DK PBB Mulai Bahas Permintaan Palestina

NEW YORK – Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) kemarin memulai perundingan dan konsultasi mengenai aplikasi Palestina yang mengajukan keanggotaan penuh terhadap lembaga terbesar dunia itu.


Meski pemilihan anggota DK PBB yang bersejarah tidak dapat diperkirakan bakal dilaksanakan pada beberapa pekan mendatang, Amerika Serikat (AS) telah mengancam memveto langkah itu.Washington bersikeras bahwa hanya perundingan langsung antara Israel dan Palestina sebagai langkah tepat untuk mendirikan Negara Palestina.

Permohonan ini membutuhkan sedikitnya sembilan dari 15 anggota DK untuk disetujui. Jika AS memveto, semua upaya Presiden Palestina Mahmud Abbas bakal sia-sia. Abbas pada pekan lalu mendesak agar Dewan yang berkedudukan di New York ini mendukung keanggotaan sebuah negara merdeka dengan dasar perbatasan dengan Israel seperti berlaku sebelum 1967. Israel membalas dengan mengatakan mendesak kembali dilangsungkannya perundingan damai tanpa syarat. Pembicaraan untuk menuju perdamaian macet antara dua negara pada bulan September tahun 2010.

Kubu Palestina memilih keluar sidang sebagai protes atas diteruskannya pembangunan permukiman Yahudi di wilayah yang diduduki di Tepi Barat.Menurut Palestina, perundingan tidak dapat dilangsungkan selama Israel terus memperluas permukiman Yahudi di wilayah yang dianggap sebagai hak Palestina. Sambutan meriah diberikan pada Mahmoud Abbas saat mendarat di Tepi Barat setelah kunjungan ke New York,Minggu (25/9).Kepada massa yang bersorak riuh, pria berambut putih itu mengatakan tekadnya untuk tetap menolak berunding dengan Israel tanpa pembekuan pembangunan permukimanYahudi.

“Kita tekankan pada semua pihak bahwa kita ingin memperoleh hak kita melalui jalur damai, melalui negosiasi tapi bukan sembarang negosiasi,” katanya di depan ribuan orang yang berkumpul di depan kantornya di Ramallah.“Kita akan pakai hukum internasional sebagai dasar perundingan, dan penghentian seluruh kegiatan permukiman.” Menurut Abbas, pihaknya datang ke PBB membawa harapan, mimpi, ambisi, penderitaan, visi dan kebutuhan rakyat atas Negara Palestina yang merdeka.

“Saya tidak memiliki keraguan bahwa dunia bebas dari satu pendudukan hingga pihak lainnya menerima apa yang kita katakan pada mereka mengenai kamu dan mimpimu bakal dihargai,” katanya dikutip dari BBC. Abbas membakar emosi rakyat Palestina.“Perjuangan diplomatis kita telah dimulai dan masih ada jalan panjang membentang di hadapan. Kita sadar, ada pihak-pihak yang akan menjegal kita, ada pihak yang tidak ingin ada keadilan dan menentang hak kita. Kita akan melawan,” tegas Abbas dikutip dari CNN. Abbas disambut bak pahlawan.

Dia menciptakan sejarah karena berani mengajukan aplikasi keanggotaan penuh PBB meski ditentang AS dan Israel. Al Jazeera melaporkan, saat meninggalkan Tepi Barat ke New York,Abbas dalam posisi sebagai “pemimpin yang lemah”.Tapi, dia datang dengan popularitas yang meningkat drastis yang tidak pernah terjadi sebelumnya.Abbas berhasil memosisikan dirinya sebagai pria sejati. Sementara, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan agar Palestina setuju berunding lagi tanpa syarat. “Perundingan tidak akan pernah berakhir kecuali dimulai dulu,” kata Netanyahu.

“Kalau kita terus berunding tentang perundingan itu sendiri, di mana ini yang terjadi selama 2,5 tahun ini, kita tidak akan ke mana-mana.” Dalam wawancaranya dengan koran pan-Arab,Sharq al- Awsat, yang diterbitkan Minggu (25/9), Abbas menyebut Netanyahu sebagai pemimpin Israel paling tak fleksibel yang pernah dia kenal.“Posisi ideologis Benjamin Netanyahu tidak memberikan dia peluang untuk maju,”ujar Abbas. Abbas menempatkan Netanyahu di peringkat terbawah pemimpin Israel yang pernah bernegosiasi dengannya.

Pemimpin Palestina itu menyebut bekerja bersama mendiang Yitzhak Rabin, Shimon Peres, Ariel Sharon, Ehud Olmert, dan Tzipi Livni membuka peluang adanya negosiasi kedua belah pihak. Empat pihak yang mencoba jadi penengah konflik,Kuartet Timur Tengah yang beranggotakan AS, PBB, Uni Eropa dan Rusia, telah menyerukan agar Israel dan Palestina melanjutkan perundingan damai dalam sebulan ini dan menargetkan tercapai kesepakatan damai akhir tahun depan. Abbas meragukan niat baik Kuartet.Tapi, Israel mempertimbangkan usulan itu.

Sementara,mantan pemimpin Kuba Fidel Castro kemarin menuduh Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama “membual” saat berpidato di PBB dan menyebut tindakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Libya sebagai “kejahatan besar”. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/430965/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford