Somare Dukung Kudeta

PORT MORESBY – Perdana Menteri (PM) Papua Nugini yang digulingkan Sir Michael Somare kemarin mendukung aksi kudeta militer yang gagal. Somare kemarin menegaskan bahwa dirinya merupakan pemimpin Papua Nugini yang memiliki legitimasi.

Somare, 75, mengatakan kudeta merupakan respon yang memililiki legitimasi terhadap kubu PM Peter O\'Neill. “Kita tidak mengijinkan situasi ini berlanjut dimana pemerintahan yang tamak memimpin militer,” demikian pernyataan Somare yang dibacakan putrinya, Betha, dikutip AFP.

“Polisi dan militer inkumben sepakat dengan perintah Mahkamah Agung dan mendukung pemerintahan yang memiliki legitimasi, yakni pemerintahan Somare.” Menurut Somare, alasan itu yang menjadikan pemerintahan Somare menunjuk Kolonel Yaura Sasa untuk mengambil alih militer Papu Nugini. “Kita merupakan pemerintahan yang dibentuk pada 2007 dan diaktifkan kembali oleh lima hakim Mahkamah Konstitusi.”

Sebenarnya, ketegangan itu terjadi ketika mantan tentara yang loyal kepada Somare berusaha mengkudeta PM Peter O\'Neill. Kudeta yang dipimpin Kolonel Purnawirawan Yaura Sasa itu memenjarakan panglima militer Francis Agwi dan mendeklarasikan diri sebagai pemimpin militer pada Kamis (26/1).

Sayang, pemberontakan itu hanya terjadi dengan hitungan jam saja. Pada Kamis malam, O\'Neill mengumumkan bahwa krisis telah berakhir dan penangkapan 15 dari 30 loyalis Sasa. O\'Neill juga mengumumkan pembebasan Agwi. “Sasa telah meminta pengampunanan, tetatapi saya belum menyetujuinya,” kata pejabat polisi Dominic Kakas.

O\'Neill mengatakan dia mungkin akan membubarkan parlemen pada bulan depan. Pemilu bakal segera digelar. Dia pun mengabaikan taktik “putus asa” Somare. “Papua Nugini sekarang lebih baik dibandingkan pada masa pemerintahan Somare,” tegasnya.

Dia juga bakal memulai penyidikan kudeta itu. “Kita akan menyelesaikan kudeta dan kita tetap bergerak ke depan,” kata O\'Neill dikutip ABC News.

Australia memainkan peranan yang sangat signifikan dalam menentukan pemerintahan Papua Nugini yang legitimasi. “Duta Besar Austalia memberikan dukungan kepada O’Neill dan atase pertahanan Australia juga telah menghubungi Francis Agwi,” kata juru bicara Kemlu Australia.

Sebenarnya, kudeta ini merupakan konflik terkini dari sengketa kekuasaan antara Peter O'Neill dan Somare yang memperebutkan kursi perdana menteri. Pada Maret 2011, Somare berangkat ke luar negeri untuk menjalani perawatan jantungnya. Kemudian pada Juni, keluarga Somare mengatakan dia mengundurkan diri dari panggung politik, sebuah pernyataan yang kemudian dibantah Somare. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford