Bangkok Bertahan dari Banjir
BANGKOK – Pemerintah Thailand kemarin berusaha mati-matian untuk melindungi ibukota dari terjangan banjir yang masih menjadi ancaman.
Banjir semakin meluas di berbagai penjuru Negeri Gajah Putih itu dan telah mengakibatkan 300 korban tewas. Banjir terburuk sepanjang sejarah Thailand itu telah menenggelamkan sebagian besar rumah dan pusat bisnis. Akibatnya, puluhan ribu orang pun harus mencari perlindungan di pengungsian.
Otoritas telah memasang ribuan karung pasir di sepanjang kanal di ujung utara Bangkok untuk menahan banjir yang mengancam Bangkok. Upaya itu untuk menyelamatkan 12 juta warga Bangkok.
Berbagai upaya mencegah banjir agar tidak menuju Bangkok dilakukan pemerintah. Bahkan, dalam rangka mempercepat aliran sungai ke Teluk Thailand, pemerintah telah mengorganisir ribuan kapal untuk menjalan mesinnya di sungai Chao Phraya, Bang Pa Kong, dan Tha Chin. Tetapi, upaya itu mengakibatkan wilayah di sekitar Bangkok justru terendam banjir semakin parah.
“Pemerintah Thailand dakan melakukan apapun untuk mengurangi penderitaan rakyat akibat banjir. Saya berharap semua orang akan bergabung bersama, sehingga kita dapat melalui masa-masa sulit ini,” kata Perdana Menteri (PM) Thailand Yingluck Shinawatra dikutip AFP.
Yingluck menegaskan pemeritahnya memusatkan diri untuk mencegah air banjir menggenangi daerah-daerah penting. “Kami akan melindungi daerah strategis dan jantung ekonomi termasuk zona industri, dan propinsi bagian tengah serta ibukota Thailand, mencakup bandara internasional,” tuturnya dikutip BBC. Sebenarnya, kondisi Bangkok relatif aman. Bandara Internasional Suvarnabhumi masih beroperasi seperti biasa.
Yingluck telah memerintahkan tentara dan sukarelawan sipil terus melanjutkan upaya menangkal banjir terparah dalam puluhan tahun ini. Para pejabat yang bertanggung jawab dalam menangani bencana mengatakan mereka merencanakan untuk mengalihkan air melalui kanal ke timur dan barat Bangkok sebelum dialirkan ke laut. Para pejabat mengatakan dalam beberapa hari mendatang ini merupakan masa kritis karena naiknya air laut dan juga memburuknya cuaca.
Kawasan utara dan tengah Thailand telah terendam air banjir yang terjadi sejak Juli lalu. Banyak desa-desa yang terendam dan sejauh ini lebih dari 297 orang tewas akibat banjir yang dipicu hujan lebat ini. Toko-toko di sejumlah tempat di Bangkok kehabisan pasok karena banyaknya penduduk yang panik menyimpan makanan karena khawatir gangguan banjir.
Sementara, Amerika Serikat (AS) telah mengirimkan pesawat dari Jepang yang membawa ribuan karung pasir. Banjir kali ini memukul ekonomi Thailand, terutama mengurangi produksi mobil, elektronik, dan berbagai produk lainnya. Perusahaan otomotif asal Jepang, termasuk Toyota, telah menghentikan produksi akibat fasilitas mereka terendam banjir.
Dilaporkan Reuters, jumlah kerugian akibat banjir mencapai USD3 miliar dengan catatan sepertiga wilayah Thailand terendam banjir. “Langkah yang dilakukan pemerintah berjalan baik. Tingkat ketinggian air masih normal, dan sangat memuaskan sehingga banjir tidak memasuki Bangkok,” kata Jenderal Polisi Pongsapat Pongcharoen, juru bicara pusat krisis yang didirikan di bandara Dong Muang.
Provinsi Ayutthaya, Pathum Thani, dan Nakhon Sawan di utara Bangkok mengalami kerusakan paling parah. Kompleks industri di Ayutthaya yang memiliki 93 perusahaan dengan 8.500 pekerja terpaksa diliburkan karena banjir pada Minggu (kemarin). “Banjir datang sekitar tengah malam. Operator telah memberitahukan kondisi itu dan langsung mengevakuasi para pekerja dari pabrik. Hingga kini, lima kawasan industri masih banjir,” kata Prayoon Tingthong kepada Reuters. (andika hendra m)
Banjir semakin meluas di berbagai penjuru Negeri Gajah Putih itu dan telah mengakibatkan 300 korban tewas. Banjir terburuk sepanjang sejarah Thailand itu telah menenggelamkan sebagian besar rumah dan pusat bisnis. Akibatnya, puluhan ribu orang pun harus mencari perlindungan di pengungsian.
Otoritas telah memasang ribuan karung pasir di sepanjang kanal di ujung utara Bangkok untuk menahan banjir yang mengancam Bangkok. Upaya itu untuk menyelamatkan 12 juta warga Bangkok.
Berbagai upaya mencegah banjir agar tidak menuju Bangkok dilakukan pemerintah. Bahkan, dalam rangka mempercepat aliran sungai ke Teluk Thailand, pemerintah telah mengorganisir ribuan kapal untuk menjalan mesinnya di sungai Chao Phraya, Bang Pa Kong, dan Tha Chin. Tetapi, upaya itu mengakibatkan wilayah di sekitar Bangkok justru terendam banjir semakin parah.
“Pemerintah Thailand dakan melakukan apapun untuk mengurangi penderitaan rakyat akibat banjir. Saya berharap semua orang akan bergabung bersama, sehingga kita dapat melalui masa-masa sulit ini,” kata Perdana Menteri (PM) Thailand Yingluck Shinawatra dikutip AFP.
Yingluck menegaskan pemeritahnya memusatkan diri untuk mencegah air banjir menggenangi daerah-daerah penting. “Kami akan melindungi daerah strategis dan jantung ekonomi termasuk zona industri, dan propinsi bagian tengah serta ibukota Thailand, mencakup bandara internasional,” tuturnya dikutip BBC. Sebenarnya, kondisi Bangkok relatif aman. Bandara Internasional Suvarnabhumi masih beroperasi seperti biasa.
Yingluck telah memerintahkan tentara dan sukarelawan sipil terus melanjutkan upaya menangkal banjir terparah dalam puluhan tahun ini. Para pejabat yang bertanggung jawab dalam menangani bencana mengatakan mereka merencanakan untuk mengalihkan air melalui kanal ke timur dan barat Bangkok sebelum dialirkan ke laut. Para pejabat mengatakan dalam beberapa hari mendatang ini merupakan masa kritis karena naiknya air laut dan juga memburuknya cuaca.
Kawasan utara dan tengah Thailand telah terendam air banjir yang terjadi sejak Juli lalu. Banyak desa-desa yang terendam dan sejauh ini lebih dari 297 orang tewas akibat banjir yang dipicu hujan lebat ini. Toko-toko di sejumlah tempat di Bangkok kehabisan pasok karena banyaknya penduduk yang panik menyimpan makanan karena khawatir gangguan banjir.
Sementara, Amerika Serikat (AS) telah mengirimkan pesawat dari Jepang yang membawa ribuan karung pasir. Banjir kali ini memukul ekonomi Thailand, terutama mengurangi produksi mobil, elektronik, dan berbagai produk lainnya. Perusahaan otomotif asal Jepang, termasuk Toyota, telah menghentikan produksi akibat fasilitas mereka terendam banjir.
Dilaporkan Reuters, jumlah kerugian akibat banjir mencapai USD3 miliar dengan catatan sepertiga wilayah Thailand terendam banjir. “Langkah yang dilakukan pemerintah berjalan baik. Tingkat ketinggian air masih normal, dan sangat memuaskan sehingga banjir tidak memasuki Bangkok,” kata Jenderal Polisi Pongsapat Pongcharoen, juru bicara pusat krisis yang didirikan di bandara Dong Muang.
Provinsi Ayutthaya, Pathum Thani, dan Nakhon Sawan di utara Bangkok mengalami kerusakan paling parah. Kompleks industri di Ayutthaya yang memiliki 93 perusahaan dengan 8.500 pekerja terpaksa diliburkan karena banjir pada Minggu (kemarin). “Banjir datang sekitar tengah malam. Operator telah memberitahukan kondisi itu dan langsung mengevakuasi para pekerja dari pabrik. Hingga kini, lima kawasan industri masih banjir,” kata Prayoon Tingthong kepada Reuters. (andika hendra m)
Komentar