Konflik Suriah- Liga Arab Gelar Konsolidasi
KAIRO – Menteri luar negeri negara-negara anggota Liga Arab kemarin menggelar pertemuan membahas kritik terhadap misi pengamat di Suriah.
Itu menyusul adanya seruah agar Liga Arab menyerahkan pengawasan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk mengakhiri kekerasan yang telah berlangsung selama 10 bulan. Pertemuan itu langsung mendapatkan penjelasan dari ketua misi pengamat Suriah Jenderal Mohammed Ahmed Mustafa al- Dabi. Tim monitor Liga Arab yang bertugas di Suriah sejak 26 Desember lalu,berusaha menilai bagaimana upaya Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam melaksanakan perjanjian perdamaian untuk mengakhiri kekerasan berdarah.
Kritik terhadap tim monitor mencuat karena mereka dinilai tidak mampu memberikan penilaian yang objektif, dan gagal dalam memutus mata rantai kerusuhan. Menurut Dabi yang juga mantan kepala intelijen Sudan,kritik itu terlalu dini terhadap misi pengamat ini. “Ini merupakan pertama kali Liga Arab melaksanakan misi seperti ini,” ujar Dabi kepada media asal Inggris, Observer. “Itu baru dimulai, saya tidak cukup waktu untuk memberikan pandangan.” Liga Arab sendiri mengaku adanya “kesalahan” dalam misi ke Suriah itu.
Namun,mereka tetap membela tugas misi pengamat itu.Itu disebabkan misi pemantauan telah membebaskan beberapa tahanan dan penarikan tank pemerintah dari kota-kota di Suriah. Liga Arab menjelaskan tidak ada penarikan pengamat, tetapi justru penambahan jumlah personel. “Tidak ada penarikan pemantau dalam agenda pertemuan komite menteri Arab mengenai Suriah,” ujar Deputi Sekretaris Jenderal Liga Arab Adnan Isa kepada AFP. “Kita tidak berbicara penarikan, tetapi penambahan misi.
” Pemantau Liga Arab dikirim akhir Desember untuk melihat bagaimana pemerintah Suriah mematuhi kerangka rencana perdamaian, yang akan diikuti dengan penarikan pasukan dari jalan-jalan serta menghentikan penggunaan kekuatan militernya terhadap warga sipil. Namun menurut kelompok oposisi, justru keberadaan para pemantau ini dimanfaatkan pemerintahan Presiden Assad sebagai tameng untuk meneruskan aksi kekerasannya. Menurut BBC, laporan terakhir dari kubu aktivis hak asasi manusia (HAM) menyebut sepanjang Sabtu (7/1) 27 orang tewas di seantero negeri.
Sementara menurut PBB sudah lebih dari 5.000 tewas sejak aksi demonstrasi menentang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad meledak 10 bulan lalu. Menurut kelompok oposisi Suriah,Komite Koordinasi Lokal (LCC), 27 orang tewas di negeri itu sepanjang Sabtu, dengan perincian 8 di Homs, 13 di Idlib, 5 di pinggiran Damaskus, 1 satu orang tewas di Hama. Pada Jumat (6/1) sebelumnya, 35 orang juga tewas terbunuh dalam aksi protes rutin tiap selesai ibadah salat Jumat.
Namun, tak ada angka yang bisa diverifikasi kebenarannya. Seperti aksi sebelumnya, oposisi menuduh dalang pengeboman adalah pemerintah sendiri.Aksi tampak jelas diorganisasi oleh aparat, di mana pesertanya membawa simbol dan foto Presiden Assad, sementara bendera resmi Suriah dipakai menutup peti mati para korban. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/458643/
Itu menyusul adanya seruah agar Liga Arab menyerahkan pengawasan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk mengakhiri kekerasan yang telah berlangsung selama 10 bulan. Pertemuan itu langsung mendapatkan penjelasan dari ketua misi pengamat Suriah Jenderal Mohammed Ahmed Mustafa al- Dabi. Tim monitor Liga Arab yang bertugas di Suriah sejak 26 Desember lalu,berusaha menilai bagaimana upaya Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam melaksanakan perjanjian perdamaian untuk mengakhiri kekerasan berdarah.
Kritik terhadap tim monitor mencuat karena mereka dinilai tidak mampu memberikan penilaian yang objektif, dan gagal dalam memutus mata rantai kerusuhan. Menurut Dabi yang juga mantan kepala intelijen Sudan,kritik itu terlalu dini terhadap misi pengamat ini. “Ini merupakan pertama kali Liga Arab melaksanakan misi seperti ini,” ujar Dabi kepada media asal Inggris, Observer. “Itu baru dimulai, saya tidak cukup waktu untuk memberikan pandangan.” Liga Arab sendiri mengaku adanya “kesalahan” dalam misi ke Suriah itu.
Namun,mereka tetap membela tugas misi pengamat itu.Itu disebabkan misi pemantauan telah membebaskan beberapa tahanan dan penarikan tank pemerintah dari kota-kota di Suriah. Liga Arab menjelaskan tidak ada penarikan pengamat, tetapi justru penambahan jumlah personel. “Tidak ada penarikan pemantau dalam agenda pertemuan komite menteri Arab mengenai Suriah,” ujar Deputi Sekretaris Jenderal Liga Arab Adnan Isa kepada AFP. “Kita tidak berbicara penarikan, tetapi penambahan misi.
” Pemantau Liga Arab dikirim akhir Desember untuk melihat bagaimana pemerintah Suriah mematuhi kerangka rencana perdamaian, yang akan diikuti dengan penarikan pasukan dari jalan-jalan serta menghentikan penggunaan kekuatan militernya terhadap warga sipil. Namun menurut kelompok oposisi, justru keberadaan para pemantau ini dimanfaatkan pemerintahan Presiden Assad sebagai tameng untuk meneruskan aksi kekerasannya. Menurut BBC, laporan terakhir dari kubu aktivis hak asasi manusia (HAM) menyebut sepanjang Sabtu (7/1) 27 orang tewas di seantero negeri.
Sementara menurut PBB sudah lebih dari 5.000 tewas sejak aksi demonstrasi menentang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad meledak 10 bulan lalu. Menurut kelompok oposisi Suriah,Komite Koordinasi Lokal (LCC), 27 orang tewas di negeri itu sepanjang Sabtu, dengan perincian 8 di Homs, 13 di Idlib, 5 di pinggiran Damaskus, 1 satu orang tewas di Hama. Pada Jumat (6/1) sebelumnya, 35 orang juga tewas terbunuh dalam aksi protes rutin tiap selesai ibadah salat Jumat.
Namun, tak ada angka yang bisa diverifikasi kebenarannya. Seperti aksi sebelumnya, oposisi menuduh dalang pengeboman adalah pemerintah sendiri.Aksi tampak jelas diorganisasi oleh aparat, di mana pesertanya membawa simbol dan foto Presiden Assad, sementara bendera resmi Suriah dipakai menutup peti mati para korban. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/458643/
Komentar