Pakistan Tingkatkan Provokasi

SLAMABAD– Pakistan berjanji tidak akan melaksanakan ”urusan seperti biasa” dengan Amerika Serikat (AS) setelah insiden serangan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang menewaskan 24 prajurit Pakistan.

Itu sebagai retorika yang dimainkan oleh Perdana Menteri (PM) Pakistan Yousuf Raza Gilani. ”Urusan seperti biasa tidak akan terjadi lagi,kita memiliki sesuatu yang lebih besar untuk memuaskan bangsa saya, seluruh negara,” katanya dalam wawancara dengan stasiun televisi CNN.

Ketika ditanya apakah persekutuan antara AS dan Pakistan akan berlanjut,Gilani menjawab semuanya bisa dilanjutkan jika ada pemahaman yang menguntungkan dan kepentingan yang menguntungkan. ”Jika saya tidak dapat menjamin kedaulatan negara saya, bagaimana kita dapat katakan itu merupakan sebuah pemahaman dan kepentingan yang menguntungkan,”cetus dia. Komentar Gilani itu merefleksikan kegeraman Pakistan dan militernya. Apalagi, adanya tekanan yang sangat kuat dari publik Pakistan untuk mengakhiri persekutuan dengan AS.

”Anda tidak akan memenangkan perang apa pun tanpa mendapatkan dukungan dari rakyat,”kata Gilani.”Kita membutuhkan rakyat dengan kita,”imbuhnya. Ketegasan Gilani itu memberikan ancaman bakal putusnya atau berkurangnya kerja sama dalam upaya pemulihan perdamaian di Afghanistan. Apalagi, langkah yang ditempuh Gilani juga mendapatkan dukungan militer.

”Ini dapat memicu konsekuensi serius di berbagai tingkatan dan perluasan kerja sama kita,” ujar juru bicara militer Pakistan Mayor Jenderal Athar Abbas kepada Reuters. Kemarin, Pakistan menyatakan akan memboiko pertemuan internasional mengenai Afghanistan bulan depan sebagai protes atas insiden itu. Pakistan mengalami manis dan getir dalam kerja sama dengan AS.Apalagi,Pakistan dinilai juga menjalin kedekatan dengan kelompok gerilyawan.

Namun, Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan dan memiliki senjata nuklir menjadikan posisi tawarnya semakin kuat di mata Gedung Putih. Washington juga sangat percaya jika Islamabad dapat memainkan peranan penting dalam upaya untuk mendamaikan Afghanistan sebelum seluruh pasukan NATO ditarik pada 2014. Para pejabat keamanan nasional AS pada Senin waktu setempat bertemu di Gedung Putih. Mereka mendiskusikan insiden serangan NATO.Ancaman Pakistan untuk menutup rute pasokan ke Afghanistan juga menjadi topik hangat.

Pasalnya, rute itu bakal menghentikan pasokan logistik bagi 140.000 pasukan NATO di Afghan.Masa depan persekutuan Washington dan Islamabad juga dibahas dalam rapat itu. Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan,Presiden Barack Obama percaya bahwa insiden penyerangan itu sebagai ”sebuah tragedi”.”Hubungan kerja sama yang penting dengan Pakistan pun kini semakin rumit,” katanya dikutip AFP. Washington mendukung penyidikan penuh.

Militer AS telah menunjuk Brigadir Jenderal Stephen Clark dari Komando Operasi Khusus Angkatan Udara di Florida, untuk memimpin penyelidikan yang juga melibatkan seorang perwakilan NATO terhadap insiden penembakan tentara Pakistan itu. Komando Pusat militer AS memaparkan, pemerintah Afghanistan dan Pakistan akan diundang untuk berpartisipasi dalam penyelidikan itu. Hingga kini masih belum jelas seperti apa yang terjadi dalam insiden penyerangan pasukan NATO terhadap prajurit Pakistan. Seorang pejabat Barat mengatakan, pasukan Afghanistan dan NATO ditembaki dari markas militer Pakistan.

”Serangan balasan dari NATO merupakan aksi membela diri,” ujar pejabat itu kepada Wall Street Journal. Menurut seorang komandan polisi perbatasan Afghanistan, pasukan NATO tidak akan menembak, kecuali mereka diserang. ”Bagi saya, sangat jelas prajurit NATO ditembaki dari wilayah itu,” kata petugas polisiz. Komandan Taliban Afghanistan Mullah Samiullah Rahmani menegaskan kelompoknya tidak terlibat baku tembak dengan NATO atau pasukan Afghanistan di wilayah itu. Namun,dia mengatakan kalau gerilyawan Taliban menguasai beberapa desa Afghanistan di perbatasan dengan Pakistan.

Athar Abbas menegaskan, 72 tentara Pakistan telah tewas dan 250 terluka akibat serangan di perbatasan selama tiga tahun terakhir.”Kita tidak menerima hal ini. Pemimpin kita akan menentukan langkah lebih lanjut,”tegasnya. Pada Sabtu (26/11), helikopter dan pesawat tempur NATO menggempur dua pos militer di perbatasan Pakistan. Insiden itu menewaskan 24 prajurit dan melukai 13 tentara lainnya.
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/447423/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford