Pemilu Lokal Suriah Dibayangi Kerusuhan
DAMASKUS– Suriah kemarin menggelar pemilu lokal meski kekerasan terus berlanjut antara pasukan keamanan dengan para demonstran. Otoritas setempat menjelaskan bahwa pemilu itu lebih jujur dan adil dibandingkan pemilu tahun sebelumnya.
Namun, kubu oposisi tetap menyerukan boikot dan meluncurkan pemogokan massal. Jumlah pemilih yang menggunakan hak suara diperkirakan sangat rendah. Sekitar 43.000 calon memperebutkan 17.000 kursi dewan di berbagai daerah. Kantor berita resmi SANAmelaporkan,Kementerian Dalam Negeri Suriah membagikan tinta untuk mencegah pencoblosan ganda. Sejumlah pihak mengatakan, banyak warga Suriah memilih tinggal di rumah daripada pergi ke tempat pemungutan karena alasan keamanan.
Seorang warga Homs mengatakan, dia bahkan tidak tahu hari ini ada pemilu.“Warga di sini menurunkan setiap foto Presiden Bashar al-Assad di jalan- jalan. Jadi,mungkin tidak ada foto calon yang ambil bagian dalam pemilu ini,” kata seorang warga kepada Al Jazeera. Sementara, kelompok antipemerintah di Homs mengatakan, 11 orang tewas dalam aksi kekerasan di Homs dan Hama pada Minggu (12/11).
PBB memperkirakan lebih dari 4.000 orang tewas dalam kekerasan selama sembilan bulan terakhir, 307 di antaranya anak-anak. Pemerintah Suriah mengatakan, mereka bertempur melawan kelompok-kelompok bersenjata.Jumlah tentara pemerintah yang bergabung dengan oposisi dilaporkan makin banyak. Pasukan pemerintah pun semakin terdesak melawan para pembelot.
Gerakan mogok massal dan demonstrasi direncanakan bakal menjadikan ibu kota Suriah sebagai kota mati. Komite Koordinasi Lokal (LCC), kelompok hak asasi manusia Suriah, menyerukan penutupan toko dan universitas dalam aksi demonstrasi. “Aksi pemogokan massal ini merupakan aksi putus asa.Adanya tangisan putus asa dari rakyat Suriah. Ini menjadi aksi terakhir yang dapat dilakukan kita,” kata Ashraf al-Moqdad, seorang anggota kubu oposisi.
Menurut Ashraf, demonstrasi dalam yang telah dilaksanakan selama sembilan bulan justru dilawan dengan kekerasan oleh pemerintah. “Kita sedang menunggu aksi nyata dari komunitas internasional. Terus, apa yang kita lakukan?”tanyanya. Pasukan keamanan di Suriah telah meneror para pemilik toko.Para pengusaha dipaksa untuk membuka toko atau mendapatkan aksi kekerasan. “Kita mendapatkan laporan bahwa pasukan pemerintah telah membakar 178 toko di Deraa,” katanya.
Sementara, partai oposisi Suriah Front Rakyat Reformasi dan Pembebasan mengimbau untuk membentuk pemerintah koalisi nasional yang diikuti oleh berbagai pihak untuk menyelesaikan krisis dalam negeri Suriah. Mereka menganggap pembentukan pemerintah koalisi nasional adalah jalan satu-satunya untuk memelihara negara dan persatuan bangsa. Hal ini berguna untuk menghapus berbagai kekuatan yang menentang. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/451275/
Namun, kubu oposisi tetap menyerukan boikot dan meluncurkan pemogokan massal. Jumlah pemilih yang menggunakan hak suara diperkirakan sangat rendah. Sekitar 43.000 calon memperebutkan 17.000 kursi dewan di berbagai daerah. Kantor berita resmi SANAmelaporkan,Kementerian Dalam Negeri Suriah membagikan tinta untuk mencegah pencoblosan ganda. Sejumlah pihak mengatakan, banyak warga Suriah memilih tinggal di rumah daripada pergi ke tempat pemungutan karena alasan keamanan.
Seorang warga Homs mengatakan, dia bahkan tidak tahu hari ini ada pemilu.“Warga di sini menurunkan setiap foto Presiden Bashar al-Assad di jalan- jalan. Jadi,mungkin tidak ada foto calon yang ambil bagian dalam pemilu ini,” kata seorang warga kepada Al Jazeera. Sementara, kelompok antipemerintah di Homs mengatakan, 11 orang tewas dalam aksi kekerasan di Homs dan Hama pada Minggu (12/11).
PBB memperkirakan lebih dari 4.000 orang tewas dalam kekerasan selama sembilan bulan terakhir, 307 di antaranya anak-anak. Pemerintah Suriah mengatakan, mereka bertempur melawan kelompok-kelompok bersenjata.Jumlah tentara pemerintah yang bergabung dengan oposisi dilaporkan makin banyak. Pasukan pemerintah pun semakin terdesak melawan para pembelot.
Gerakan mogok massal dan demonstrasi direncanakan bakal menjadikan ibu kota Suriah sebagai kota mati. Komite Koordinasi Lokal (LCC), kelompok hak asasi manusia Suriah, menyerukan penutupan toko dan universitas dalam aksi demonstrasi. “Aksi pemogokan massal ini merupakan aksi putus asa.Adanya tangisan putus asa dari rakyat Suriah. Ini menjadi aksi terakhir yang dapat dilakukan kita,” kata Ashraf al-Moqdad, seorang anggota kubu oposisi.
Menurut Ashraf, demonstrasi dalam yang telah dilaksanakan selama sembilan bulan justru dilawan dengan kekerasan oleh pemerintah. “Kita sedang menunggu aksi nyata dari komunitas internasional. Terus, apa yang kita lakukan?”tanyanya. Pasukan keamanan di Suriah telah meneror para pemilik toko.Para pengusaha dipaksa untuk membuka toko atau mendapatkan aksi kekerasan. “Kita mendapatkan laporan bahwa pasukan pemerintah telah membakar 178 toko di Deraa,” katanya.
Sementara, partai oposisi Suriah Front Rakyat Reformasi dan Pembebasan mengimbau untuk membentuk pemerintah koalisi nasional yang diikuti oleh berbagai pihak untuk menyelesaikan krisis dalam negeri Suriah. Mereka menganggap pembentukan pemerintah koalisi nasional adalah jalan satu-satunya untuk memelihara negara dan persatuan bangsa. Hal ini berguna untuk menghapus berbagai kekuatan yang menentang. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/451275/
Komentar