AS Terus Tekan Assad

DAMASKUS– Amerika Serikat (AS) terus menekan dan mendesak agar Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk menempuh langkah transisi atau mengundurkan diri.

Salah satu langkah desakan dan tekanan itu diwujudkan dengan menjatuhkan sanksi terhadap Assad. Washington berharap, sanksi itu dapat menekan Assad agar mengakhiri kekerasan terhadap rakyatnya.

Presiden AS Barack Obama menjatuhkan sanksi bagi Assad dan enam petingginya karena melanggar hak asasi manusia (HAM) rakyat Suriah. Sanksi dijatuhkan kepada Wakil Presiden Farouk al-Sharaa, Perdana Menteri Adel Safar, Menteri Dalam Negeri Mohammed al-Shaar, Menteri Pertahanan Ali Habib,Kepala Intelijen Militer Abdul Fatah Qudsiya, dan Kepala Direktorat Keamanan Politik Mohammed Dib Zaitoun. Sanksi itu berupa pembekuan aset mereka yang berada di AS.Warga AS juga dilarang berbisnis dengan mereka dan dianggap melanggar hukum bila tetap melakukannya.

Penjatuhan sanksi itu diterapkan Obama melalui suatu perintah khusus Sebelumnya Obama telah menjatuhkan sanksi kepada adik Assad, yaitu Maher, sepupunya, dan seorang pejabat intelijen Suriah. “Kita menentang sikap Assad dan dia butuh kebijakan untuk menghentikan kebijakan represi dan penangkapan massal.Transisi politik juga harus dilakukan untuk menjamin perwakilan rakyat dan menjamin hak-hak bagi rakyat Suriah,” demikian dokumen Kementerian Luar Negeri AS.“Kita juga menyatakan kalau Assad itu mengisolasi dirinya sendiri dari komunitas internasional atas tindakannya.”

Sementara itu,Presiden Assad mengakui, aparat keamanan membuat kekeliruan dalam menghadapi demonstran akibat kurang pengalaman dan kurang latihan yang memadai. Dia pun menyebutkan, kalau kekerasan bakal segera berakhir.“ Presiden Assad memberikan jaminan bahwa Suriah dapat menyelesaikan krisis dan semua peristiwa itu bakal berakhir,” demikian dilaporkan Al-Watan. Damaskus langsung mengecam sanksi AS itu. Mereka menilai, sanksi itu tak hanya menarget Assad, tapi juga menarget rakyat Suriah serta menjadi layanan terhadap kepentingan Israel.

“Sanski itu tidak akan memengaruhi tekad mandiri Suriah,” tandas sumber resmi yang dikutip televisi nasional dan dilaporkan Reuters, kemarin. “Tindakan agresi apa pun terhadap Suriah adalah kontribusi Amerika terhadap agresi Israel atas Suriah dan negara Arab.” Sementara,dalam pertemuan dengan kepala politik luar negeri Uni Eropa hari Selasa (17/5), Menlu AS Hillary Clinton mengumumkan,Amerika akan mengambil langkah-langkah tambahan dalam beberapa hari ke depan untuk menekan aparat Suriah agar mengizinkan demonstrasi damai.

“Presiden Assad berbicara tentang reformasi,tapi tindakan brutal dan kerasnya menunjukkan niatnya yang sebenarnya,” kata Hillary. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun ikut bersuara. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyarankan agar Assad segera melakukan reformasi di negaranya. Kalangan aktivis pembela HAM mengatakan, lebih dari 850 orang terbunuh dan ribuan ditahan dalam operasi yang dilakukan aparat Suriah untuk memadamkan pembangkangan bulan Maret.Aparat Suriah mempersalahkan sebagian besar tindak kekerasan pada “kelompok- kelompok kriminal bersenjata”. Menurut aparat Suriah, kelompok-kelompok tersebut telah menewaskan lebih dari 120 tentara dan polisi.

Sementara itu, pasukan Suriah dengan tank-tank ditempatkan di sebuah desa di dekat perbatasan dengan Lebanon. Mereka memasuki rumah-rumah penduduk. Pasukan Lebanon pun bersiaga di perbatasan. Tembakan sporadis kerap terdengar dari desa itu, menunjukkan kalau Suriah sepertinya mengabaikan tekanan Washington. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/400214/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford