Jelang Pemilu Mesir Memanas
KAIRO– Sedikitnya dua orang tewas dan ratusan orang terluka di Mesir kemarin, dalam kerusuhan antara polisi dan para demonstran.
Kerusuhan itu terjadi menjelang pemilu pertama sejak tergulingnya Hosni Mubarak.Kekerasan itu menjadikan masa depan Mesir semakin tidak menentu, karena adanya penolakan dari sebagian warga terhadap pemerintahan militeristik sekarang.
”Turunkan Tantawi,” demikian suara yang digaungkan para demonstran di Lapangan Tahrir di Kairo.Marsekal Udara Hussein Tantawi merupakan penguasa militer setelah Mubarak. Demonstran melempari polisi dan tentara yang berjaga di sekitar aksi demonstrasi.Aparat keamanan pun mengarahkan senapan kepada para demonstran. Ahmed Mahmoud,23, menderita luka tembak di dada, tewas seketika.Sedangkan Baha Eddin Mohamed Hussein, 25, tewas ditembak peluru karet di Alexandria.
Sekitar 750 orang lain terluka di Lapangan Tahrir.Ratusan lainnya juga terluka dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan di Alexandria.Kementerian Dalam Negeri Mesir menyebutkan, 40 petugas polisi terluka dalam penanganan aksi demonstrasi. Kerusuhan di Kairo diawali saat polisi berusaha merobohkan tenda-tenda yang didirikan demonstran di Lapangan Tahrir yang menjadi basis pengunjuk rasa sejak Jumat (18/11). Upaya polisi ini membuat para pengunjuk rasa marah dan kembali ke Lapangan Tahrir untuk melawan aparat keamanan.
Polisi kemudian menembakkan peluru karet ke arah pengunjuk rasa saat demonstran mulai membakari mobil-mobil polisi. Seorang pengunjuk rasa, Ahmed Abdel-Qader,mengatakan bahwa warga melempari markas kepolisian menggunakan batu.”Kami hanya mampu menumbangkan pemimpin rezim (Hosni Mubarak), namun sisanya masih kuat berdiri,” kata Ahmed dikutip BBC. Seorang aktivis lainnya, Ahmed Abol Enein, mengatakan tidak ada satu pun tuntutan revolusi yang dipenuhi pemerintah.” Kita butuh transfer kekuasaan kepada rakyat sipil.
Segala sesuatu yang terjadi menunjukkan militer ingin tetap berkuasa,” kata Enein dikutip AFP. Selain menembakkan peluru karet,aparat kepolisian dituduh melakukan pemukulan terhadap para pengunjuk rasa. ”Mereka memukuli kami dengan brutal, tak peduli lakilaki atau perempuan,” kata seorang pengunjuk rasa, Ali Abdel Aziz. ”Menteri dalam negeri harus bertanggung jawab. Kami hanya punya satu tuntutan, dewan militer harus dibubarkan.” Salah seorang kandidat presiden Mesir juga turun ke LapanganTahrir.
”Saya katakan kepada kamu untuk tidak meninggalkan lapangan ini.Lapangan ini akan menuntun jalan perubahan, mulai saat ini,”kata Hazem Salah Abu Ismail, calon presiden dari kubu Islam garis keras. ”Besok, seluruh Mesir akan mengikuti jalanmu.” Sementara itu, anggota Organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) Mesir Ghada Shahbender mengatakan bahwa seorang demonstran kehilangan mata akibat tembakan peluru karet. ”Ini sebuah kejahatan. Polisi menembakkan peluru karet langsung ke arah kepala. Saya mendengar seorang perwira memerintahkan pasukannya untuk menembak kepala,” kata Ghada.
Pemerintahan Militer Mesir menjanjikan akan menyerahkan kekuasaan setelah pemilu presiden.Pada 28 November mendatang, pemilu parlemen bakal digelar. Perdana Menteri Mesir Essam Sharaf meminta warga dan pengunjuk rasa segera menjauhi Lapangan Tahrir. ”Apa yang terjadi di Lapangan Tahrir sangat berbahaya dan mengancam tujuan negara dan revolusi,” demikian bunyi pernyataan resmi kabinet Mesir. Panglima Militer Mesir Jenderal Mohsen Fangary mengatakan, rakyat Mesir di tepi bahaya.
”Meminta pemerintah mundur sama saja meminta negara untuk hancur,” kata Fangary dikutip Reuters. Dia menjamin, pemilu bakal digelar tepat waktu. Militer dan Kementerian Dalam Negeri, kata Fangary, bakal menjamin keamanan. ”Militer bakal kembali ke barak pada 2012,” tegasnya. Sebelumnya, militer mendapatkan dukungan kuat setelah tergulingnya Mubarak. Militer menjanjikan stabilitas dan memenjarakan Mubarak dan keluarganya. Sayang, dukungan publik semakin melemah.
Kelompok liberal meragukan niat pengadilan militer terhadap Mubarak dan kroninya.Kelompok Islam melihat militer ingin terus berpengaruh di parlemen dan pemerintahan mendatang. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/445184/
Kerusuhan itu terjadi menjelang pemilu pertama sejak tergulingnya Hosni Mubarak.Kekerasan itu menjadikan masa depan Mesir semakin tidak menentu, karena adanya penolakan dari sebagian warga terhadap pemerintahan militeristik sekarang.
”Turunkan Tantawi,” demikian suara yang digaungkan para demonstran di Lapangan Tahrir di Kairo.Marsekal Udara Hussein Tantawi merupakan penguasa militer setelah Mubarak. Demonstran melempari polisi dan tentara yang berjaga di sekitar aksi demonstrasi.Aparat keamanan pun mengarahkan senapan kepada para demonstran. Ahmed Mahmoud,23, menderita luka tembak di dada, tewas seketika.Sedangkan Baha Eddin Mohamed Hussein, 25, tewas ditembak peluru karet di Alexandria.
Sekitar 750 orang lain terluka di Lapangan Tahrir.Ratusan lainnya juga terluka dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan di Alexandria.Kementerian Dalam Negeri Mesir menyebutkan, 40 petugas polisi terluka dalam penanganan aksi demonstrasi. Kerusuhan di Kairo diawali saat polisi berusaha merobohkan tenda-tenda yang didirikan demonstran di Lapangan Tahrir yang menjadi basis pengunjuk rasa sejak Jumat (18/11). Upaya polisi ini membuat para pengunjuk rasa marah dan kembali ke Lapangan Tahrir untuk melawan aparat keamanan.
Polisi kemudian menembakkan peluru karet ke arah pengunjuk rasa saat demonstran mulai membakari mobil-mobil polisi. Seorang pengunjuk rasa, Ahmed Abdel-Qader,mengatakan bahwa warga melempari markas kepolisian menggunakan batu.”Kami hanya mampu menumbangkan pemimpin rezim (Hosni Mubarak), namun sisanya masih kuat berdiri,” kata Ahmed dikutip BBC. Seorang aktivis lainnya, Ahmed Abol Enein, mengatakan tidak ada satu pun tuntutan revolusi yang dipenuhi pemerintah.” Kita butuh transfer kekuasaan kepada rakyat sipil.
Segala sesuatu yang terjadi menunjukkan militer ingin tetap berkuasa,” kata Enein dikutip AFP. Selain menembakkan peluru karet,aparat kepolisian dituduh melakukan pemukulan terhadap para pengunjuk rasa. ”Mereka memukuli kami dengan brutal, tak peduli lakilaki atau perempuan,” kata seorang pengunjuk rasa, Ali Abdel Aziz. ”Menteri dalam negeri harus bertanggung jawab. Kami hanya punya satu tuntutan, dewan militer harus dibubarkan.” Salah seorang kandidat presiden Mesir juga turun ke LapanganTahrir.
”Saya katakan kepada kamu untuk tidak meninggalkan lapangan ini.Lapangan ini akan menuntun jalan perubahan, mulai saat ini,”kata Hazem Salah Abu Ismail, calon presiden dari kubu Islam garis keras. ”Besok, seluruh Mesir akan mengikuti jalanmu.” Sementara itu, anggota Organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) Mesir Ghada Shahbender mengatakan bahwa seorang demonstran kehilangan mata akibat tembakan peluru karet. ”Ini sebuah kejahatan. Polisi menembakkan peluru karet langsung ke arah kepala. Saya mendengar seorang perwira memerintahkan pasukannya untuk menembak kepala,” kata Ghada.
Pemerintahan Militer Mesir menjanjikan akan menyerahkan kekuasaan setelah pemilu presiden.Pada 28 November mendatang, pemilu parlemen bakal digelar. Perdana Menteri Mesir Essam Sharaf meminta warga dan pengunjuk rasa segera menjauhi Lapangan Tahrir. ”Apa yang terjadi di Lapangan Tahrir sangat berbahaya dan mengancam tujuan negara dan revolusi,” demikian bunyi pernyataan resmi kabinet Mesir. Panglima Militer Mesir Jenderal Mohsen Fangary mengatakan, rakyat Mesir di tepi bahaya.
”Meminta pemerintah mundur sama saja meminta negara untuk hancur,” kata Fangary dikutip Reuters. Dia menjamin, pemilu bakal digelar tepat waktu. Militer dan Kementerian Dalam Negeri, kata Fangary, bakal menjamin keamanan. ”Militer bakal kembali ke barak pada 2012,” tegasnya. Sebelumnya, militer mendapatkan dukungan kuat setelah tergulingnya Mubarak. Militer menjanjikan stabilitas dan memenjarakan Mubarak dan keluarganya. Sayang, dukungan publik semakin melemah.
Kelompok liberal meragukan niat pengadilan militer terhadap Mubarak dan kroninya.Kelompok Islam melihat militer ingin terus berpengaruh di parlemen dan pemerintahan mendatang. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/445184/
Komentar