IAEA: PLTN Tetap Tumbuh Pesat
TOKYO– Krisis nuklir yang terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi di Jepang, tampaknya tak akan memengaruhi pertumbuhan pembangkit serupa di dunia.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano kemarin menegaskan, PLTN di dunia akan tumbuh pesat meski dihantui bayangbayang krisis yang terjadi di Fukushima.Pernyataan itu diungkapkan Amano setelah mendapatkan penjelasan mengenai solusi krisis nuklir dari Perdana Menteri (PM) Jepang Naoto Kan.
”Ada kepastian bahwa jumlah reaktor nuklir bakal meningkat, meski tidak secepat sebelum (krisis Fukushima),” kata Amano, mantan diplomat Jepang itu,dikutip AFP.”Beberapa negara,termasuk Jerman, memang telah mengkaji ulang kebijakan energi nuklir mereka.
Namun, banyak negara lain percaya bahwa mereka membutuhkan reaktor nuklir untuk menangkal permasalahan, seperti pemanasan global.” Menurut Amano, yang paling penting pada masa depan adalah keselamatan. Amano telah mengunjungi PLTN Fukushima Daiichi pada Senin (25/7).
Dia juga menegaskan, lembaga nuklir internasional yang dipimpinnya itu akan membantu negara dalam penanganan bencana nuklir. PLTN Fukushima mengalami kerusakan saat bencana gempa dan tsunami pada 11 Maret, yang mengakibatkan terjadi ledakan di reaktor dan mengeluarkan radioaktif.
”Saya mengatakan kepada PM bahwa IAEA dapat membantu Jepang, karena kita memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam hal dekontaminasi dan manajemen bahan bakar nuklir yang meleleh,” kata Amano. Operator PLTN Fukushima Daiichi, yakni Tokyo Electric Power Co (TEPCO), mencoba mendinginkan reaktor pada Januari mendatang.
Kan juga mengumumkan ”uji coba tekanan” bagi semua reaktor nuklir di Jepang.Program itu pernah dilakukan di seluruh negara Uni Eropa.Sebanyak 54 reaktor nuklir di Jepang saat ini dinonaktifkan untuk pengecekan keselamatan. ”Saya pikir sangat bagus jika semua negara mengecek keselamatan nuklirnya setelah insiden PLTN Fukushima Daiichi,” kata Amano.
”Akan menjadi lebih baik jika IAEA dapat mengkaji inspeksi keselamatan agar sesuai dengan sistem internasional.” Sebenarnya, Amano ingin mengunjungi Fukushima Daiichi pada Maret lalu. Hanya, kata dia,situasi tidak memungkinkan untuk dirinya berkunjung.”
Setelah fase pertama dilalui Fukushima Daiichi, saya pun memiliki kesempatan untuk berkunjung,” katanya dikutip dari Wall Street Journal. Amano pun yakin bahwa ”peta jalan” Jepang untuk menonaktifkan PLTN Fukushima Daiichi bakal sukses.
Sementara itu, Jepang kemarin mengumumkan rencana untuk membakar daging sapi yang telah terkontaminasi radiasi dari PLTN Fukushima Daiichi.Tiga ribu sapi itu bakal dibeli dari para peternak dan nantinya dibakar. Itu dilakukan untuk meyakinkan konsumen agar tetap percaya dengan kualitas daging asal Jepang.
Sekitar 3.000 ekor sapi dikhawatirkan terkontaminasi radioaktif. ”Ini kami lakukan untuk menghilangkan kekhawatiran konsumen dan mengembalikan kepercayaan mereka terhadap daging di Fukushima,” ujar seorang pejabat di Jepang, tanpa menyebutkan nama.
Kelompok industri pengolah daging akan membeli daging yang diduga terkontaminasi tersebut dari grosir dan pengecer daging.Kelompok industri tersebut juga harus meminjam uang dari bank dan dana agrikultur pemerintah. Menteri Pertanian Michihiko Kano mengatakan, TEPCO akan mengganti biaya pembelian sapi itu.
Laporan media menyebutkan dibutuhkan dana sekitar 2 miliar yen atau USD25 juta untuk membeli sapi tersebut. Sebelumnya, daging beradiasi ini sempat beredar bebas di Tokyo dan warga Tokyo pun terkejut dengan peristiwa ini. Toko pengecer Aeon Co di Tokyo mengakui bahwa pihaknya menjual daging yang terkontaminasi ini di Tokyo dan puluhan toko lainnya di Tokyo.
