Militer Suriah Siapkan Serangan ke Kota Homs
BEIRUT – Prancis menyeru kekuatan dunia untuk menyelamatkan rakyat Suriah dari serangan militer rezim Presiden Bashar al-Assad. Seruan Prancis itu seiring tekanan Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Militer yang dikendalikan Assad terus menggempur Kota Homs yang menjadi basis para pemberontak. “Prancis sangat peduli dengan informasi mengenai serangan militer besar-besar yang disiapkan pasukan Suriah ke Kota Homs,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Bernard Valero, dikutip Reuters.“ Prancis memperingatkan pemerintah Suriah agar bertanggung jawab atas segala aksi terhadap warganya.”
Valero menegaskan, komunitas internasional harus memobilisasi kekuatan untuk menyelamatkan rakyat Suriah. Sebelumnya pada Jumat (6/12),Kementerian Luar Negeri AS menyebutkan laporan tentang persiapan militer Suriah untuk mengerahkan pasukan dalam jumlah besar menuju Kota Homs.“Mereka tidak dapat menyembunyikan siapa yang seharusnya bertanggung jawab jika ada serangan pada pekan ini,” kata Juru Bicara Kemlu AS.
Di Damaskus, pemerintah Suriah membantah terjadinya kerusuhan di wilayah mereka. Suriah justru memperingatkan agar pemberontak segera meletakkan senjata. Damaskus menuduh para pemberontak mendapat dukungan dari negara-negara Barat. “Tidak ada kebijakan untuk menciptakan kerusuhan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Suriah Jihad Makdesi melalui surat elektronik kepada Reuters.
Dia menyatakan bahwa pasukan Suriah melindungi warga sipil dan menegakkan hukum. Makdesi menegaskan, militer akan menghukum orang yang mengangkat senjata melawan negara.“Cerita demonstrasi damai bukan lagi kisah yang benar di beberapa tempat. Suriah membutuhkan evolusi dan bukan konfrontasi bersenjata,” kata Makdesi.
Di Homs, aktivis antirezim Suriah menyatakan tidak ada tanda-tanda bahwa pasukan pemerintah menuju kota itu. Kelompok oposisi minta para pekerja dan pengelola bisnis melakukan mogok kerja kemarin. Minggu merupakan hari pertama kerja di Suriah.Aksi itu disebut sebagai “pe-mogokan untuk kehormatan”.
Sebelumnya, Komisioner Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Navi Pillay menegaskan sedikitnya 4.000 orang tewas di Suriah sejak Maret silam. Pillay akan memberi penjelasan Dewan Keamanan PBB tentang Suriah dan Timur Tengah pada hari ini.“Kehidupan mungkin akan berubah jika tindakan diambil lebih awal.Bukan saya yang akan menentukan tindakan yang seperti apa,melainkanDewanKeamanan PBB,”katanya dikutip AFP.
Kekerasan terbaru terjadi pada Jumat lalu (9/12).Sedikitnya 24 warga Suriah ditembak mati saat berdemonstrasi setelah salat Jumat.Sumber aktivis lainnya menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 37 orang. Dalam demonstrasi itu pengunjuk rasa meneriakkan “Bashar merupakan musuh kemanusiaan.” andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/450784/
Militer yang dikendalikan Assad terus menggempur Kota Homs yang menjadi basis para pemberontak. “Prancis sangat peduli dengan informasi mengenai serangan militer besar-besar yang disiapkan pasukan Suriah ke Kota Homs,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Bernard Valero, dikutip Reuters.“ Prancis memperingatkan pemerintah Suriah agar bertanggung jawab atas segala aksi terhadap warganya.”
Valero menegaskan, komunitas internasional harus memobilisasi kekuatan untuk menyelamatkan rakyat Suriah. Sebelumnya pada Jumat (6/12),Kementerian Luar Negeri AS menyebutkan laporan tentang persiapan militer Suriah untuk mengerahkan pasukan dalam jumlah besar menuju Kota Homs.“Mereka tidak dapat menyembunyikan siapa yang seharusnya bertanggung jawab jika ada serangan pada pekan ini,” kata Juru Bicara Kemlu AS.
Di Damaskus, pemerintah Suriah membantah terjadinya kerusuhan di wilayah mereka. Suriah justru memperingatkan agar pemberontak segera meletakkan senjata. Damaskus menuduh para pemberontak mendapat dukungan dari negara-negara Barat. “Tidak ada kebijakan untuk menciptakan kerusuhan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Suriah Jihad Makdesi melalui surat elektronik kepada Reuters.
Dia menyatakan bahwa pasukan Suriah melindungi warga sipil dan menegakkan hukum. Makdesi menegaskan, militer akan menghukum orang yang mengangkat senjata melawan negara.“Cerita demonstrasi damai bukan lagi kisah yang benar di beberapa tempat. Suriah membutuhkan evolusi dan bukan konfrontasi bersenjata,” kata Makdesi.
Di Homs, aktivis antirezim Suriah menyatakan tidak ada tanda-tanda bahwa pasukan pemerintah menuju kota itu. Kelompok oposisi minta para pekerja dan pengelola bisnis melakukan mogok kerja kemarin. Minggu merupakan hari pertama kerja di Suriah.Aksi itu disebut sebagai “pe-mogokan untuk kehormatan”.
Sebelumnya, Komisioner Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Navi Pillay menegaskan sedikitnya 4.000 orang tewas di Suriah sejak Maret silam. Pillay akan memberi penjelasan Dewan Keamanan PBB tentang Suriah dan Timur Tengah pada hari ini.“Kehidupan mungkin akan berubah jika tindakan diambil lebih awal.Bukan saya yang akan menentukan tindakan yang seperti apa,melainkanDewanKeamanan PBB,”katanya dikutip AFP.
Kekerasan terbaru terjadi pada Jumat lalu (9/12).Sedikitnya 24 warga Suriah ditembak mati saat berdemonstrasi setelah salat Jumat.Sumber aktivis lainnya menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 37 orang. Dalam demonstrasi itu pengunjuk rasa meneriakkan “Bashar merupakan musuh kemanusiaan.” andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/450784/
Komentar