Puasa Hampa bagi Muslim Uighur
URUMQI – Menjadi umat minoritas memang tidak selamanya enak. Sebagai minoritas, apa pun dan bagaimanapun yang terjadi selalu di bawah bayangbayang mayoritas.Kalau mayoritas melindungi minoritas, itu suatu anugerah.
Tetapi jika mayoritas justru menginjak-injak minoritas,itu adalah musibah. Musibah itu dialami oleh warga muslim Uighur di China. Mereka sama sekali tidak merasakan atmosfer Ramadan selama satu bulan penuh.Yang ada hanya ketakutan, penangkapan, pelarangan berpuasa dan salat di masjid di Provinsi Xinjiang,China.
”Jika ada tokoh agama berbicara mengenai Ramadan dalam suatu majelis taklim atau aktivitas keagamaan, mereka akan kehilangan lisensi untuk berdakwah,”ujar Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia yang berbasis di Munich, kepada Eurasia Review.”Kasus yang lebih serius bakal diancam dengan penangkapan karena melakukan aktivitas keagamaan yang ilegal.”
Bahkan, satu hari sebelum dimulainya bulan suci Ramadan, 11 orang tewas dalam serangkaian serangan misterius di Xinjiang. Otoritas China mengalamatkan serangan kepada etnik minoritas.Pada awal Ramadan saja,lebih dari 100 suku Uighur ditangkap otoritas. Mereka yang ditangkap adalah warga muslim yang hendak pergi ke masjid dan mereka yang memiliki istri memakai cadar.
OnIslam melaporkan, Beijing menerapkan beberapa pembatasan terhadap warga muslim China selama bulan suci Ramadan.Pemerintah Provinsi Xinjiang sendiri, malah memaksa warga muslim untuk menandatangani ”surat pertanggungjawaban” untuk berjanji tidak berpuasa, salat tarawih, dan aktivitas religius lainnya.
Menurut salah seorang pegawai pemerintahan lokal di Urumqi,banyak warga tidak diizinkan untuk melaksanakan aktivitas keagamaan. ”Kalau anggota Partai Komunis dan pegawai pemerintah tidak diizinkan berpuasa,” kata pegawai yang enggan disebutkan namanya.
Parahnya,perusahaan swasta di Urumqi justru memberikan makan siang selama Ramadan. Bahkan, siapa yang menolak untuk makan siang maka mereka akan kehilangan bonus atau pekerjaan mereka. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/421121/
Tetapi jika mayoritas justru menginjak-injak minoritas,itu adalah musibah. Musibah itu dialami oleh warga muslim Uighur di China. Mereka sama sekali tidak merasakan atmosfer Ramadan selama satu bulan penuh.Yang ada hanya ketakutan, penangkapan, pelarangan berpuasa dan salat di masjid di Provinsi Xinjiang,China.
”Jika ada tokoh agama berbicara mengenai Ramadan dalam suatu majelis taklim atau aktivitas keagamaan, mereka akan kehilangan lisensi untuk berdakwah,”ujar Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia yang berbasis di Munich, kepada Eurasia Review.”Kasus yang lebih serius bakal diancam dengan penangkapan karena melakukan aktivitas keagamaan yang ilegal.”
Bahkan, satu hari sebelum dimulainya bulan suci Ramadan, 11 orang tewas dalam serangkaian serangan misterius di Xinjiang. Otoritas China mengalamatkan serangan kepada etnik minoritas.Pada awal Ramadan saja,lebih dari 100 suku Uighur ditangkap otoritas. Mereka yang ditangkap adalah warga muslim yang hendak pergi ke masjid dan mereka yang memiliki istri memakai cadar.
OnIslam melaporkan, Beijing menerapkan beberapa pembatasan terhadap warga muslim China selama bulan suci Ramadan.Pemerintah Provinsi Xinjiang sendiri, malah memaksa warga muslim untuk menandatangani ”surat pertanggungjawaban” untuk berjanji tidak berpuasa, salat tarawih, dan aktivitas religius lainnya.
Menurut salah seorang pegawai pemerintahan lokal di Urumqi,banyak warga tidak diizinkan untuk melaksanakan aktivitas keagamaan. ”Kalau anggota Partai Komunis dan pegawai pemerintah tidak diizinkan berpuasa,” kata pegawai yang enggan disebutkan namanya.
Parahnya,perusahaan swasta di Urumqi justru memberikan makan siang selama Ramadan. Bahkan, siapa yang menolak untuk makan siang maka mereka akan kehilangan bonus atau pekerjaan mereka. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/421121/
Komentar