Sapi-sapi di peternakan Fukushima memakan rumput yang diduga sudah terkontaminasi radiasi nuklir. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Jepang pun langsung menunda distribusi daging dari Fukushima.Menurut peneliti di Jepang, daging sapi di Fukushima mengandung material radioaktif 500 kali lebih besar daripada keselamatan yang sudah ditentukan. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/415886/
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano kemarin menegaskan, PLTN di dunia akan tumbuh pesat meski dihantui bayangbayang krisis yang terjadi di Fukushima.Pernyataan itu diungkapkan Amano setelah mendapatkan penjelasan mengenai solusi krisis nuklir dari Perdana Menteri (PM) Jepang Naoto Kan.
”Ada kepastian bahwa jumlah reaktor nuklir bakal meningkat, meski tidak secepat sebelum (krisis Fukushima),” kata Amano, mantan diplomat Jepang itu,dikutip AFP.”Beberapa negara,termasuk Jerman, memang telah mengkaji ulang kebijakan energi nuklir mereka.
Namun, banyak negara lain percaya bahwa mereka membutuhkan reaktor nuklir untuk menangkal permasalahan, seperti pemanasan global.” Menurut Amano, yang paling penting pada masa depan adalah keselamatan. Amano telah mengunjungi PLTN Fukushima Daiichi pada Senin (25/7).
Dia juga menegaskan, lembaga nuklir internasional yang dipimpinnya itu akan membantu negara dalam penanganan bencana nuklir. PLTN Fukushima mengalami kerusakan saat bencana gempa dan tsunami pada 11 Maret, yang mengakibatkan terjadi ledakan di reaktor dan mengeluarkan radioaktif.
”Saya mengatakan kepada PM bahwa IAEA dapat membantu Jepang, karena kita memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam hal dekontaminasi dan manajemen bahan bakar nuklir yang meleleh,” kata Amano. Operator PLTN Fukushima Daiichi, yakni Tokyo Electric Power Co (TEPCO), mencoba mendinginkan reaktor pada Januari mendatang.
Kan juga mengumumkan ”uji coba tekanan” bagi semua reaktor nuklir di Jepang.Program itu pernah dilakukan di seluruh negara Uni Eropa.Sebanyak 54 reaktor nuklir di Jepang saat ini dinonaktifkan untuk pengecekan keselamatan. ”Saya pikir sangat bagus jika semua negara mengecek keselamatan nuklirnya setelah insiden PLTN Fukushima Daiichi,” kata Amano.
”Akan menjadi lebih baik jika IAEA dapat mengkaji inspeksi keselamatan agar sesuai dengan sistem internasional.” Sebenarnya, Amano ingin mengunjungi Fukushima Daiichi pada Maret lalu. Hanya, kata dia,situasi tidak memungkinkan untuk dirinya berkunjung.”
Setelah fase pertama dilalui Fukushima Daiichi, saya pun memiliki kesempatan untuk berkunjung,” katanya dikutip dari Wall Street Journal. Amano pun yakin bahwa ”peta jalan” Jepang untuk menonaktifkan PLTN Fukushima Daiichi bakal sukses.
Sementara itu, Jepang kemarin mengumumkan rencana untuk membakar daging sapi yang telah terkontaminasi radiasi dari PLTN Fukushima Daiichi.Tiga ribu sapi itu bakal dibeli dari para peternak dan nantinya dibakar. Itu dilakukan untuk meyakinkan konsumen agar tetap percaya dengan kualitas daging asal Jepang.
Sekitar 3.000 ekor sapi dikhawatirkan terkontaminasi radioaktif. ”Ini kami lakukan untuk menghilangkan kekhawatiran konsumen dan mengembalikan kepercayaan mereka terhadap daging di Fukushima,” ujar seorang pejabat di Jepang, tanpa menyebutkan nama.
Kelompok industri pengolah daging akan membeli daging yang diduga terkontaminasi tersebut dari grosir dan pengecer daging.Kelompok industri tersebut juga harus meminjam uang dari bank dan dana agrikultur pemerintah. Menteri Pertanian Michihiko Kano mengatakan, TEPCO akan mengganti biaya pembelian sapi itu.
Laporan media menyebutkan dibutuhkan dana sekitar 2 miliar yen atau USD25 juta untuk membeli sapi tersebut. Sebelumnya, daging beradiasi ini sempat beredar bebas di Tokyo dan warga Tokyo pun terkejut dengan peristiwa ini. Toko pengecer Aeon Co di Tokyo mengakui bahwa pihaknya menjual daging yang terkontaminasi ini di Tokyo dan puluhan toko lainnya di Tokyo.
Sapi-sapi di peternakan Fukushima memakan rumput yang diduga sudah terkontaminasi radiasi nuklir. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Jepang pun langsung menunda distribusi daging dari Fukushima.Menurut peneliti di Jepang, daging sapi di Fukushima mengandung material radioaktif 500 kali lebih besar daripada keselamatan yang sudah ditentukan. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/415886/
Komentar