Vietnam Gelar Pemilu Satu Partai
HANOI – Vietnam kemarin menggelar pemilu yang digambarkan sebagai “peristiwa politik akbar”. Padahal, pemilu yang hanya diikuti satu partai yakni partai komunis itu untuk menjamin agar kekuasaan tetap berlanjut. Rakyat pun tidak terlalu antusias memberikan hak suara mereka.
Lebih dari 60 juta orang ikut datang ke tempat pemungutan suara untuk memiliki 500 anggota Dewan Nasional. Dewan itu hanya menjadi kepanjangan tangan dibawah kekuasaan komunis. Dewan itu nantinya akan memberikan dukungan kepada pemerintahan satu partai itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Nguyen Phuogn Nga menggambarkan pemilu ini sebagai sebuah “peristiwa politik besar” bagi warga Vietnam. Meskipun partai berkuasa, Partai Komunis, sudah pasti akan memegang kekuasaan. “Seluruh senang dan gembira menghadapi pemilu,” demikian bunyi salah satu spanduk.
Media televisi setiap hari melaporkan tentang persiapan pemilu dan spanduk-spanduk merah pemilu yang tergantung di setiap jalanan kota. Beberapa menyarankan pemilih untuk memilih kandidat yang bijaksana.
Vietnam menggelar pemilu setiap lima tahun sekali yang diawali dengan pelaksanaan kongres partai pada Januari. Kongres ini untuk menentukan posisi kepemimpinan utama partai dan sebagai wadah untuk mendiskusikan strategi ekonomi sosial negara pada dekade ke depan. Adapun parlemen, setelah anggotanya terpilih, bertugas mengesahkan pemerintah baru.
Seorang pekerja bank, Pham Thanh Thuy, 32, mengatakan dia hanya pergi ke tempat pemungutan suara karena diwajibkan. “Sejujurnya, saya tidak tertarik dengan semua kandidat yang harus dipilih. Itu tidak mengubah apapun untuk saya,” katanya kepada AFP.
Meski secara teknis dianggap ilegal, kebanyakan orang seperti Do Thi Dung, 47, datang ke tempat pemungutan suara bersama seluruh keluarganya. “Saya tidak mengetahui siapa yang harus saya pilih,” katanya. “Saya sebenarnya ingin melakukan hal lainnya saja.”
Sementara ada warga Vietnam yang cukup optimis. “Saya berharap anggota dewan terpilih akan mengusung reformasi dan perubahan, dengan ide segar yang mampu menjadikan masyarakat lebih baik,” ujar mahasiswa Universitas Hanoi Nguyen Xuan Dung.
Panitia pemilihan umum juga sangat bersemangat. Mereka sepertinya bahagia dan senang dengan pemilu kali ini. “Ayo memilih! Ayo memilih!” demikian teriaknya melalui pengeras suara.
Vietnam sudah membuka 10% anggota dewan atau parlemen bukan berasal dari partai berkuasa. Memang negara itu berencana untuk mengakhiri kepemimpinan sistem satu-partai. Hasil pemilu bakal diumumkan tujuh hingga 10 hari mendatang. Anggota dewan baru bakal berkumpul pada 21 Juli untuk memilih Perdana Menteri (PM) dan Presiden.
Pemilu kali ini bisa ditebak! Perdana Menteri Nguyen Tan Dung tetap berada di posisinya setelah mengalahkan Truong Tan Sang yang diprediksi bakal sebagai presiden, sebuah jabatan simbolik. Dung pun menyatakan kalau peranan parlemen akan semakin transparan dan dipertanggungjawabkan untuk selalu meningkat. “Saya yakin tidak ada jalan untuk menghentikan hal itu,” katanya.
Setelah memberikan suaranya, ketua Partai Komunis Nguyen Phu Trong mengatakan negaranya menghadapi banyak tantangan, terutama di bidang ekonomi. (andika hendra m)
Lebih dari 60 juta orang ikut datang ke tempat pemungutan suara untuk memiliki 500 anggota Dewan Nasional. Dewan itu hanya menjadi kepanjangan tangan dibawah kekuasaan komunis. Dewan itu nantinya akan memberikan dukungan kepada pemerintahan satu partai itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Nguyen Phuogn Nga menggambarkan pemilu ini sebagai sebuah “peristiwa politik besar” bagi warga Vietnam. Meskipun partai berkuasa, Partai Komunis, sudah pasti akan memegang kekuasaan. “Seluruh senang dan gembira menghadapi pemilu,” demikian bunyi salah satu spanduk.
Media televisi setiap hari melaporkan tentang persiapan pemilu dan spanduk-spanduk merah pemilu yang tergantung di setiap jalanan kota. Beberapa menyarankan pemilih untuk memilih kandidat yang bijaksana.
Vietnam menggelar pemilu setiap lima tahun sekali yang diawali dengan pelaksanaan kongres partai pada Januari. Kongres ini untuk menentukan posisi kepemimpinan utama partai dan sebagai wadah untuk mendiskusikan strategi ekonomi sosial negara pada dekade ke depan. Adapun parlemen, setelah anggotanya terpilih, bertugas mengesahkan pemerintah baru.
Seorang pekerja bank, Pham Thanh Thuy, 32, mengatakan dia hanya pergi ke tempat pemungutan suara karena diwajibkan. “Sejujurnya, saya tidak tertarik dengan semua kandidat yang harus dipilih. Itu tidak mengubah apapun untuk saya,” katanya kepada AFP.
Meski secara teknis dianggap ilegal, kebanyakan orang seperti Do Thi Dung, 47, datang ke tempat pemungutan suara bersama seluruh keluarganya. “Saya tidak mengetahui siapa yang harus saya pilih,” katanya. “Saya sebenarnya ingin melakukan hal lainnya saja.”
Sementara ada warga Vietnam yang cukup optimis. “Saya berharap anggota dewan terpilih akan mengusung reformasi dan perubahan, dengan ide segar yang mampu menjadikan masyarakat lebih baik,” ujar mahasiswa Universitas Hanoi Nguyen Xuan Dung.
Panitia pemilihan umum juga sangat bersemangat. Mereka sepertinya bahagia dan senang dengan pemilu kali ini. “Ayo memilih! Ayo memilih!” demikian teriaknya melalui pengeras suara.
Vietnam sudah membuka 10% anggota dewan atau parlemen bukan berasal dari partai berkuasa. Memang negara itu berencana untuk mengakhiri kepemimpinan sistem satu-partai. Hasil pemilu bakal diumumkan tujuh hingga 10 hari mendatang. Anggota dewan baru bakal berkumpul pada 21 Juli untuk memilih Perdana Menteri (PM) dan Presiden.
Pemilu kali ini bisa ditebak! Perdana Menteri Nguyen Tan Dung tetap berada di posisinya setelah mengalahkan Truong Tan Sang yang diprediksi bakal sebagai presiden, sebuah jabatan simbolik. Dung pun menyatakan kalau peranan parlemen akan semakin transparan dan dipertanggungjawabkan untuk selalu meningkat. “Saya yakin tidak ada jalan untuk menghentikan hal itu,” katanya.
Setelah memberikan suaranya, ketua Partai Komunis Nguyen Phu Trong mengatakan negaranya menghadapi banyak tantangan, terutama di bidang ekonomi. (andika hendra m)
Komentar