Arroyo Dituntut atas Pembantaian Massal

MANILA– Bukan hanya skandal korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan semata, mantan Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo bakal menghadapi tuntutan keterlibatannya dalam pembunuhan massal.

Sebanyak anggota keluarga dari 57 orang yang tewas dalam pembunuhan berlatar politik di masa pemerintahan Arroyo kemarin mengajukan tuntutan hukum terhadap mantan presiden itu. Mereka menuding Arroyo mempersenjatai dan mendukung para pembunuh. Keluarga korban pembantaian massal bermotif politik pada 2009 di Provinsi Maguindanao di Filipina Selatan itu mengklaim Arroyo yang saat itu menjabat sebagai presiden seharusnya bisa mencegah terjadinya peristiwa itu.

Para keluarga korban menuntut Arroyo memberikan ganti rugi sebesar 15 juta peso (Rp3,1 miliar).Tuntutan ini diajukan hanya sehari sebelum peringatan tragedi berdarah itu di Filipina. Inilah tuntutan hukum terakhir yang dilayangkan kepada mantan presiden itu setelah Comelec (Komisi Pemilu Filipina) menuduhnya melakukan kecurangan pada pemilu 2007.Wanita berusia 64 tahun itu kini juga menghadapi penyelidikan tuduhan korupsi selama berkuasa.

”Tuntutan hukum itu akan diajukan di pengadilan Manila pada Selasa siang (kemarin siang),” kata Harry Roque, pengacara korban pembunuhan. ”Arroyo seharusnya dapat menyadari bahwa Andal Ampatuan Senior dan anaknya adalah bahaya.” Jaksa penuntut pemerintah telah mendakwa kepala keluarga Ampatuan yang berkuasa di Provinsi Maguindanao sebagai dalang pembunuhan massal itu.

”Arroyo memberikan kemudahan bagi Ampatuan untuk melakukan pembunuhan massal. Dia membantu mempersenjatai mereka, melegitimasi tentara pribadi, memberikan bantuan, dan memberikan dukungan politik,” kata Roque kepada AFP. Keluarga Ampatuan merupakan orang berkuasa yang mendapatkan dukungan Arroyo.

Andal Ampatuan Senior merupakan gubernurMaguindanaodananggota koalisi berkuasa saat Arroyo berkuasa. Arroyo memberikan bantuan persenjataan kepada militer yang dikendalikan Ampatuan. Militer yang dikendalikan Ampatuan juga kerap bertempur dengan pejuang Muslim di Filipina selatan. Hingga saat ini Ampatuan Senior masih ditahan bersama putra dan pendukungnya.

Ampatuan Senior dituduh memimpin 100 pria bersenjata menyerang kandidat pesaingnya pada November 2009 lalu.Pekan lalu Ampatuan Senior juga dituduh berkonspirasi dengan Arroyo melakukan kecurangan dalam pemilu senat pada 2007. Kuasa Hukum Arroyo, Raul Lambino, mengatakan bahwa tuntutan hukum itu merupakan godaan yang sederhana. ”Kita mempertimbangkan serangkaian tekanan terhadap Arroyo,”kata Lambino kepada stasiun televisi ABS-CBN.

Keluarga Ampatuan dianggap sebagai klan terkuat di Provinsi Maguindanao. Mereka melakukan pembantaian terhadap 57 orang pada November 2009 lalu.Di antara korban adalah istri dari rival politik klan Ampatuan, yakni Toto Mangudadatu. Korban tewas juga terjadi terhadap wartawan yang hendak meliput pendaftaran pencalonan Toto Mangudadatu untuk menjadi Gubernur Provinsi Maguindanao.

Sementara, kemarin foto Arroyo yang diambil saat ditangkap polisi beredar di Internet dan media.Foto itu memperlihatkan Arroyo yang mengenakan penyangga leher dan terlihat sangat lemah karena penyakit tulang yang menggerogotinya. Beredarnya foto-foto itu membuat kecewa pengacara mantan presiden itu.

”Semua orang seharusnya diperlakukan dengan terhormat, meski dia adalah mantan presiden atau orang biasa. Sistem hukum itu juga menganjurkan prinsipprinsip ini,” kata pengacara Arroyo,Ferdinand Topacio,kepada stasiun televisi GMA. Meski pejabat pengadilan dan pemerintah menyebut foto itu tidak dirilis ke media,foto itu justru menjadi foto utama di koran terbesar di Filipina.

Foto itu juga muncul dalam situs www.mugshots.com dan tersebar luas di berbagai media sosial. Direktur Jenderal Kepolisian Nasional Filipina Nicanor Bartolome menegaskan, fotofoto Arroyo yang beredar di Internet itu palsu. ”Saya tekankan, foto-foto yang beredar itu bukan foto asli Arroyo yang diambil saat prosedur penangkapan pada Sabtu (19/11).Fotofoto itu ditunjukkan di Pengadilan Kota Pasay kemarin (Senin, 21/11),” papar Bartolome dikutip Inquirer. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/445817/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford