Liga Arab Ultimatum Suriah

KAIRO– Liga Arab pada Kamis (24/11) waktu setempat memberikan ultimatum baru kepada Damaskus dalam kurun waktu 24 jam. Ultimatum itu mengenai pemberian izin monitor untuk memasuki Suriah atau menghadapi sanksi.

Para petinggi diplomat Arab juga meminta Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) Ban Ki-moon untuk menempuh semua langkah sebagai dukungan terhadap Liga Arab dalam penyelesaian krisis di Suriah. Ketua Liga Arab Nabil al-Arabi mengatakan, blok 22 negara itu mengundang Suriah untuk menandatangani kesepakatan di Kairo pada Jumat pukul 01.00 waktu setempat.

Kesepakatan itu mengizinkan pengawas untuk melakukan monitor di Suriah.Salah satu keputusannya adalah meminta Suriah mengizinkan 500 pemantau masuk ke sejumlah wilayah di negara itu dan melihat kondisi lapangan di tengah aksi unjuk rasa yang masih berlangsung. Putusan lainnya yang juga telah dikeluarkan adalah penghentian keanggotaan Suriah dari Liga Arab.

“Besok (Jumat) adalah batas akhir bagi Suriah untuk menandatangani kesepakatan,” kata Perwakilan Mesir untuk Liga Arab, Afifi Abdel Wahab. Menteri Keuangan Liga Arab bakal bertemu hari ini untuk membahas sanksi terhadap Suriah jika tidak menandatangani kesepakatan. Sanksi itu seperti berupa pembekuan transisi keuangan yang melibat bank sentral dan bank komersial. Sanksi lainnya juga termasuk pembekuan aset keuangan pemerintah Damaskus.

Sementara, Menteri Luar Negeri Lebanon Adnan Mansur menegaskan, Beirut tidak akan mendukung sanksi Liga Arab terhadap Suriah. Sebelumnya Amerika Serikat dan Uni Eropa telah memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Suriah. “Saya tidak memperkirakan semua negara Arab bakal berpartisipasi dalam sanksi itu,”kata Menteri Ekonomi Suriah Mohammed Nidal al- Shaar kepada AFP.

Dari Moskow, Rusia kemarin mengekspresikan penolakan terhadap sanksi yang diberlakukan terhadap Suriah sebagai tanggapan atas proposal “koridor kemanusiaan” yang diajukan Prancis terhadap Suriah. “Pada tahap ini,apa yang dibutuhkan bukan resolusi, bukan sanksi, bukan tekanan, tetapi dialog dengan pemerintah Suriah,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Alexander Lukashevich dikutip Reuters.“

Saya pikir kita akan mengembalikan terhadap pertanyaan kepala kejelasan mengenai apa yang seharusnya didiskusikan.” Bersama China dan partner mereka di kelompok BRICS— Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan—Moskow memperingatkan penentangan mereka terhadap intervensi asing tanpa dukungan PBB dan meminta Assad agar segera memulai dialog dengan oposisi.

Merujuk ke seluruh wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, komunike itu memaparkan, negara-negara BRICS menekankan pentingnya penghormatan sepenuhnya terhadap hak asasi manusia (HAM) bagi semua pihak,khususnya pihak berwenang, untuk melindungi warga sipil tak bersenjata. Tapi, mereka tidak menyalahkan pihak tertentu di Suriah. Kerusuhan kembali memanas di Suriah.Sebanyak 32 orang tewas, termasuk 11 anggota keamanan dan tujuh pilot militer pada Kamis. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/446544/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford