Kekerasan Sektarian Makin Meluas
JENEWA – Kekerasan sektarian di Suriah semakin meluas. Puluhan jenazah kemarin bertebaran di jalanan di kota Homs, jantung pusat gerakan penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Pemerintahan Assad menghadapi tekanan dari kubu demonstran dan para tentara yang memberontak. Kini, konflik merembet ke arah sektarian. Kelompok Alawi yang mendukung Assad kini bertempur dengan siapa saja yang melawan pemerintahan Assad. Alawi merupakan kelompok minoritas yang berkuasa saat ini. Alawi yang berhaluan Syiah bersaing dengan kelompok Sunni.
Xinhua melaporka lebih dari 50 orang meninggal di kota Homs pada Senin (5/12) lalu. Pada Selasa (6/7), kelompok Alawi membunuh para warga Sunni dengan kejam. Hingga kemarin, kekerasan sektarian pun masih berlangsung di kota Homs dan kota lainnya.
Sementara, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Rodham Clinton pada Selasa (6/12) bertemu dengan kubu oposisi Suriah. Pertemuan itu mendiskusikan tekanan internasional agar Presiden Bashar al-Assad mundur.
Menurut pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS bahwa Dewan Nasional Suriah (SNC), payung organisasi oposisi, dianggap sebagai dewan yang merepresentasi rakyat Suriah yang menginginkan transisi demokratis dan damai. Dalam pertemuan itu, Hillary menanyakan rencana SNC dalam hal transisi pemerintahan demokrasi. SNC tidak meminta dukungan dan pengakuan AS.
Sementara itu, Presiden Suriah Bashar al-Assad membantah bahwa dia memerintahkan militer untuk membunuh atau bertindak brutal terhadap pengunjuk rasa antipemerintah. Assad menegaskan tidak ada perintah untuk membunuh atau bertindak brutal.
“Kami tidak membunuh rakyat kami. Tak ada satu pemerintah pun di dunia yang membunuh rakyatnya, kecuali dipimpin oleh orang yang gila,” kata Assad dalam wawancara eksklusif dengan stasiun televisi ABC. Presiden juga mengatakan tindakan yang diambil semata-mata untuk melindungi rakyat Suriah. Assad mengatakan tidak merasa bersalah atas kekerasan yang terjadi meski dia menyatakan menyesal atas kematian warga.
“Saya berusaha melakukan yang terbaik untuk melindungi rakyat saya, jadi saya tidak bisa merasa bersalah,” katanya dikutip BBC.Sebaliknya Presiden Bashar al-Assad menuding kelompok-kelompok bersenjata, kaum ekstrim dan teroris yang bersimpati kepada Al-Qaida di balik kekekerasan yang terjadi di dunia. Mereka, kata, Assad, berbaur dengan pengunjuk rasa damai.
Menurut Assad, sebagian besar korban tewas adalah pendukung pemerintah, di antaranya 1.100 tentara dan polisi tewas. Anggota pasukan keamanan yang telah bertindak melebihi kewenangannya telah dihukum. Presiden Suriah juga mengejek laporan PBB yang menyebutkan Suriah telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. “Siapa yang mengatakan bahwa PBB adalah lembaga yang dapat dipercaya?” tanya Assad. (andika hendra m)
Pemerintahan Assad menghadapi tekanan dari kubu demonstran dan para tentara yang memberontak. Kini, konflik merembet ke arah sektarian. Kelompok Alawi yang mendukung Assad kini bertempur dengan siapa saja yang melawan pemerintahan Assad. Alawi merupakan kelompok minoritas yang berkuasa saat ini. Alawi yang berhaluan Syiah bersaing dengan kelompok Sunni.
Xinhua melaporka lebih dari 50 orang meninggal di kota Homs pada Senin (5/12) lalu. Pada Selasa (6/7), kelompok Alawi membunuh para warga Sunni dengan kejam. Hingga kemarin, kekerasan sektarian pun masih berlangsung di kota Homs dan kota lainnya.
Sementara, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Rodham Clinton pada Selasa (6/12) bertemu dengan kubu oposisi Suriah. Pertemuan itu mendiskusikan tekanan internasional agar Presiden Bashar al-Assad mundur.
Menurut pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS bahwa Dewan Nasional Suriah (SNC), payung organisasi oposisi, dianggap sebagai dewan yang merepresentasi rakyat Suriah yang menginginkan transisi demokratis dan damai. Dalam pertemuan itu, Hillary menanyakan rencana SNC dalam hal transisi pemerintahan demokrasi. SNC tidak meminta dukungan dan pengakuan AS.
Sementara itu, Presiden Suriah Bashar al-Assad membantah bahwa dia memerintahkan militer untuk membunuh atau bertindak brutal terhadap pengunjuk rasa antipemerintah. Assad menegaskan tidak ada perintah untuk membunuh atau bertindak brutal.
“Kami tidak membunuh rakyat kami. Tak ada satu pemerintah pun di dunia yang membunuh rakyatnya, kecuali dipimpin oleh orang yang gila,” kata Assad dalam wawancara eksklusif dengan stasiun televisi ABC. Presiden juga mengatakan tindakan yang diambil semata-mata untuk melindungi rakyat Suriah. Assad mengatakan tidak merasa bersalah atas kekerasan yang terjadi meski dia menyatakan menyesal atas kematian warga.
“Saya berusaha melakukan yang terbaik untuk melindungi rakyat saya, jadi saya tidak bisa merasa bersalah,” katanya dikutip BBC.Sebaliknya Presiden Bashar al-Assad menuding kelompok-kelompok bersenjata, kaum ekstrim dan teroris yang bersimpati kepada Al-Qaida di balik kekekerasan yang terjadi di dunia. Mereka, kata, Assad, berbaur dengan pengunjuk rasa damai.
Menurut Assad, sebagian besar korban tewas adalah pendukung pemerintah, di antaranya 1.100 tentara dan polisi tewas. Anggota pasukan keamanan yang telah bertindak melebihi kewenangannya telah dihukum. Presiden Suriah juga mengejek laporan PBB yang menyebutkan Suriah telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. “Siapa yang mengatakan bahwa PBB adalah lembaga yang dapat dipercaya?” tanya Assad. (andika hendra m)
Komentar