Pemberontak Libya Klaim Menang

BENGHAZI – Pemberontak Libya kemarin mengklaim bahwa perang sipil selama enam bulan bakal berakhir dalam beberapa pekan mendatang.Itu disebabkan pemberontak telah mencapai kemajuan di beberapa medan tempur dan memukul mundur pasukan Pemimpin Libya Muammar Khadafi.


Pasukan pemberontak berhasil mengisolasi pasukan pemerintah ke Tripoli dan mengacaukan pasukan Khadafi. ”Pasukan revolusioner berhasil mencapai Al-Heisha setelah memaksa mundur pasukan Khadafi,” demikian keterangan komandan militer pemerintah,dikutip dari AFP. Al-Heisha terletak 70 km selatan Misrata dan 250 km dari Tripoli.

Wilayah itu merupakan kunci pelintasan yang mengaitkan para loyalis Khadafi yang menguasai daerah kaya minyak Sirte basin. Para pemberontak akan memaksa agar pasukan pemerintah memberontak. Mansur Saif al-Nasr, utusan Dewan Transisi Nasional yang berkunjung ke Paris, mengatakan bahwa pemberontak telah menguasai penuh wilayah Zawiyah, pelabuhan penting di barat Tripoli yang berhubungan dengan ibu kota Tunisia.

”Kita memasuki fase yang menentukan. Kita berharap kemenangan akhir akan berlangsung akhir bulan suci Ramadan,pada akhir Agustus,”katanya.Ketika pemberontak mengklaim menguasai Zawiyah, pasukan Khadafi pada Selasa (16/8) membombardir kota itu dan mengakibatkan beberapa korban luka.

Sebelumnya,Khadafi memprediksi kemenangan di pihak kubunya.”Akhir dari penjajah (Pakta Pertahanan Atlantik Utara/NATO) semakin dekat dan akhir dari para tikus (pemberontak) semakin dekat,” demikian pesan audio yang disiarkan televisi Libya. Rezim Khadafi membantah bahwa posisi mereka dalam bahaya.

Mereka bersikeras bakal mengambil alih kota-kota yang diduduki pemberontak pada beberapa waktu lalu.Namun, para pejuang pro-Khadafi belum menunjukkan sinyalsinyal perlawanan. Khadafi mendapatkan dukungan dari Presiden Venezuela Hugo Chavez dan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad.

Dalam sambungan telepon pada Senin (15/8), Chavez dan Ahmadinejad mendiskusikan situasi yang ciptakan imperialis terhadap Libya dan Suriah. Mereka sepakat melaksanakan berbagai upaya perdamaian. Di Benghazi,Ketua Dewan Transisi Nasional Libya Mustafa Abdel Jalil, menyerukan pembelotan.

Dia menjanjikan pengadilan yang adil bagi beberapa pejabat dan amnesti bagi sebagian yang lain.”Siapa pun yang menjadi buronan Pengadilan Kriminal Internasional tidak akan mendapatkan amnesti,”ujar dia.

Abdel Jalil membantah adanya perundingan dengan perwakilan Khadafi. ”Tidak ada negosiasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan rezim Khadafi,”papar dia dikutip dari Reuters. ● andika hendra m

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/421850/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford