Kematian Kim Sisakan Kegelisahan

PYONGYANG– Kematian Kim Jong-il menyebabkan kekhawatiran dan kegelisahan para diplomat, pakar militer, dan pemimpin pemerintahan di Semenanjung Korea dan negara-negara besar.


Mereka masih menunggu sinyal pasti dari Korea Utara (Korut) yang masih berambisi terhadap senjata nuklir dan kelancaran suksesi. Dari Beijing hingga London ikut menghebohkan suramnya politik Korut.

Mereka berharap transisi pemerintah bakal berjalan lancar tanpa adanya ketegangan di Semenanjung Korea. Beijing sebagai sekutu utama Korut menyatakan duka mendalam atas kematian Kim Jong-il.Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Ma Zhaoxou mengatakan, Beijing bersedih atas kematian Kim. ”Kami mengungkapkan duka mendalam mengenai kabar ini dan menyampaikan duka cita kepada rakyat Korut,”kata Ma kepada kantor berita China, Xinhua. Ma memuji Kim sebagai ”pemimpin hebat” yang memberikan ”kontribusi penting” dalam diplomasi dengan China.

”Kami yakin bahwa rakyat Korut mampu mengubah kesedihan mereka menjadi kekuatan dan persatuan,”ujarnya. Ma menegaskan,China dan Korut akan terus bersamasama membuat kontribusi positif untuk terus berkonsolidasi dan mengembangkan persahabatan tradisional di antara kedua belah pihak. ”Tujuan utamanya adalah mempertahankan perdamaian dan sta-bilitas di Semenanjung Korea,”katanya. China tetap menawarkan dukungan bagi Korut. Rezim Pyongyang juga sangat bergantung kepada Beijing dalam hal diplomasi serta bantuan makanan dan bahan bakar.Beberapa bulan sebelum kematian Kim, dia dua kali mengunjungi China dengan menggunakan kereta.

China masih menjadi pemegang kunci stabilitas di Semenanjung Korea karena kedekatannya dengan Pyongyang. Menurut Cai Jiang, pakar hubungan Korea dari Universitas Fudan, Beijing menganggap bahwa usia Kim bakal bertahan beberapa tahun mendatang, tapi kematian itu sangat mengejutkan.”Kekhawatiran China adalah masalah stabilitas Korut. China tetap ber-keinginan untuk menjaga Korut tetap stabil,”katanya. Hal berbeda diungkapkan oleh Tokyo.

”Kami berharap bahwa kematian Kim Jong-il tidak akan berdampak kerugian terhadap perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea,” kata Juru Bicara Pemerintah Jepang Osamu Fujimura dikutip Reuters. Dia mengatakan, kabinet pemerintahan Jepang segera menggelar rapat menteri bidang keamanan. ”PM Noda meminta kepada peserta rapat keamanan untuk memperkuat upaya pengumpulan informasi, bekerja lebih erat, dan berbagai informasi dengan negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS),Korsel, dan China.

Kita harus menyiapkan kondisi yang tidak diperkirakan sebelumnya.Pemerintah berharap akan mengambil langkah yang diperlukan.” Namun,rapat keamanan kabinet Jepang belum memutuskan meningkatkan tahapan kewaspadaan militer. ”Saya memerintahkan setiap divisi untuk meningkatkan pengumpulan informasi serta tetap waspada dan selalu siaga,”kata Juru Bicara Kementerian PertahananYasuo Ichikawa.

Jepang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Korut. Hubungan kedua negara tidak akur karena penjajahan Jepang selama 35 tahun di Semenanjung Korea pada abad ke-20.Sama seperti negara lainnya, Jepang khawatir dengan kondisi yang tidak dapat diprediksi dan risiko atas kemampuan nuklir Korut. Di Korea Selatan (Korsel), militer dalam kondisi siaga penuh. Militer menempatkan pasukan di tempat-tempat yang rawan, termasuk wilayah perbatasan. Kepala staf gabungan mengatakan bahwa kesiagaan militer dan penjagaan perbatasan udara ditingkatkan dengan pengintaian satelit.

”Pengawasan dan keamanan di sepanjang perbatasan ditingkatkan. Kita terus mengawasi semua gerakan yang dilakukan militer Korut,” ujar juru bicara kementerian pertahanan Korsel kepada AFP.”Semua komandan juga dalam kondisi siaga.Korsel dan AS terus berbagi informasi intelijen. Hingga kini belum ada gerakan mencurigakan yang dilakukan militer Korut.” Presiden Korsel Lee Myungbak menyerukan agar semuanya bertindak tenang. Dia menyarankan warganya untuk tetap beraktivitas seperti biasa.

Presiden Lee juga dilaporkan telah menghubungi sekutunya seperti Washington dan Jepang untuk membahas respons mereka. Gedung Putih menyatakan Presiden Barack Obama dan Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak menyatakan komitmennya kembali untuk menjaga stabilitas Semenanjung Korea, demi kebebasan dan keamanan sekutunya.Kedua pemimpin ini sepakat melanjutkan dan mempererat kerja sama keamanan mereka. ”Kami tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas di semenanjung Korea untuk kebebasan dan keamanan sekutu kita,” demikian pernyataan resmi Gedung Putih dikutip New York Times.

Dari Eropa, Menteri Luar Negeri Inggris William Hague menegaskan bahwa pemimpin baru Korut bakal menjadi titik pembentukan baru bagi Korut. ”Kita berharap kepemimpinan baru bakal mengutamakan jalinan kerja sama dengan komunitas internasional yang menawarkan prospek terbaik dalam peningkatan kehidupan rakyat Korut,”katanya. Dari Berlin, Kementerian Luar Negeri Jerman berharap transisi baru Korut bakal memberikan perubahan bagi Korut. Perubahan menuju arah keterbukaan dengan dunia luar.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) juga menyampaikan rasa duka cita mendalam bagi rakyat Korut atas meninggalnya Kim Jong-il.”Pemerintah Indonesia berkeyakinan bahwa rakyat dan bangsa Korea Utara akan meneruskan komitmennya dalam membantu memelihara kedamaian, keamanan, dan kesejahteraan di kawasan Semenanjung Korea dan Asia- Pasifik pada umumnya,” ungkap pernyataan resmi Kemlu yang diterima SINDOkemarin. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/453132/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Kebakaran Meluas, Ribuan Warga Dievakuasi