Suu Kyi Serukan Persatuan

BAGO – Ikon demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi menyerukan persatuan dalam kunjungan politik pertamanya kalinya sejak dibebaskan dari tahanan rumah.

Perempuan berusia 66 tahun itu melakukan kunjungan satu hari dengan mengunjungi sebuah pagoda di kota Bago, sebelum membuka perpustakaan di dekat Tha Nat Pin. Di sana, dia memberikan pidato di tengah kerumunan sekitar 600 orang.

“Kita dapat membangun negara ini hanya ketika kita bekerjasama,” kata Suu Kyi seperti dikutip dari AFP. “Persatuan adalah kekuatan. Persatuan dibutuhkan di mana saja dan itu sangat dibutuhkan di negara kita.”

Suu Kyi mengatakan dia selalu mencoba yang terbaik sejak bergabung dengan dunia politik lebih dari 20 tahun lalu. “Saya akan melanjutkan sebanyak saya lakukan,” tegasnya.

Dalam konvoi Suu Kyi yang diikuti 30 mobil meninggalkan Yangon pada kemarin pagi. Rombongan itu terdiri dari anggota Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), jurnalis dan diplomat. Menurut peraih Nobel Perdamaian itu terkejut dengan sambutan rakyat dalam kunjungan itu.

Polisi membantu mengatur para pendukung Suu Kyi yang berdiri di pinggri jalan. “Kita Cinta Suu (Kyi),” demikian teriakan para pendukung Suu Kyi. “Saya sangat senang berjumpa dengannya. Kita semua sama,” kata Win Win Myint, mahasiswa yang berusia 23 tahun di Bago. “Saya tidak pernah melihatnya selama dia dipenjara.”

Keamanan memang menjadi prioritas utama dalam kunjungan Suu Kyi. Masalanya, dia pernah diserang oleh kelompok tertentu dalam kunjungan politik pada 2003. “Anggota partai kita selalu menjaga keamanannya dan pemerintah juga ikut membantu kita,” ujar Nyan Win, juru bicara NLD, kepada AFP.

Persoalan keamanan menjadi perhatian karena dalam kunjungan terakhirnya pada tahun 2003 lalu, rombongannya mendapat serangan dan insiden ini belakangan berujung pada penahanan dirinya selama tujuh tahun oleh junta militer Burma. Pasalnya, pada Juni lalu, pihak militer yang berkuasa memperingatkan bahwa perjalanan politik Suu Kyi akan memicu kekacauan dan kerusuhan di negara itu.

Nyan Win menggambarkan kunjungan satu hari itu bermotif “politik” di Bago yang merupakan kota kelahirannya. Wilayah Bago itu berjarak 80 kilometer utara Yangon.

Sikap pemerintah Myanmar yang didukung militer saat ini memang tengah melunak kepada Suu Kyi, belakangan mereka juga akan melakukan pembicaraan dengan Suu Kyi pada hari Jumat lalu (12/8). Keduanya mengeluarkan pernyataan bersama yang menyebutkan keinginan untuk bekerja bersama menjaga “stabilitas” dan pengembangan demokrasi.

Langkah pemerintah militer di Myanmar ini tidak lepas dari tekanan sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat. Dalam pernyataannya pada Juli lalu, AS meminta Myanmar melakukan langkah maju yang kongkret untuk menuju negara demokrasi.

Saat ini Myanmar masih menerima sanksi ekonomi dari AS dan negara barat lainnya yang menginginkan adanya reformasi dalam pembangunan demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Mengenai status NLD, Menteri Informasi Myanmar Kyaw Hsan menawarkan kesempatan kedua bagi Suu Kyi dan partainya. “Dalam pandangan rekonsiliasi nasional, pemerinah hati-hati dalam menangani isu NLD yang tidak memiliki hak legal, tetapi dapat memberikan kesempatan untuk mengabdi pada kepentingan nasional dalam hal perekat (antar komunitas),” katanya dikutip dari Reuters.

Sebenarnya, NLD pimpinan Suu Kyi sebenarnya memenangkan pemilu tahun 1990. Namun, junta militer yang berkuasa saat itu tak mengakui kemenangan Suu Kyi. Dan dalam pemilu November 2010, partai politik yang didukung militer memenangkan mayoritas kursi hasil pemilu. Para jenderal mengatakan Myanmar tengah menjalani transisi menuju demokrasi. Namun, kelompok oposisi dan negara-negara barat menilai pemilu Burma penuh kecurangan. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford