Insiden Penembakan Tentara-Pakistan Tolak Penyidikan AS
ISLAMABAD– Pakistan kemarin menolak penyidikan Amerika Serikat (AS) atas pembunuhan 24 tentara Pakistan.Penolakan itu kian memperkeruh krisis antara Washington dan Islamabad.
Penyidikan menggambarkan kesalahan dan kebuntuan komunikasi di antara kedua belah pihak. Itu menunjukkan adanya ketidakharmonisan dalam rencana operasi militer antara Pakistan dan AS. Sepertinya ada ketidakpercayaan persekutuan antara kedua negara. “Militer Pakistan tidak sepakat dengan temuan penyidikan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) dan AS yang dilaporkan media-media.
Laporan penyidikan itu terlalu sedikit mengungkap fakta,” demikian keterangan militer Pakistan dikutip AFP.“Respons detail akan diberikan ketika laporan formal diterima.” Pakistan menolak ikut serta dalam penyidikan insiden itu, meskipun AS telah mengirimkan permohonan maaf dari Presiden Barack Obama.Islamabad telah menutup perbatasan ke Afghanistan sehingga pasokan logistik NATO sejak 26 November silam terhenti.
Penutupan perbatasan selama 28 hari itu membuat perang di Afghanistan tidak menentu. Suplai pasokan dan logistik yang paling cepat dan murah bagi 140.000 pasukan asing yang melawan Taliban dalam kondisi yang sangat parah. Pakistan juga memboikot konferensi Bonn yang membahas Afghanistan.
Investigasi AS yang dipimpin jenderal Angkatan Udara AS, menyalahkan lemahnya koordinasi pasukan AS dan Pakistan atas serangkaian kesalahan yang memicu serangan lintas perbatasan selama 10 tahun peperangan di Afghanistan. Secara garis besar, AS untuk pertama kalinya mengakui ikut bersalah dalam serangan udara di perbatasan Afghanistan.
AS mengakui pasukannya ditembaki senapan mesin dan mortir.Penyelidikan militer AS menyimpulkan tindakan tentara AS bisa dibenarkan karena untuk membela diri. Pernyataan Kementerian Pertahanan AS menyebutkan minimnya rasa saling percaya antara militer AS dan Pakistan memainkan peran penting dalam insiden ini.“Kesenjangan informasi tentang operasi dan penempatan unit-unit dari kedua pihak menyebabkan terjadinya kasus yang sangat tragis ini,” ungkap militer AS yang dikutip BBC.
Laporan yang didapatkan harian Wall Street Journalmenyebutkan tentara AS melakukan sejumlah kesalahan dan memberi informasi yang tidak akurat kepada militer Pakistan. Sumber- sumber militer mengatakan sebelum operasi dilakukan para komandan AS dan Afghanistan mengambil kesimpulan yang keliru,bahwa tidak ada tentara Pakistan di lokasi perbatasan yang akan diserang.
Para analis melihat hanya sedikit kemungkinan laporan penyidikan itu bakal memper baiki hubungankeduanegara.“Militer kita dan pemerintah mengampanyekan isu anti-Amerika,meski adanya opsi pembukaan kembali negosiasi dengan AS,”ujar pakar keamanan Hasan Askari di Lahore kepadaAFP. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/454328/
Penyidikan menggambarkan kesalahan dan kebuntuan komunikasi di antara kedua belah pihak. Itu menunjukkan adanya ketidakharmonisan dalam rencana operasi militer antara Pakistan dan AS. Sepertinya ada ketidakpercayaan persekutuan antara kedua negara. “Militer Pakistan tidak sepakat dengan temuan penyidikan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) dan AS yang dilaporkan media-media.
Laporan penyidikan itu terlalu sedikit mengungkap fakta,” demikian keterangan militer Pakistan dikutip AFP.“Respons detail akan diberikan ketika laporan formal diterima.” Pakistan menolak ikut serta dalam penyidikan insiden itu, meskipun AS telah mengirimkan permohonan maaf dari Presiden Barack Obama.Islamabad telah menutup perbatasan ke Afghanistan sehingga pasokan logistik NATO sejak 26 November silam terhenti.
Penutupan perbatasan selama 28 hari itu membuat perang di Afghanistan tidak menentu. Suplai pasokan dan logistik yang paling cepat dan murah bagi 140.000 pasukan asing yang melawan Taliban dalam kondisi yang sangat parah. Pakistan juga memboikot konferensi Bonn yang membahas Afghanistan.
Investigasi AS yang dipimpin jenderal Angkatan Udara AS, menyalahkan lemahnya koordinasi pasukan AS dan Pakistan atas serangkaian kesalahan yang memicu serangan lintas perbatasan selama 10 tahun peperangan di Afghanistan. Secara garis besar, AS untuk pertama kalinya mengakui ikut bersalah dalam serangan udara di perbatasan Afghanistan.
AS mengakui pasukannya ditembaki senapan mesin dan mortir.Penyelidikan militer AS menyimpulkan tindakan tentara AS bisa dibenarkan karena untuk membela diri. Pernyataan Kementerian Pertahanan AS menyebutkan minimnya rasa saling percaya antara militer AS dan Pakistan memainkan peran penting dalam insiden ini.“Kesenjangan informasi tentang operasi dan penempatan unit-unit dari kedua pihak menyebabkan terjadinya kasus yang sangat tragis ini,” ungkap militer AS yang dikutip BBC.
Laporan yang didapatkan harian Wall Street Journalmenyebutkan tentara AS melakukan sejumlah kesalahan dan memberi informasi yang tidak akurat kepada militer Pakistan. Sumber- sumber militer mengatakan sebelum operasi dilakukan para komandan AS dan Afghanistan mengambil kesimpulan yang keliru,bahwa tidak ada tentara Pakistan di lokasi perbatasan yang akan diserang.
Para analis melihat hanya sedikit kemungkinan laporan penyidikan itu bakal memper baiki hubungankeduanegara.“Militer kita dan pemerintah mengampanyekan isu anti-Amerika,meski adanya opsi pembukaan kembali negosiasi dengan AS,”ujar pakar keamanan Hasan Askari di Lahore kepadaAFP. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/454328/
Komentar