Berkaca Diplomasi Heroik Filipina

RUYATI yang dihukum pancung di Arab Saudi barangkali tak seberuntung Flor Contemplacion yang dianggap sebagai pahlawan di negerinya, Filipina. Contemplacion memang akhirnya mati di tiang gantungan di Singapura.Tapi,sebelumnya, Contemplacion mendapatkan pembelaan habis-habisan dari Pemerintah Filipina.


Contemplacion tumbuh besar di Kota San Pablo, Laguna, Filipina. Perempuan yang lahir pada Januari 1953 itu merupakan seorang pembantu rumah tangga yang terlibat kasus pembunuhan di Singapura. Dia dituduh membunuh pembantu rumah tangga asal Filipina Delia Maga dan Nicholas Huang, anak majikannya yang berusia 3 tahun.

Pembunuhan itu dilakukan pada 4 Mei 1991. Dia sendiri mengakui pembunuhan itu meski jelang akhir hidupnya, dia mengatakan bahwa pengakuan itu disebabkan tekanan. Tepat pukul 06.00 pagi pada 17 Maret 1995, Contemplacion dihukum gantung bersama tiga penyelundup narkoba.

Saat hukuman mati itu, Singapura menyiagakan seluruh aparat keamanan karena sebanyak 75.000 pekerja asal Filipina di Singapura menggelar demonstrasi. Tidak hanya demonstrasi dari rekan-rekannya, Contemplacion juga mendapat dukungan dari pemerintahnya. Bahkan, Filipina mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Singapura.

Diplomasi yang dimainkan Filipina bukan hanya di tingkat menteri, tetapi juga diplomasi tingkat tinggi. Presiden Filipina saat itu, Fidel Ramos, langsung mengirim surat kepada Presiden Singapura Ong Teng Cheong.Duta besar masing-masing negara diminta pulang. Saat itu,apa yang dilakukan Pemerintah Filipina dikenal dengan diplomasi heroik.

Presiden Ramos menyebut Contemplacion sebagai pahlawan. Ibu Negara Amelita Ramos langsung menjemput peti mati yang membawa jenazah Contemplacion di Bandara Internasional Ninoy Aquino.Presiden pun memberikan bantuan keuangan kepada anak-anak Contemplacion.

Bukan hanya pemerintah yang peduli dengan Contemplacion. Seluruh rakyat Filipina pun memberikan simpati dan solidaritas bagi Contemplacion. Kisahnya selalu berada di benak rakyat Filipina. Saat jenazahnya dipulangkan ke negaranya, ribuan orang memberikan ucapan duka. Sebagian besar rakyat Filipina beranggapan Contemplacion tidak bersalah.

Dia tidak berniat untuk membunuh. Rakyat Filipina pun mengutuk Pemerintah Singapura yang tidak mengampuni Contemplacion. Berawal dari kasus eksekusi mati Contemplacion, Pemerintah Filipina mulai mengevaluasi diri.Pemerintah tidak ingin membuat ribuan warganya yang bekerja di luar negeri bernasib sama sepertinya.

Dalam kadar heroisme yang tidak sebesar Filipina,Australia pun mengusahakan agar warga negaranya Nguyen Van Tuong lepas dari hukuman tiang gantungan di Singapura. Nguyen Van Tuong akhirnya dihukum gantung pada 2 Desember 205 karena kasus penyelundupan narkotika.

Namun, Perdana Menteri (PM) Australia saat itu, John Howard,sempat memperingatkan Singapura yang akan menghadapi sentimen publik Australia apabila mereka benarbenar melaksanakan hukuman gantung tersebut.Howard juga meminta Singapura membatalkan hukuman.

Sementara itu, di rumah Ruyati,Kampung Ceger RT 3/2 No 28, Desa Sukadarma,Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi, kemarin, keluarganya hanya bisa terkejut mendapat kabar anggota keluarganya dieksekusi mati.Keluarga mengaku tidak pernah diberi tahu kapan eksekusi terhadap Ruyati akan dilakukan.

Saat SINDO menyambangi rumah keluarga Ruyati, suasana duka tampak menyelimuti keluarga besar tersebut. Ruyati memiliki tiga anak,yakni Een Nuraini,35,Evi Kurniati, 32, dan Irwan Setiawan, 27. “Kami menyesalkan hukuman mati ini dan ini dikarenakan keterlambatan Pemerintah Indonesia dalam menangani kasus ibu,” ungkap Evi Kurniati penuh kekecewaan.

Evi beranggapan,Pemerintah Indonesia tidak serius menangani permasalahan yang dihadapi ibunya. Sebagai bukti, dalam waktu singkat sang ibu telah dieksekusi mati oleh pemerintah setempat.Andai saja Pemerintah Indonesia lebih cepat dalam membantu penanganan kasus ibunya, Evi meyakini ibundanya tidak akan dihukum mati.

”Ibu saya membunuh karena kerap dianiaya majikannya,”ujarnya. Evi menerangkan,keluarga mengetahui ibunya membunuh majikannya dari seorang TKW asal Lampung yang bekerja di rumah yang sama, yakniWarni.

DariWarni diketahui, Ruyati kerap diperlakukan tidak manusiawi sejak bekerja di rumah tersebut.Anak Ruyati lainnya, Irwan Setiawan, meminta Pemerintah Indonesia agar dapat membawa jasad ibunya ke TanahAir. andika hendra m/ wahab firmansyah
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/407088/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia