200 Koran Baru Terbit di Libya
\TRIPOLI – Lebih dari 200 koran independen terbit di Libya sejak jatuhnya Muammar Khadafi. Perkembangan ini menunjukkan era kebebasan informasi sedang muncul,setelah 42 tahun terkekang rezim yang menyensor semua berita yang ditulis media.
Menurut beberapa agen koran, para pelanggan mereka selalu memborong semua surat kabar untuk menjamin kalau mereka tidak ketinggalan satu pun berita.Itu merupakan harga rendah yang harus dibayar untuk kebebasan.“Pelanggan umumnya membeli semua koran dan kemudian baru memutuskan untuk membaca berita yang mana,”ujar Rajab Al-Waheishi, agen koran sejak 1956, dikutip Reuters.
Bisnis media saat ini memang sedang meledak di Libya. Al-Waheishi berterima kasih atas banyaknya koran yang menawarkan beragam isi dan variasi media yang dijual.Selama Khadafi berkuasa, dia hanya menjual beberapa koran dari penerbit yang ditentukan pemerintah. Sensor pemerintah sangat ketat terhadap informasi yang disebarkan kepada publik.
Umumnya, artikel media pada era Khadafi ditulis agen pemerintah untuk menjamin stabilitas negara.Para jurnalis yang berusaha melanggar aturan bakal dijebloskan ke penjara atau diculik.Perusahaan media yang membangkang ditutup paksa oleh pemerintah. Sebenarnya bukan hanya warga Libya semata yang menikmati kebebasan informasi. Warga Tunisia dan Mesir juga merasakan hal yang sama.
Akan tetapi, rakyat Libya merasa lebih bahagia karena pemimpin yang selama ini mengekang mereka telah meninggal. “Segalanya lebih baik.Kita menunggu pemerintah, setelah deklarasi pembebasan Libya. Kita akan melihat apa yang bisa dibaca,” ujar warga Libya, Sediq Magairif,warga Libya. Perusahaan penerbit pun merayakan kebebasan baru.
“Itu sesuatu yang baik karena pada masa lalu kita tidak dapat mencetak apa pun tanpa izin pemerintah. Kini tidak ada satu pun orang yang menanyakan kepada kita, apa yang bakal dicetak,” ujar Abubaker Hammuda, pemilik perusahaan percetakan Al Taleb. Salah seorang pejabat NTC yang mendukung kebebasan pers adalah Idris Al-Musmari. Dia pernah dipenjara selama 10 tahun pada 1980-an karena aktivitas politiknya.
Kini dia memimpin salah satu komite khusus NTC yang mempromosikan dan mendukung kebebasan pers. Dengan proposal NTC, pemerintah bakal membayar biaya percetakan pada tiga edisi pertama untuk semua penerbitan baru. Setelah itu, pemerintah akan memberikan diskon dalam biaya percetakan.
Biaya itu diambil dari badan media yang didirikan pemerintahan era Khadafi. Al-Musmari juga berencana mengurangi media milik pemerintah dari lima menjadi dua media. Namun, media independen bebas menerbitkan koran, tabloid, ataupun selebaran. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/438147/
Menurut beberapa agen koran, para pelanggan mereka selalu memborong semua surat kabar untuk menjamin kalau mereka tidak ketinggalan satu pun berita.Itu merupakan harga rendah yang harus dibayar untuk kebebasan.“Pelanggan umumnya membeli semua koran dan kemudian baru memutuskan untuk membaca berita yang mana,”ujar Rajab Al-Waheishi, agen koran sejak 1956, dikutip Reuters.
Bisnis media saat ini memang sedang meledak di Libya. Al-Waheishi berterima kasih atas banyaknya koran yang menawarkan beragam isi dan variasi media yang dijual.Selama Khadafi berkuasa, dia hanya menjual beberapa koran dari penerbit yang ditentukan pemerintah. Sensor pemerintah sangat ketat terhadap informasi yang disebarkan kepada publik.
Umumnya, artikel media pada era Khadafi ditulis agen pemerintah untuk menjamin stabilitas negara.Para jurnalis yang berusaha melanggar aturan bakal dijebloskan ke penjara atau diculik.Perusahaan media yang membangkang ditutup paksa oleh pemerintah. Sebenarnya bukan hanya warga Libya semata yang menikmati kebebasan informasi. Warga Tunisia dan Mesir juga merasakan hal yang sama.
Akan tetapi, rakyat Libya merasa lebih bahagia karena pemimpin yang selama ini mengekang mereka telah meninggal. “Segalanya lebih baik.Kita menunggu pemerintah, setelah deklarasi pembebasan Libya. Kita akan melihat apa yang bisa dibaca,” ujar warga Libya, Sediq Magairif,warga Libya. Perusahaan penerbit pun merayakan kebebasan baru.
“Itu sesuatu yang baik karena pada masa lalu kita tidak dapat mencetak apa pun tanpa izin pemerintah. Kini tidak ada satu pun orang yang menanyakan kepada kita, apa yang bakal dicetak,” ujar Abubaker Hammuda, pemilik perusahaan percetakan Al Taleb. Salah seorang pejabat NTC yang mendukung kebebasan pers adalah Idris Al-Musmari. Dia pernah dipenjara selama 10 tahun pada 1980-an karena aktivitas politiknya.
Kini dia memimpin salah satu komite khusus NTC yang mempromosikan dan mendukung kebebasan pers. Dengan proposal NTC, pemerintah bakal membayar biaya percetakan pada tiga edisi pertama untuk semua penerbitan baru. Setelah itu, pemerintah akan memberikan diskon dalam biaya percetakan.
Biaya itu diambil dari badan media yang didirikan pemerintahan era Khadafi. Al-Musmari juga berencana mengurangi media milik pemerintah dari lima menjadi dua media. Namun, media independen bebas menerbitkan koran, tabloid, ataupun selebaran. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/438147/
Komentar