Filipina Sambut Kehadiran Militer AS

MANILA – Filipina kemarin mengumumkan penerimaan kehadirian militer Amerika Serikat (AS) di teritorialnya.

Manila mengklaim bahwa mereka menginginkan AS membantu pengamanan kepentingan dan menjamin perdamaian di wilayah, di tengah meningkatnya ketegangan dengan China. Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario mengatakan pemerintahannya bakal melaksanakan latihan militer bersama dengan mantan penjajah.

Del Rosario juga menyambut baik kehadiran pasukan AS dalam jumlah besar. “Itu sebagai keuntungan yang sangat signifikan mengeksplorasi untuk memaksimalkan pakta persekutuan kita dengan AS dengan berbagai cara sehingga akan menguntungkan kedua belah pihak,” kata del Rosario dikutip AFP.

Del Rosario tidak menyebutkan China sebagai alasan Filipina meminta kehadiran militer AS dalam jumlah besar. Tetapi, dia hanya menggarisbawahi tentang “ketegangan teritorial”.

Sebenarnya, selama beberapa dekade, Filipina bersitegang dengan China mengenai klaim kepulauan di Laut China Selatan. Tetapi, ketegangan semakin meningkat pada tahun lalu karena Manila menganggap China semakin meningkatkan pelanggaran perbatasan.

Del Rosario mengutarakan semakin banyaknya jumlah militer AS merupakan bagian dari rencana latihan perang. Selain itu, rotasi dan frekuensi kehadiran militer AS juga semakin ditingkatkan. “Kerjasama itu bertujuan untuk mencapai pengaruh keseimbangan sehingga menjamin perdamaian, stabilitas, dan pembangunan ekonomi di wilayah,” katanya.

Kehadiran militer AS itu juga sesuai dengan hukum Filipina yang melarang pasukan asing untuk membangun pangkalan militer di negara itu. Dulu, AS memiliki pangkalan militer yang besar di Filipina hingga 1992. Pada tahun itu diusir oleh senator Filipina.

Namun, sekitar 600 pasukan AS ditempatkan di Filipina selatan sejak beberapa tahun lalu. Manila mengklaim militer AS itu dimanfaatkan untuk melatihan prajurit lokal untuk memerangi pejuang Islam.

Pernyataan del Rosario itu setelah kedua negara terlibat dalam perundingan pada pekan ini untuk meningkatkan kerjasama militer. Pada tahun lalu, Presiden AS Barack Obama menegaskan perubahan strategi pertahanan dengan fokus utama di Asia. Pada November silam, AS menempatkan 2.500 Marinir di Australia utara.

Sementara itu, Militer AS bakal dipangkas habis-habisan. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta mengatakan pemerintah akan memangkas hampir 100.000 prajurit sebagai bagian pembangunan angkatan bersenjata yang lebih ramping. Perampingan angkatan bersenjata ini dilakukan karena Pentagon menghadapi pemotongan anggaran pertahanan hingga USD487 miliar (Rp4.300 triliun) selama 10 tahun mendatang.

Dalam lima tahun ke depan jumlah pasukan Angkatan Darat akan berkurang dari 570.000 orang menjadi 490.000 orang sedangkan personil marinir dipotong 20.000 personil menjadi 182.000 orang. Dengan menyusutnya jumlah personil militer ini, maka Pentagon akan meningkatkan kualitas pasukan-pasukan khususnya dan mempertahankan kemampuan mereka untuk mengalahkan musuh di daratan.

Selain mengurangi jumlah personil, militer AS juga akan mengalihkan fokusnya dari konflik-konflik berskala besar ke kawasan yang berpengaruh terhadap kepentingan AS.
Salah satu fokus baru itu, menurut Panetta, memperkuat komitmen AS di Asia.
“Pendekatan kami adalah menggunakan kesempatan ini untuk mempertahankan status militer terkuat dan tidak menghilangkan kekuatan kami,” kata Panetta dikutip BBC.

Tak bisa dipungkiri, milter AS harus melakukan pengurangan personil dan perlengkapan karena minimnya anggaran. Panetta mengatakan rencana pengajuan anggaran pertahanan baru menjadi kesempatan bagi kongres untuk bertindak secara bertanggung jawab terkait upaya memangkas defisit anggaran. “Ini adalah tantangan besar dan tak seorangpun bisa meremehkan hal ini,” kata Panetta. “Sangat mudah berbicara soal pengurangan defisit, namun pelaksanaannya sangat sulit,” imbuh mantan Direktur CIA itu.

Bagaimana dengan teknologi militer AS? Paneta menegaskan kebutuhan AS untuk tetap mempertahankan teknologi tinggi terkait meningkatnya kebutuhan militer dalam menggunakan pesawat terbang tanpa awak. Angkatan Udara AS juga harus mengistirahatkan pesawat-pesawat angkut berusia tua dan Angkatan Laut harus tetap membiarkan pesawat-pesawat jet mereka di atas kapal induk namun mengurangi frekuensi pelayaran. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford