Pasukan Suriah Serang Daraa dan Douma
DAMASKUS – Ribuan pasukan Suriah kemarin meluncurkan serangan besar-besaran ke dua kota yang menjadi pusat demonstrasi, yakni Daraa dan Douma. Dengan menggunakan tank, pasukan menembaki para demonstran di jalanan. Para korban yang telah meninggal pun banyak bergeletak di jalanan.
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) kemarin melaporkan pasukan keamanan menyerang kota Al-Muadamiyah di dekat Damaskus. Amman menyataka Suriah telah menutup perbatasan mereka dengan Jordanian.
Salah satu saksi menyatakan lima orang tewas di Daraa ketika mobil mereka ditembaki aparat keamanan. Para aktivis mengaku belum bisa menghitung jumlah korban karena banyak penembak jitu di atas gedung untuk mencegah orang keluar rumah. “Kita melihat dengan mata kita sendiri, para demonstran berada di mobil dan ditembaki peluru tajam,” kata saksi kepada AFP.
Para saksi mata di Daraa mengatakan kepada Reuters bahwa banyak jenazah berserakan di jalanan di dekat masjid Omari. Insiden itu terjadi setelah dua tank dan dua panser diterjunke ke kota itu. “Orang berlindung di rumah,” kata sumber yang tidak menyebutkan identitas.
Sementara, pasukan keamanan juga kemarin menyerang para aktivis di Douma, sekitar 15 kilomter utara Damaskus. “Pasukan keamanan telah mengepung sebuah masjid dan menembaki tanpa pandang bulu. Jalanan ditutup dan Douma diisolasi dari dunia luar,” kata aktivis yang dihubungi AFP.
Suhair al-Attasi, pegiat HAM Suriah, menyatakan pemerintah telah melancarkan perang biadab yang didesain untuk menghancurkan para demokrat Suriah. “Maksud Presiden Assad sangat jelas dia menyiapkan diri untuk ‘peperangan’,” kata Atassi.
Para penulis dari seluruh Suriah mendeklarasikan agar para intelektual tidak ikut membuat ketakutan bagi warga. “Kita mengutuk kekerasan dan tindakan represif pasukan Suriah melawan para demonstran,” demikian bunyi deklrasi 102 penulis dan jurnalis di Suriah.
Sebuah kelompok HAM menyebutkan pasukan keamanan telah membunuh 350 warga sipil sejak pecahnya demonstrasi pada 18 Maret. Sepertiga korban ditembak pada tiga hari lalu.
Terpisah dari Sanaa, pasukan Yaman kemarin menembak sedikitnya 10 orang untuk membubarkan aksi demonstrasi anti-pemerintah. Seorang aktivis, Nouh Al-Wafi mengatakan, belum bisa dipastikan dengan tepat berapa jumlah korban cedera. Namun ia mengungkapkan, puluhan pendemo mengalami luka tembak, sementara sejumlah besar lainnya mengalami kesulitan bernapas.
Para demonstran melakukan unjuk rasa pada Senin (25/4) dengan tujuan serupa, yaitu menuntut pengunduran diri Presiden Saleh dengan segera. Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, telah berkuasa selama 32 tahun. Pada Sabtu lalu (23/4), ia setuju akan mundur sebagai presiden dalam waktu waktu 30 hari sejak penandatanganan kesepakatan dan mengalihkan kekuatan kepada wakilnya.
Sementara itu, mantan presiden Mesir Hosni Mubarak akan dipindahkan ke rumah sakit militer di Kairo. Mubarak saat ini dirawat disebuah rumah sakit di kawasan wisata laut merah Sharm el-Sheikh, sejak dia jatuh sakit ketika sedang diperiksa terkait tuduhan korupsi dan tindakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.
Kantor berita resmi Mesir, Mena, melaporkan Mubarak kemungkinan akan dipidahkan ke rumah sakit militer dalam waktu 48 jam kedepan. Tim penyelidik mengatakan bahwa pemimpin berumur 82 tahun itu seharusnya di pindahkan ke rumah sakit penjara Tora, namun rumah sakit tersebut tidak siap menerimanya.
Dua anak lelaki Mubarak, Gama dan Alaa, beserta sejumlah pejabat tinggi dan pelaku bisnis yang dekat dengan Mubarak sudah ditahan di penjara Tora. Jaksa Agung, Abdul Maguid Mahmoud, mengatakan Mubarak sudah cukup sehat untuk di pindahkan ke Rumah Sakit Mazraa di penjara Tora, namun rumah sakit tersebut tidak punya fasilitas perawatan intensif. (andika hendra m)
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) kemarin melaporkan pasukan keamanan menyerang kota Al-Muadamiyah di dekat Damaskus. Amman menyataka Suriah telah menutup perbatasan mereka dengan Jordanian.
Salah satu saksi menyatakan lima orang tewas di Daraa ketika mobil mereka ditembaki aparat keamanan. Para aktivis mengaku belum bisa menghitung jumlah korban karena banyak penembak jitu di atas gedung untuk mencegah orang keluar rumah. “Kita melihat dengan mata kita sendiri, para demonstran berada di mobil dan ditembaki peluru tajam,” kata saksi kepada AFP.
Para saksi mata di Daraa mengatakan kepada Reuters bahwa banyak jenazah berserakan di jalanan di dekat masjid Omari. Insiden itu terjadi setelah dua tank dan dua panser diterjunke ke kota itu. “Orang berlindung di rumah,” kata sumber yang tidak menyebutkan identitas.
Sementara, pasukan keamanan juga kemarin menyerang para aktivis di Douma, sekitar 15 kilomter utara Damaskus. “Pasukan keamanan telah mengepung sebuah masjid dan menembaki tanpa pandang bulu. Jalanan ditutup dan Douma diisolasi dari dunia luar,” kata aktivis yang dihubungi AFP.
Suhair al-Attasi, pegiat HAM Suriah, menyatakan pemerintah telah melancarkan perang biadab yang didesain untuk menghancurkan para demokrat Suriah. “Maksud Presiden Assad sangat jelas dia menyiapkan diri untuk ‘peperangan’,” kata Atassi.
Para penulis dari seluruh Suriah mendeklarasikan agar para intelektual tidak ikut membuat ketakutan bagi warga. “Kita mengutuk kekerasan dan tindakan represif pasukan Suriah melawan para demonstran,” demikian bunyi deklrasi 102 penulis dan jurnalis di Suriah.
Sebuah kelompok HAM menyebutkan pasukan keamanan telah membunuh 350 warga sipil sejak pecahnya demonstrasi pada 18 Maret. Sepertiga korban ditembak pada tiga hari lalu.
Terpisah dari Sanaa, pasukan Yaman kemarin menembak sedikitnya 10 orang untuk membubarkan aksi demonstrasi anti-pemerintah. Seorang aktivis, Nouh Al-Wafi mengatakan, belum bisa dipastikan dengan tepat berapa jumlah korban cedera. Namun ia mengungkapkan, puluhan pendemo mengalami luka tembak, sementara sejumlah besar lainnya mengalami kesulitan bernapas.
Para demonstran melakukan unjuk rasa pada Senin (25/4) dengan tujuan serupa, yaitu menuntut pengunduran diri Presiden Saleh dengan segera. Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, telah berkuasa selama 32 tahun. Pada Sabtu lalu (23/4), ia setuju akan mundur sebagai presiden dalam waktu waktu 30 hari sejak penandatanganan kesepakatan dan mengalihkan kekuatan kepada wakilnya.
Sementara itu, mantan presiden Mesir Hosni Mubarak akan dipindahkan ke rumah sakit militer di Kairo. Mubarak saat ini dirawat disebuah rumah sakit di kawasan wisata laut merah Sharm el-Sheikh, sejak dia jatuh sakit ketika sedang diperiksa terkait tuduhan korupsi dan tindakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.
Kantor berita resmi Mesir, Mena, melaporkan Mubarak kemungkinan akan dipidahkan ke rumah sakit militer dalam waktu 48 jam kedepan. Tim penyelidik mengatakan bahwa pemimpin berumur 82 tahun itu seharusnya di pindahkan ke rumah sakit penjara Tora, namun rumah sakit tersebut tidak siap menerimanya.
Dua anak lelaki Mubarak, Gama dan Alaa, beserta sejumlah pejabat tinggi dan pelaku bisnis yang dekat dengan Mubarak sudah ditahan di penjara Tora. Jaksa Agung, Abdul Maguid Mahmoud, mengatakan Mubarak sudah cukup sehat untuk di pindahkan ke Rumah Sakit Mazraa di penjara Tora, namun rumah sakit tersebut tidak punya fasilitas perawatan intensif. (andika hendra m)
Komentar