Kematian Jong-il Bawa Harapan Reformasi

SEOUL – Kematian diktator Korea Utara (Korut) Kim Jongil memunculkan harapan akan adanya reformasi di negeri tersebut. Sejumlah pengamat menilai kepemimpinan Kim Jongun, generasi ketiga dinasti komunis ini, berpeluang membawa sebuah periode penuh kebajikan dan pragmatisme.

Cheong Seong-chang,pakar isu suksesi dari Institut Sejongdi Seoul,Korea Selatan,misalnya, melihat peluang tersebut lantaran pengalaman Jong-un yang pernah belajar di Swiss selama empat setengah tahun dan merasakan langsung sistem ekonomi pasar. Dengan latar seperti inilah pemimpin baru ini bakal mengadopsi pendekatan yang pragmatis.Itu berbeda ayahnya yang lebih berorientasi ideologi dan tidak memiliki pengalaman kapitalisme. “Ini merupakan titik balik bagi Korut yang diambilaliholehgenerasibaru,” ujar Seong-chang.

Kendati membawa harapan reformasi, para pakar percaya butuh waktu bertahun-tahun bagi Jong-un untuk menerapkan kebijakan yang pragmatis. Apalagi usianya masih 20 tahunan dan belum bisa melepaskan diri dari bayang-bayang ayahnya secara keseluruhan. Meskipun ada seruan dari Barat agar Korut mengikuti langkah Myanmar dalam mereformasi kebijakan politik dan ekonominya, Jong-un sepertinya akan tetap memegang teguh doktrin keluarga Kim—walau banyak diramal orang itu hanya sementara.Apalagi, media pemerintah Korut kemarin menyebutkan Jong-un berada di “barisan revolusi kepercayaan diri.”

“Sepertinya tidak ada terobosan dalam pengambilan keputusan reformasi politik dan ekonomi,”paparSarahMcDowall, analis ekonomi dan risiko geopolitik dari lembaga konsultan IHS. “Prioritas jangka menengah dan dekat adalah untuk mendapatkan dukungan elite politik dan militer, serta memperkuat citra diri Jong-un di mata publik Korut,”tambahnya. Washington juga menangkap adanya peluang tersebut. David Straub, deputi direktur Pusat Riset Asia-Pasifik Shorestein di Universitas Stanford, melihat ada pemimpin baru di Korut.

“Pejabat AS akan mempertimbangkan sinyal apa untuk dikirim ke Korut dan kapan serta bagaimana melakukannya. Itu diperlukan untuk memaksimalkan kesempatan perubahan positif di Korut,” katanya, dikutip The New York Times. Jong-un telah resmi ditunjuk sebagai pemimpin Korut bersamaan dengan pengumuman kematian ayahnya, Senin (19/12).Walaupun ada harapan reformasi, muncul pula kekhawatiran Jong-un akan mengambil langkah yang memperkeruh ketegangan di semenanjung Korea, dengan menunjukkan kekuatan militernya.

“ Sebagai upaya untuk menunjukkan dia sebagai pemimpin yang tegas dan berkekuatan penuh,dia bakal melakukan provokasi dengan risiko yang lebih besar,” ujar pakar Korut Marcus Noland dari Institut Peterson untuk Ekonomi Internasional di Washington,AS.Marcus memprediksi, Jong-un bakal melakukan uji coba nuklir dan serangan nuklir ke Korsel. Insiden penyerangan seperti bakal diskenariokan untuk memperkuat posisi jenderal bintang empat itu dalam komando militer Korut. Korsel sendiri telah berjanji akan merespons segala bentuk serangan dari Pyongyang. Jika itu benar-benar terjadi, maka semenanjung Korea bakal memanas.

Menteri Luar Negeri Hillary Clinton berharap pemimpin baru Korut bisa memilih jalan damai untuk menyelesaikan semua persoalan.Menurut istri mantan Presiden Bill Clinton ini, Amerika siap untuk membantu rakyat Korut dan menciptakan keamanan di Semenanjung Korea. “Harapan kami adalah pemimpin baru Korut akan memilih jalur damai dengan menghargai komitmen Korut untuk meningkatkan hubungan dengan negaranegara tetangga dan menghormati hak-hak rakyat,” kata Hillary,dikutip BBC.

Sebelum ini Presiden AS Barack Obama berjanji tetap membela negara-negara sekutu di kawasan Korea. Presiden Obama telah mengadakan pembicaraan dengan pemimpin Korsel dan Jepang terkait kematian Kim Jong-il. Dalam pembicaraan dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda, Obama menekankan komitmen AS untuk membela sekutu dekat mereka, termasuk Jepang. Menteri Pertahanan AS Leon Panetta juga kemarin berbicara dengan mitranya dari Korsel.

Kedua belah pihak sepakat untuk berkoordinasi. Militer Korsel disiagakan setelah pengumuman meninggalnya Kim Jong-il. Di lain pihak, Presiden China Hu Jintao berkunjung ke kedutaan Korut di Beijing dan menyatakan belasungkawa. Sebelumnya, Senin (19/12) malam, Menteri Luar Negeri China juga telah bertemu utusan Korut di Beijing.

Jasad Jong-il Disemayamkan

Korut kemarin menempatkan jenazah mendiang Kim Jong-il di sebuah kotak kaca bening di rumah duka di Istana Memorial Kumsusan, Pyongyang. Di tempat itu pula ayah mendiang Jong-il, Kim Il-sung, diawetkan jenazahnya. Jong-il mengenakan baju khas kebesarannya, dikelilingi kain merah,bunga merah dan putih. Pengawalannya pun sangat ketat,hanya beberapa anggota keluarga dan pejabat yang diperbolehkan mendekat ke peti jenazahnya. Jong-un datang untuk memberikan penghormatan pada mendiang ayahnya.Kedatangan Jong-un bersama para pejabat tinggi pemerintahan Korut.

“Kim Jong-un bersama pejabat tinggi partai, pejabat pemerintah, dan tentara mengunjungi peti jenazah Kim Jong-il untuk menyampaikan dukacita mendalam dengan kesedihan yang amat sangat,” demikian ditulis KCNA. Korut berada dalam situasi berduka hingga 29 Desember mendatang. Jong-il akan dikebumikan pada 28 Desember di Kumsusan. Kantor berita resmi Korut, KCNA, menyebut pemimpin yang tak berpengalaman dan masih muda itu sebagai “pilar rakyat”.“Di garis depan revolusi kita mendukung Kim Jong-un, pemimpin partai, militer, dan rakyat,”demikian tulis KCNA.

Korut menentukan 13 hari upacara berkabung bagi Jongil. Rezim itu menyimpan eraterat kematian Jong-il selama dua hari. Hingga seorang pembawa berita di televisi pemerintah mengumumkan kematian Jong-il telah meninggal Sabtu (17/12) lalu. Suasana duka juga masih menyelimuti seluruh Korut. Laporan terbaru kemarin menyebutkan semua rumah, perkantoran, pabrik, fasilitas perdagangan, dan kantor militer mengibarkan bendera setengah tiang.

Televisi pemerintah menayangkan rakyat Korea Utara mengantre melewati peti jenazah Kim Jong-il di Pyongyang. Tayangan di Pyongyang menunjukkan warga Korut meratapi mangkatnya pemimpin mereka. ● andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/453610/38/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford