Mesir Selidiki Kerusuhan Berdarah
KAIRO – Pemerintah Mesir kemarin memulai penyelidikan terhadap kerusuhan yang menyebabkan 25 orang tewas. Langkah itu di tengah kemarahan terhadap dewan militer yang bekuasa dan seruan dari warga agar perdana menteri mengundurkan diri.
Dewan Militer Angkatan Bersenjata yang telah meminta Perdana Menteri (PM) Essam Sharaf agar secepatnya membentuk panel pencari fakta untuk menginvestifasi kerusuhan yang berlansung pada Minggu (9/10) lalu. Sebanyak 25 orang tewas, sebagian besar adalah penganut Kristen Coptic dan lebih dari 300 orang terluka.
Para penyidik militer telah menginterograsi 25 orang yang dituduh terlibat dalam kerusuhan itu. Namun, belum ada langkah militer untuk menyelidiki petugas yang menangani kerusuhan.
Para pemimpin politik dan agama pada Senin (10/10) menggelar pertemuan untuk menyelesaikan krisis. Mereka khawatir kerusuhan bakal meluas ke seluruh penjuru Mesir dan mengancam pemerintahan transisi setelah tumbangnya Hosni Mubarak.
Pemantau Hak Asasi Manusia (HRW) yang berbasis di New York, Amerika Serikat, menyerukan penyelidikan yang jujur, menyeluruh, dan imparsial. “Penyidikan harus spesifik untuk mengungkap pembunuhan sedikitnya 17 demonstran Kristen Coptic yang disebabkan kendaraan militer,” demkian keterangan HRW, dikutip AFP. Mereka juga menyerukan agar dilaksanakan pemeriksaan terhadap petugas dan pejabat militer dan polisi yang menangani kerusuhan.
Sementara pada Senin malam (10/10) waktu setempat, ribuan orang menghadiri kebaktian di katedral Coptic di Kairo untuk mendoakan 17 demonstran. Tayangan stasiun televisi menunjukkan petimati dibawa dari rumah sakit Copt, tempat di mana otopsi digelar. Petimati itu dibawa ke katedral untuk didoakan sebelum dikuburkan.
Sebelumnya pada Senin pagi, ratusan orang berkumpul di luar Rumah Sakit Coptic. Mereka menyuarakan perlawanan terhadap dewan militer yang dipimpin Marsekal Udara Hussein Tantawi. “SOS: Copt dibawah serangan militer Mesir,” demikian bunyi salah satu spanduknya.
Menurut Pemimpin Gereja Ortodok Coptic Mesir Paus Shenuda III menuding adanya infiltrasi yang memicu kerusuhan jalanan itu. Imam Besar Ahmed al-Tayyeb telah menyarankan agar membuat undang-undang persatuan untuk mengurangi ketegangan sektarian. Kabinet transisi Mesir telah berjanji untuk mengamandemen undang-undang agama yang memberikan jaminan bagi Coptic untuk melaksanakan kebebasan beragama.
Harian independen Al-Masry Al-Youm kemarin menyerukan pengunduran diri PM Mesir. “Negara telah kehilangan keseimbangan. Rezim saat ini berada di ujung kehancuran. Pemerintahan Sharaf tidak memiliki kredibilitas. Semuanya tinggal mengatakan bahwa Sharaf seharusnya mengundurkan diri,” demikian tulis media itu.
Kemudian, Partai Wafd juga mengungkapkan pandangan yang sama. “Setelah semua yang terjadi, kita dapat mengatakan bahwa dia tidak dapat menjalankan tugas sebagai PM Mesir dan dia harus mundur,” demikian pernyataan mereka.
Sementara Arab Saudi meminta Mesir untuk menahan diri dalam menghadapi kerusuhan. Kalau Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan Presiden Amerika Serikat Barack Obama memberikan perhatian penuh dalam kerusuhan Mesir. (andika hendra m)
000
Dewan Militer Angkatan Bersenjata yang telah meminta Perdana Menteri (PM) Essam Sharaf agar secepatnya membentuk panel pencari fakta untuk menginvestifasi kerusuhan yang berlansung pada Minggu (9/10) lalu. Sebanyak 25 orang tewas, sebagian besar adalah penganut Kristen Coptic dan lebih dari 300 orang terluka.
Para penyidik militer telah menginterograsi 25 orang yang dituduh terlibat dalam kerusuhan itu. Namun, belum ada langkah militer untuk menyelidiki petugas yang menangani kerusuhan.
Para pemimpin politik dan agama pada Senin (10/10) menggelar pertemuan untuk menyelesaikan krisis. Mereka khawatir kerusuhan bakal meluas ke seluruh penjuru Mesir dan mengancam pemerintahan transisi setelah tumbangnya Hosni Mubarak.
Pemantau Hak Asasi Manusia (HRW) yang berbasis di New York, Amerika Serikat, menyerukan penyelidikan yang jujur, menyeluruh, dan imparsial. “Penyidikan harus spesifik untuk mengungkap pembunuhan sedikitnya 17 demonstran Kristen Coptic yang disebabkan kendaraan militer,” demkian keterangan HRW, dikutip AFP. Mereka juga menyerukan agar dilaksanakan pemeriksaan terhadap petugas dan pejabat militer dan polisi yang menangani kerusuhan.
Sementara pada Senin malam (10/10) waktu setempat, ribuan orang menghadiri kebaktian di katedral Coptic di Kairo untuk mendoakan 17 demonstran. Tayangan stasiun televisi menunjukkan petimati dibawa dari rumah sakit Copt, tempat di mana otopsi digelar. Petimati itu dibawa ke katedral untuk didoakan sebelum dikuburkan.
Sebelumnya pada Senin pagi, ratusan orang berkumpul di luar Rumah Sakit Coptic. Mereka menyuarakan perlawanan terhadap dewan militer yang dipimpin Marsekal Udara Hussein Tantawi. “SOS: Copt dibawah serangan militer Mesir,” demikian bunyi salah satu spanduknya.
Menurut Pemimpin Gereja Ortodok Coptic Mesir Paus Shenuda III menuding adanya infiltrasi yang memicu kerusuhan jalanan itu. Imam Besar Ahmed al-Tayyeb telah menyarankan agar membuat undang-undang persatuan untuk mengurangi ketegangan sektarian. Kabinet transisi Mesir telah berjanji untuk mengamandemen undang-undang agama yang memberikan jaminan bagi Coptic untuk melaksanakan kebebasan beragama.
Harian independen Al-Masry Al-Youm kemarin menyerukan pengunduran diri PM Mesir. “Negara telah kehilangan keseimbangan. Rezim saat ini berada di ujung kehancuran. Pemerintahan Sharaf tidak memiliki kredibilitas. Semuanya tinggal mengatakan bahwa Sharaf seharusnya mengundurkan diri,” demikian tulis media itu.
Kemudian, Partai Wafd juga mengungkapkan pandangan yang sama. “Setelah semua yang terjadi, kita dapat mengatakan bahwa dia tidak dapat menjalankan tugas sebagai PM Mesir dan dia harus mundur,” demikian pernyataan mereka.
Sementara Arab Saudi meminta Mesir untuk menahan diri dalam menghadapi kerusuhan. Kalau Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan Presiden Amerika Serikat Barack Obama memberikan perhatian penuh dalam kerusuhan Mesir. (andika hendra m)
000
Komentar