dan memutus aliran listrik untuk industri yang tidak esensial.
Di ibukota Podgorica, ibukota Montenegro, masih ditutup salju setebal 50 sentimeter. Itu merupakan salju paling tebal dalam catatan sejarah selama 50 tahun terakhir.
Kemudian, delapan orang juga dilaporkan tewas di Rumania sehingga jumlah total korban tewas mencapai 65 orang. Juru bicara pemadam kebakaran Pawel Fratcak mengungkapkan alat pemanas ruangan mengakibatkan kebakaran di beberapa rumah dan apartemen dengan jumlah korban tewas mencapai delapan orang.
Perdana Menteri (PM) Rumania Mihai Razvan Ungureanu dan menteri pertahanan dan dalam negeri langsung terbang ke wilayah Buzau. Mereka meninjau daerah yang paling parah dilanda cuaca ekstrim. Ungureanu langsung memerintahkan aparatnya untuk bekerja keras memberikan bantuan warga dalam menghadapi hujan salju.
Di Carligul Mic, Rumania, para petugas dan sukarelawan membantu warga membersihkan salju yang menutupi atas rumah mereka. “Saya tidak pernah melihat salju sebanyak ini sebelumnya,” ujar salah satu penduduk, Aneta Dumuitrache, 78, kepada AFP.
Di Serbia, pemerintah berusaha mengurangi konsumsi listrik akibat berkurangnya pasokan. Bahkan, pemerintah mengingatkan perusahaan untuk mengurangi aktivitas produksi demi kelancaran konsumsi listrik bagi masyarakat umum. Sejak Rabu (8/2) hingga Jumat (10/2), pemerintah Serbia memberlakukan libur nasional menyusul cuaca ekstrim itu.
Parahnya, banyak warga di wilayah pegunungan Bosnis belum masih terputus akses akibat cauca dingin. Mereka harus hidup tanpa pasokan gas, listrik, dan makanan selama dua pekan. Pemerintah tak dapat berbuat banyak karena akses ke lokasi yang sangat sulit dijangkau.
Di Roma, Italia, salju kembali menerjang untuk kedua kalinya dalam satu pekan. Tapi, pemerintah kota tampak tanggap terhadap situasi yang terjadi sehingga semuanya berjalan lancar. Transporasi publik berjalan normal karena mobil pembersih salju yang bergerak cepat.
Tetapi, di beberapa wilayah pedesaan di Italia mengalami gangguan. Walikota Campana, Pasquale Manfredi di wilayah Calabria, Italia, mengungkapkan banyak desa yang menjadi korban salju. Pasokan listrik dan gas terhambat mengakibatkan banyak warga yang merana.
Sebelumnya, Sungai Danube di Beograd membeku. Akibatnya, lalu lintas kapal kargo pun terhenti karena khawatir dengan faktor keselamatan. Aktivitas perdatangan antara Serbia, Kroasia, Bulgaria, Rumania, Hungaria dan Austria pun terputus.
Hal paling menarik, meski cuaca sangat dingin, ribuan warga menggelar aksi demonstrasi menentang kesepakatan anti-pembajakan internasional. Reuters melaporkan, aksi itu dilakukan serentak di berbagai kota di Eropa pada Sabtu (11/2) lalu termasuk, Warsawa, Prague, Slovakia, Bucharest, Vilnius, Paris, Brussels, dan Dublin.
Kapan cuaca buruk bakal berakhir? Cuaca dingin ekstrem yang membekukan seluruh Eropa diperkirakan akan mencapai puncaknya pada pertengahan Februari ini. “Kami yakin cuaca akan berubah pada pertengahan Februari, namun bukan menjadi lebih hangat. Februari akan menjadi saat-saat paling dingin,” kata pakar meterorologi Leon Brown dari Weather Channel di Inggris. (andika hendra m)
Pemerintah Rumani memperkirakan 30.000 orang masih terperangkap di rumahnya sendiri. Sebanyak 110.000 orang tak bisa bergerak keluar rumah mereka di negara-negara di Balkan, termasuk 60.000 di Montenegro atau 10% dari total populasi warga. Apalagi, jumlah korban cuaca ekstrim itu di seluruh penjuru Eropa telah mencapai 550 orang. Umumnya, mereka meninggal karena mengalami kedinginan.
