Liga Arab Bahas Suriah
KAIRO – Para menteri luar negeri negara-negara Arab kemarin bertemu di Kairo membahas langkah selanjutnya setelah resolusi Suriah yang diajukan Dewan Keamanan PBB kandas. Para pejabat memaparkan para menteri anggota Liga Arab itu mendiskusikan misi pemantau dengan PBB dan pengakuan terhadap kelompok oposisi.
Selain itu, tambah sumber itu, pengakuan resmi terhadap kelompok oposisi Suriah juga akan dibahas namun untuk masalah pengakuan ini belum semua negara Liga Arab menyepakatinya. Sebelum pertemuan Liga Arab digelar maka akan didahului pertemuan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang akan mengeluarkan Suriah dari organisasi tersebut.
Seeorang delegasi dari Dewan Nasional Suriah (SNC), koalisi partai di Suriah, telah tiba di Kairo. SNC berharap mereka diakui oleh negara-negara Arab. “Kita ingin negara-negara Arab mengkoordinasikan inisiatif mereka dengan melibakan kita pada arah yang sama,” ujar Basma Kadmani, delegasi SNC, dikutip BBC.
Sementara itu, Arab Saudi -yang adalah anggota GCC dan Liga Arab- juga mengedarkan rancangan resolusi di Sidang Umum PBB, sama dengan rancangan resolusi yang ditolak Rusia dan Cina. Isi rancangan itu pada umumnya adalah dukungan penuh untuk rencana perdamaian Liga Arab yang diterbitkan bulan lalu.
Inti rencana itu adalah seruan agar Presiden Bashar al-Assad untuk menyerahkan kekuasaan kepada wakil presiden dan membuka jalan pembentukan pemerintahan baru yang menyertakan kelompok oposisi. Sidang Umum PBB dijadwalkan melakukan pembahasan soal Suriah pada Senin (13/2) namun pengambilan suara untuk sebuah resolusi belum termasuk dalam jadwal pembicaraan itu.
Dalam Sidang Umum PBB tidak ada negara yang bisa memveto sebuah resolusi. Namun, resolusi yang dihasilkan tidak memiliki kekuatan hukum seperti resolusi Dewan Keamanan PBB.
Warga Suriah berunjuk rasa menentang pembantaian rakyat oleh rezim Presiden Assad. Setelah sepekan berada di bawah hujan peluru dan pengepungan, kondisi di sisi barat kota Homs dilaporkan semakin memburuk ditambah persediaan kebutuhan dasar yang semakin menipis.
Kondisi paling buruk dilaporkan terjadi di distrik Baba Amr - pusat protes anti pemerintah. Namun warga kota mengatakan mereka juga mendengar ledakan dan baku tembak di distrik Inshaat yang lokasinya berdekatan.
Sementara itu, para pegiat hak asasi manusia mengatakan lebih dari 400 orang tewas sejak pasukan pemerintah menyerang posisi kelompok oposisi di Homs, Sabtu (11/2). Kemudian, para aktivis memaparkan sebanyak 35 orang tewas di Damaskus. Brigadir Dr Isa al-Kholi, kepala rumah sakit militer Suriah, dilaporkan ditembak “kelompok teroris bersenjata” saat meninggalkan rumahnya. Itu menjadi pembunuhan pejabat senior pertama di Damaskus sejak kerusuhan bergejolak.
Pemimpin oposisi di pengasingan Kamal al-Labwani kepada Reuters mengatakan sebuah gencatan senjata yang langka telah disepakati. Pasukan oposisi diperbolehkan mundur asalkan mereka menyerahkan persenjataan dan kendaraan tempur yang dirampas dari pasukan pemerintah.
Kisruh politik di Suriah sejak Maret tahun lalu telah menewaskan ribuan warga negeri itu. PBB memperkirakan lebih dari 5.400 orang tewas, sementara itu kelompok pegiat HAM meyakini korban tewas sudah lebih dari 7.000 orang. (andika hendra m)
Selain itu, tambah sumber itu, pengakuan resmi terhadap kelompok oposisi Suriah juga akan dibahas namun untuk masalah pengakuan ini belum semua negara Liga Arab menyepakatinya. Sebelum pertemuan Liga Arab digelar maka akan didahului pertemuan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang akan mengeluarkan Suriah dari organisasi tersebut.
Seeorang delegasi dari Dewan Nasional Suriah (SNC), koalisi partai di Suriah, telah tiba di Kairo. SNC berharap mereka diakui oleh negara-negara Arab. “Kita ingin negara-negara Arab mengkoordinasikan inisiatif mereka dengan melibakan kita pada arah yang sama,” ujar Basma Kadmani, delegasi SNC, dikutip BBC.
Sementara itu, Arab Saudi -yang adalah anggota GCC dan Liga Arab- juga mengedarkan rancangan resolusi di Sidang Umum PBB, sama dengan rancangan resolusi yang ditolak Rusia dan Cina. Isi rancangan itu pada umumnya adalah dukungan penuh untuk rencana perdamaian Liga Arab yang diterbitkan bulan lalu.
Inti rencana itu adalah seruan agar Presiden Bashar al-Assad untuk menyerahkan kekuasaan kepada wakil presiden dan membuka jalan pembentukan pemerintahan baru yang menyertakan kelompok oposisi. Sidang Umum PBB dijadwalkan melakukan pembahasan soal Suriah pada Senin (13/2) namun pengambilan suara untuk sebuah resolusi belum termasuk dalam jadwal pembicaraan itu.
Dalam Sidang Umum PBB tidak ada negara yang bisa memveto sebuah resolusi. Namun, resolusi yang dihasilkan tidak memiliki kekuatan hukum seperti resolusi Dewan Keamanan PBB.
Warga Suriah berunjuk rasa menentang pembantaian rakyat oleh rezim Presiden Assad. Setelah sepekan berada di bawah hujan peluru dan pengepungan, kondisi di sisi barat kota Homs dilaporkan semakin memburuk ditambah persediaan kebutuhan dasar yang semakin menipis.
Kondisi paling buruk dilaporkan terjadi di distrik Baba Amr - pusat protes anti pemerintah. Namun warga kota mengatakan mereka juga mendengar ledakan dan baku tembak di distrik Inshaat yang lokasinya berdekatan.
Sementara itu, para pegiat hak asasi manusia mengatakan lebih dari 400 orang tewas sejak pasukan pemerintah menyerang posisi kelompok oposisi di Homs, Sabtu (11/2). Kemudian, para aktivis memaparkan sebanyak 35 orang tewas di Damaskus. Brigadir Dr Isa al-Kholi, kepala rumah sakit militer Suriah, dilaporkan ditembak “kelompok teroris bersenjata” saat meninggalkan rumahnya. Itu menjadi pembunuhan pejabat senior pertama di Damaskus sejak kerusuhan bergejolak.
Pemimpin oposisi di pengasingan Kamal al-Labwani kepada Reuters mengatakan sebuah gencatan senjata yang langka telah disepakati. Pasukan oposisi diperbolehkan mundur asalkan mereka menyerahkan persenjataan dan kendaraan tempur yang dirampas dari pasukan pemerintah.
Kisruh politik di Suriah sejak Maret tahun lalu telah menewaskan ribuan warga negeri itu. PBB memperkirakan lebih dari 5.400 orang tewas, sementara itu kelompok pegiat HAM meyakini korban tewas sudah lebih dari 7.000 orang. (andika hendra m)
Komentar