Kerusuhan di Tibet Meluas
TIBET – Aparat keamanan China kemarin menembak mati beberapa demonstrasi di wilayah Tibet akibat semakin menjalar dengan cepat kerusuhan.
Dua warga Tibet dilaporkan tewas karena ditembak oleh aparat keamanan di wilayah Seda, Tibet, China. Jumlah korban tewas diprediksi bakal terus meningkat karena aparat yang semakin represif dalam membubarkan aksi demonstrasi pro-perdamaian yang digelar sejak Senin lalu.
Free Tibet, kelompok advokasi warga Tibet berbasis di London, menggambarkan bahwa situasi semakin memanas dan kerusuhan semakin menjalar. “Para warga lokal menggambarkan kotanya telah diberlakukan jam malam. Mereka tidak diperbolehkan meninggalkan rumah dan mereka sangatkan takut jika ditembak aparat,” demikian keterangan kelompok itu dikutip Reuters.
Otoritas mulai membatasi pergerakan warga dan komunikasi agar kerusuhan dapat dihentikan. Beberapa nomer telpon yang biasanya aktif pun tiba-tiba mati. Seorang warga yang berhasil dihubungi AFP melaporkan kalau kotanya telah dikepung aparat keamanan.
Kantor berita Xinhua kemarin mengutip seorang pejabat lokal bahwa polisi menembak mati seorang “perusuh” dan melukai lainnya. Mereka menyatakan aksi penembakan dilakukan karena aparat diserang menggunakan pisau, bom molotov dan senjata. “Polisi terpak menggunakan kekerasan setelah tindakan persuasif telah dilaksanakan,” demikian dilaporkan Xinhua. Otoritas China mengklaim 14 polisi terluka dan 13 orang ditangkap.
Kerusuhan itu terjadi hanya satu hari setelah aparat keamanan menembaki para demonstran yang berunjuk rasa di kota Luhuo. Insiden itu menewaskan dua orang dan melukai 30 orang. Para biksu di Biara Drakgo di Luhuo mengatakan polisi menembaki para pengunjuk rasa dari jendela kantor polisi. Ribuan aparat keamanan pun masih mengepung kuil itu.
Jaringan telepon di Luhuo kemarin langsung dimatikan oleh aparat. Beberapa warga yang berhasil dihubungi AFP menggambarkan kehadiran aparat keamanan dalam jumlah yang sangat banyak. Aktivitas warga pun dibatasi.
Di wilayah Aba, Free Tibet, organisasi pembebasan Tibet, menyebutkan demonstrasi terjadi pada Senin (23/1). Seorang pekerja hotel menyebutkan banyak sekali aparat keamanan dan kendaraan tempur di jalanan. “Tidak seorang pun yang diperbolehkan masuk ke Aba. Orang yang ingin masuk diperiksa dan harus menunjukkan kartu identitas,” kata seorang pria yang menolak disebutkan namanya.
Sementara itu, kerusuhan itu memicu Kobsang Sangay, perdana menteri Tibet di pengasingan yang berpusat di India, mengimbau masyarakat internasional tidak pasif. Dia meminta komunitas internasional untuk turun tangan untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut. “Berapa lama dan berapa banyak lagi kematian yang tragis diperlukan sebelum dunia melakukan sikap moral yang tegas?” katanya.
Amerika Serikat (AS) mengataan pihaknya sangat prihatin terhadap situsi Tibet. Washington menyerukan pasukan keamanan China menahan diri dan mendesak pihak berwenang mengizinkan wartawan dan para diplomat mengunjungi daerah-daerah konflik.
Maria Otero,koordinator khusus untuk urusan-urusan Tibet di Kementerian Luar Negeri AS mengatakan Washington berulang-ulang mendesak China menyelesaikan kebjakan-kebijakan yang kontra-produktif di daerah-daerah Tibet. “Kami mendesak pasukan keamanan China menahan diri, dan kami mengulangi kembali seruan kami agar memberikan akses ke daerah-daerah Tibet bagi wartawan, para diplomat dan para pemantau lainnya,” kata Otero.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan para pengunjuk rasa Luhuo melakukan aksi kekerasaan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei menuding “kelompok pemberontak luar negeri” yang mencoba mendeskreditkan pemerintah dengan apa yang terjadi saat ini.
Beijing mengklaim bahwa warga Tibet dapat menikmati kebebasan menjalankan agama dan mengatakan kehidupan mereka lebih baik akibat investasi yang besar di daerah-daerah yang banyak dihuni warga Tibet. China lagi-lagi menyalahkan Dalai Lama karena menggerakkan banyak aksi kerusuhan. (andika hendra m)
Dua warga Tibet dilaporkan tewas karena ditembak oleh aparat keamanan di wilayah Seda, Tibet, China. Jumlah korban tewas diprediksi bakal terus meningkat karena aparat yang semakin represif dalam membubarkan aksi demonstrasi pro-perdamaian yang digelar sejak Senin lalu.
Free Tibet, kelompok advokasi warga Tibet berbasis di London, menggambarkan bahwa situasi semakin memanas dan kerusuhan semakin menjalar. “Para warga lokal menggambarkan kotanya telah diberlakukan jam malam. Mereka tidak diperbolehkan meninggalkan rumah dan mereka sangatkan takut jika ditembak aparat,” demikian keterangan kelompok itu dikutip Reuters.
Otoritas mulai membatasi pergerakan warga dan komunikasi agar kerusuhan dapat dihentikan. Beberapa nomer telpon yang biasanya aktif pun tiba-tiba mati. Seorang warga yang berhasil dihubungi AFP melaporkan kalau kotanya telah dikepung aparat keamanan.
Kantor berita Xinhua kemarin mengutip seorang pejabat lokal bahwa polisi menembak mati seorang “perusuh” dan melukai lainnya. Mereka menyatakan aksi penembakan dilakukan karena aparat diserang menggunakan pisau, bom molotov dan senjata. “Polisi terpak menggunakan kekerasan setelah tindakan persuasif telah dilaksanakan,” demikian dilaporkan Xinhua. Otoritas China mengklaim 14 polisi terluka dan 13 orang ditangkap.
Kerusuhan itu terjadi hanya satu hari setelah aparat keamanan menembaki para demonstran yang berunjuk rasa di kota Luhuo. Insiden itu menewaskan dua orang dan melukai 30 orang. Para biksu di Biara Drakgo di Luhuo mengatakan polisi menembaki para pengunjuk rasa dari jendela kantor polisi. Ribuan aparat keamanan pun masih mengepung kuil itu.
Jaringan telepon di Luhuo kemarin langsung dimatikan oleh aparat. Beberapa warga yang berhasil dihubungi AFP menggambarkan kehadiran aparat keamanan dalam jumlah yang sangat banyak. Aktivitas warga pun dibatasi.
Di wilayah Aba, Free Tibet, organisasi pembebasan Tibet, menyebutkan demonstrasi terjadi pada Senin (23/1). Seorang pekerja hotel menyebutkan banyak sekali aparat keamanan dan kendaraan tempur di jalanan. “Tidak seorang pun yang diperbolehkan masuk ke Aba. Orang yang ingin masuk diperiksa dan harus menunjukkan kartu identitas,” kata seorang pria yang menolak disebutkan namanya.
Sementara itu, kerusuhan itu memicu Kobsang Sangay, perdana menteri Tibet di pengasingan yang berpusat di India, mengimbau masyarakat internasional tidak pasif. Dia meminta komunitas internasional untuk turun tangan untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut. “Berapa lama dan berapa banyak lagi kematian yang tragis diperlukan sebelum dunia melakukan sikap moral yang tegas?” katanya.
Amerika Serikat (AS) mengataan pihaknya sangat prihatin terhadap situsi Tibet. Washington menyerukan pasukan keamanan China menahan diri dan mendesak pihak berwenang mengizinkan wartawan dan para diplomat mengunjungi daerah-daerah konflik.
Maria Otero,koordinator khusus untuk urusan-urusan Tibet di Kementerian Luar Negeri AS mengatakan Washington berulang-ulang mendesak China menyelesaikan kebjakan-kebijakan yang kontra-produktif di daerah-daerah Tibet. “Kami mendesak pasukan keamanan China menahan diri, dan kami mengulangi kembali seruan kami agar memberikan akses ke daerah-daerah Tibet bagi wartawan, para diplomat dan para pemantau lainnya,” kata Otero.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan para pengunjuk rasa Luhuo melakukan aksi kekerasaan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei menuding “kelompok pemberontak luar negeri” yang mencoba mendeskreditkan pemerintah dengan apa yang terjadi saat ini.
Beijing mengklaim bahwa warga Tibet dapat menikmati kebebasan menjalankan agama dan mengatakan kehidupan mereka lebih baik akibat investasi yang besar di daerah-daerah yang banyak dihuni warga Tibet. China lagi-lagi menyalahkan Dalai Lama karena menggerakkan banyak aksi kerusuhan. (andika hendra m)
Komentar