Salju masih turun di negara-negara Balkan dan Italia. Bulgaria menjadi negara yang paling terkena dampak salju paling buruk untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 27 tahun. Tiga orang dilaporkan tewas di Serbia dan jumlah total warga tewas mencapai 19 orang. Sekitar 50.000 orang masih terisolasi di desa-desa pelosok dan kekurangan pasokan makanan dan gas. Krisis energi pun terjadi di Serbia, sehingga pemerintah memperpanjang hari libur, menutup sekolah, dan memutus aliran listrik untuk industri yang tidak esensial.
Di ibukota Podgorica, ibukota Montenegro, masih ditutup salju setebal 50 sentimeter. Itu merupakan salju paling tebal dalam catatan sejarah selama 50 tahun terakhir.
Kemudian, delapan orang juga dilaporkan tewas di Rumania sehingga jumlah total korban tewas mencapai 65 orang. Juru bicara pemadam kebakaran Pawel Fratcak mengungkapkan alat pemanas ruangan mengakibatkan kebakaran di beberapa rumah dan apartemen dengan jumlah korban tewas mencapai delapan orang.
Perdana Menteri (PM) Rumania Mihai Razvan Ungureanu dan menteri pertahanan dan dalam negeri langsung terbang ke wilayah Buzau. Mereka meninjau daerah yang paling parah dilanda cuaca ekstrim. Ungureanu langsung memerintahkan aparatnya untuk bekerja keras memberikan bantuan warga dalam menghadapi hujan salju.
Di Carligul Mic, Rumania, para petugas dan sukarelawan membantu warga membersihkan salju yang menutupi atas rumah mereka. “Saya tidak pernah melihat salju sebanyak ini sebelumnya,” ujar salah satu penduduk, Aneta Dumuitrache, 78, kepada AFP.
Di Serbia, pemerintah berusaha mengurangi konsumsi listrik akibat berkurangnya pasokan. Bahkan, pemerintah mengingatkan perusahaan untuk mengurangi aktivitas produksi demi kelancaran konsumsi listrik bagi masyarakat umum. Sejak Rabu (8/2) hingga Jumat (10/2), pemerintah Serbia memberlakukan libur nasional menyusul cuaca ekstrim itu.
Parahnya, banyak warga di wilayah pegunungan Bosnis belum masih terputus akses akibat cauca dingin. Mereka harus hidup tanpa pasokan gas, listrik, dan makanan selama dua pekan. Pemerintah tak dapat berbuat banyak karena akses ke lokasi yang sangat sulit dijangkau.
Di Roma, Italia, salju kembali menerjang untuk kedua kalinya dalam satu pekan. Tapi, pemerintah kota tampak tanggap terhadap situasi yang terjadi sehingga semuanya berjalan lancar. Transporasi publik berjalan normal karena mobil pembersih salju yang bergerak cepat.
Tetapi, di beberapa wilayah pedesaan di Italia mengalami gangguan. Walikota Campana, Pasquale Manfredi di wilayah Calabria, Italia, mengungkapkan banyak desa yang menjadi korban salju. Pasokan listrik dan gas terhambat mengakibatkan banyak warga yang merana.
Sebelumnya, Sungai Danube di Beograd membeku. Akibatnya, lalu lintas kapal kargo pun terhenti karena khawatir dengan faktor keselamatan. Aktivitas perdatangan antara Serbia, Kroasia, Bulgaria, Rumania, Hungaria dan Austria pun terputus.
Hal paling menarik, meski cuaca sangat dingin, ribuan warga menggelar aksi demonstrasi menentang kesepakatan anti-pembajakan internasional. Reuters melaporkan, aksi itu dilakukan serentak di berbagai kota di Eropa pada Sabtu (11/2) lalu termasuk, Warsawa, Prague, Slovakia, Bucharest, Vilnius, Paris, Brussels, dan Dublin.
Kapan cuaca buruk bakal berakhir? Cuaca dingin ekstrem yang membekukan seluruh Eropa diperkirakan akan mencapai puncaknya pada pertengahan Februari ini. “Kami yakin cuaca akan berubah pada pertengahan Februari, namun bukan menjadi lebih hangat. Februari akan menjadi saat-saat paling dingin,” kata pakar meterorologi Leon Brown dari Weather Channel di Inggris. (andika hendra m)
Komentar