Tim IAEA Kunjungi Iran

TEHERAN – Badan Energi Atom Internasional (IAEA) kemarin tiba di Iran dengan misi untuk mengecek program nuklir Iran dan mengkonfirmasi isu-isu substanstif. Tim itu dipimpin oleh kepala pengawas nuklir IAEA asal Belgia, Herman Nackaerts.

Kantor berita Iran, IRNA, melaporkan tim itu berada di Iran hingga Selasa (besok). Delegasi itu juga mengikutsertakan orang nomer dua di IAEA, Rafael Grossi. Kemungkinan tim itu mungkin akan berkunjung ke tempat pengayaan uranium di Fordo di selatan ibukota Iran.

Kepala Tim Peninjau IAEA Herman Nackaerts mengatakan mereka berharap dapat menyelesaikan semua persoalan dengan Iran terkait program nuklir negara itu. “Secara khusus kami berharap Iran akan bekerja sama dengan kami terkait keprihatinan kami atas kemungkinan pengunaan program nuklir mereka untuk militer,” kata Deputi Direktur IAEA, sebelum meninggalkan Wina menuju Iran, dikutip BBC.

Pada awal bulan ini, IAEA menyebut Iran telah memulai pengayaan uranium hingga 20% kemurniannya di dalam ruang bawah tanah di Fordo. Badan PBB itu menyebut prosentasi itu mendekati 90% yang nantinya mampu digunakan menjadi hulu ledak nuklir.

Dikutip AFP, Direktur IAEA Yukira Amano mengatakan Iran membutuhkan keterlibatan lembaga itu dan mereka juga harus menjawab sejumlah pertanyaan yang akan diajukan oleh peninjau dari IAEA. Hingga saat ini Iran tetap menyangkal tudingan yang menyebutkan bahwa mereka mengembangkan nuklir untuk kebutuhan persenjataan mereka.

Sebelumnya Duta Besar Iran untuk IAEA, Ali Asgar Soltaniyeh mengatakan peninjuan itu bertujuan untuk membantah sejumlah kabar yang dikembangkan musuh mereka. Soltaniyeh menegaskan tim IAEA itu harus membuktikan bahwa mereka mengembangkan program nuklir yang damai.

Ketegangan seputar pengembangan program nuklir Iran muncul setelah pada November lalu IAEA menyampaikan laporan yang menyebutkan adanya kemungkinan dimensi militer dalam pengembangan nuklir Iran. Badan itu juga mengatakan mereka mempuntyai informasi yang menunjukan Iran tengah menggelar sejumlah uji coba yang relevan dengan pengembangan bom nuklir.

Laporan itu berbuntut panjang, Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) mulai menekan Iran untuk menghentikan program nuklirnya dengan sejumlah sanksi, seperti larangan pembelian, pengangkutan minyak mentah Iran dan produk minyak bumi serta menghentikan kegiatan keuangan dan asuransi. Iran sendiri membalas dengan mengeluarkan ancaman untuk menutup Selat Hormuz yang menjadi puntu masuk ke kawasan teluk dimana sekitar 20% kapal yang melayani perdagangan minyak dunia.

AS membalas ancaman itu dengan mengatakan akan menggunakan kekuatannya jika diperlukan untuk membuka jalur di Selat Hormuz jika ditutup oleh Iran. Ketegangan itu akhirnya meningkatkan prospek konfrontasi dengan Iran. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford