RI Fokuskan Asia-Pasifik

Para pemimpin APEC dalam pertemuan di Pulau Hawaii, Amerika Serikat, 13 November. Dari kiri ke kanan, barisan pertama, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden China Hu Jintao, PM Kanada Stephen Harper, PM Australia Julia Gillard, Presiden Rusia Dmitry Medvedev, Presiden AS Barack Obama, PM Jepang Yoshihiko Noda, Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Presiden Cile Sebastiann Piaera, Pemimpin Hong Kong Donald Tsang.

Tak ada yang abadi di dunia ini. Semuanya selalu berubah. Entah karena siklus atau memang perubahan itu yang diinginkan oleh manusia. Siapa yang mau eksis dengan perubahan itu,maka penyesuaian harus dilakukan. Jika tidak,maka dunia lebih kejam dibandingkan perkiraan siapa saja. Sama halnya dalam dunia diplomasi bilateral juga mengalami perubahan. Strategi diplomasi yang diterapkan pun harus disesuaikan dengan perubahan yang terjadi.

Pertanyaannya saat ini, seperti apa perubahan yang terjadi di diplomasi bilateral? Sebenarnya itu bisa dibaca dengan kecenderungan dan model diplomasi yang diterapkan negara-negara lain.Itu bukan sebuah aksi mencontek,melainkan hanya mengikuti tren yang memang sedang berlangsung.

Adapun kecenderungan tren hubungan bilateral yang dilakukan negara-negara di dunia adalah adanya kecenderungan untuk mendekati negara-negara di Asia-Pasifik.Ini bisa dilihat dengan banyak negara-negara Barat mulai mendekati negara-negara di Asia-Pasifik. Bahkan,ada kencenderungan negara-negara Asia-Pasifik memiliki pamor yang lebih kuat dibandingkan di negaranegara di Amerika Latin, Amerika Utara,Eropa,Timur Tengah,dan Afrika.

China,Jepang,Korea Selatan,Filipina,Thailand, Malaysia dan masih banyak negara lain menjadi magnet dalam hubungan bilateral negara lainnya.Indonesia juga termasuk diidolakan bagi negara lain dalam menjalin hubungan bilateral yang lebih erat.Padahal, jika dibandingkan pada dekade atau beberapa tahun sebelumnya,fokus hubungan bilateral banyak negara lebih berorientasi pada negaranegara yang mengaku besar di Amerika Utara dan Eropa.

Menurut pakar hubungan internasional dari Universitas Indonesia,Haryadi Wiryawan, adanya perubahan yang signifikan di beberapa negara sebenarnya menjadi tantangan bagi Indonesia. “Pergeseran dan peralihan saat ini adalah banyak negara yang fokus di Asia-Pasifik. Perubahan itu sifatnya situasional kawasan itu berpengaruh terhadap politik luar negeri Indonesia,”kata Haryadi kepada SINDO.

Apakah Eropa masih menarik dalam politik luar negeri Indonesia? Haryadi menjawab bahwa Eropa telah kehilangan pamor.“Kita lihat saja Amerika Serikat yang lebih mengincar negaranegara di Asia- Pasifik dibandingkan negara-negara di kawasan lainnya,”ungkapnya. Pendapat yang diungkapkan Haryadi senada dengan Satu Limaye,direktur East- West Center di Washington, AS.

“Fokus terhadap Asia Tenggara merupakan elemen penting dalam kerja sama AS dengan Asia-Pasifik.Fokus itu menjadi salah satu periode yang sangat signifikan dalam aktivitas regional AS pada beberapa dekade mendatang,”kata Limaye dikutip eastwestcenter.org. Tak bisa dimungkiri jika negara-negara di Asia-Pasifik menjadi rebutan bagi negaranegara Eropa dan Amerika.

Bukan cuma itu,negaranegara di Amerika Latin juga melakukan hal serupa dengan meningkatkan pendekatan hubungan bilateral dengan negara-negara Asia-Pasifik. Kemudian negara-negara Timur Tengah tidak ingin ketinggalan. Beralihnya fokus diplomasi bilateral berbagai negara ke Asia-Pasifik disebabkan oleh beberapa hal,di antaranya faktor ekonomi dan geopolitik.

Faktor ekonomi dianggap penting karena negara di Asia- Pasifik,terutama negaranegara Asia Tenggara, dianggap sebagai pangsa pasar yang besar sehingga negara-negara lain juga berkepentingan dalam memasarkan produk mereka. Faktor geopolitik karena negara-negara di Asia-Pasifik memiliki posisi tawar yang lebih nyata dibandingkan dengan negara di kawasan lain.Posisi tawar itu menyangkut kondisi keamanan dan stabilitas politik baik di negara masing-masing maupun di kawasan.

Sudah sepantasnya Indonesia fokus untuk menjalin hubungan bilateral dengan negara-negara di Asia- Pasifik.Hubungan bilateral yang selama ini telah terjalin pun seyogianya ditingkatkan lebih erat lagi.Jangan sampai sesama negara Asia-Pasifik justru saling mengebiri dan bersitegang untuk urusan yang tidak penting dalam hal diplomasi. Sebenarnya ada beberapa alasan yang mendasari kenapa Indonesia harus menjalin hubungan bilateral dengan negara-negara Asia-Pasifik.

Pertama,Indonesia jangan hanya mau dijadikan sebagai “pasar”produk dari negara asing semata.Tetapi, Indonesia juga harus menjadikan negara mitra sebagai pasar produk Indonesia.Adanya diplomasi yang saling menguntungkan. Indonesia jangan hanya mau menjadi pihak yang lemah, tetapi harus menjadi mitra sejajar.Selama ini,ada kesan bahwa Indonesia selalu diperalat oleh mitranya dalam diplomasi bilateral.

Kedua,Indonesia harus berpandangan bahwa sumber investor bukan hanya dari Eropa dan Amerika Utara. Kita ketahui bahwa pertumbuhan jumlah investor di Asia jauh lebih meningkat dibandingkan di negara-negara Barat.Sudah saatnya,Indonesia melirik investor untuk mendatangkan investasi dalam jumlah besar ke Indonesia. Ketiga, Indonesia harus mengubah persepsi bahwa masa depan dunia di tangan dunia Barat. Sebaliknya masa depan dunia ada di Asia- Pasifik.

Sudah saatnya Indonesia membangun kedekatan bukan hanya secara ekonomi dengan negara-negara Asia,tetapi juga kedekatan politik. Keempat,biaya yang harus dikeluarkan Indonesia untuk berdiplomasi dengan negara tetangga juga tidak terlalu besar.Dengan biaya yang minimal,sudah sepantasnya Indonesia mendapatkan dampak maksimal. Dengan demikian,bakal terjalin sebuah hubungan yang saling menguntungkan. Kelima,dengan menjalin hubungan di antara sesama negara Asia-Pasifik,maka tidak terlalu banyak prasangka yang muncul.

Adanya perasaan senasib sepenanggungan sebagai negara berkembang menjadikan permasalahan lebih bisa diselesaikan dengan jalan damai.Jika pun ada sedikit ketegangan, itu hanya bersifat sementara. Dengan kelima hal itu bisa dilaksanakan,maka hubungan bilateral Indonesia akan semakin matang dan lebih terarah.Dengan demikian, masa depan diplomasi bilateral Indonesia akan lebih solid dan memberikan dampak yang nyata bagi bangsa Indonesia.

Tidak ada lagi diplomasi bilateral yang hanya bermain pada tataran retorika, melainkan pada langkah realitas yang berasaskan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Bermain di kawasan Asia- Pasifik juga harus menguntungkan bagi Indonesia. Menurut Haryadi,Indonesia harus ikut bermain di kawasan Asia-Pasifik untuk mendapatkan keuntungan.“Yang jelas, keuntungan yang dapat diraih Indonesia adalah secara politik dan ekonomi,”katanya.

Hanya,untuk bisa eksis di kancah diplomasi bilateral dengan negara-negara di Asia- Pasifik,Indonesia harus melakukan berbagai persiapan.Haryadi memberikan contoh dalam hubungan bilateral Indonesia dan China. Dia menyarankan agar hubungan Jakarta - Beijing harus direorientasi dan dibuatkan perubahan strategi. “Perubahan itu dengan tujuan agar menguntungkan bagi Indonesia,”tuturnya. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/452890/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford