Siap Berjuang Sampai Mati demi Pertahankan Kehormatan Keluarga

Aisha Khadafi adalah satu-satunya putri Pemimpin Libya Muammar Khadafi.Tak heran jika dia menjadi kesayangan ayahnya.


Sementara, media-media Arab menjuluki Aisha sebagai ”Claudia Schiffer dari Afrika Utara”. Nama Aisha sangat harum di mata media dan publik Libya. Penampilannya yang anggun dan menawan mampu memikat perhatian semua pihak. Aisha selalu menebar senyum, setiap tingkah dan gayanya selalu menjadi sorotan kamera. Kini,setelah posisi ayahnya terdesak oleh oposisi dan pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS), Aisha tampil menunjukkan keberaniannya. Bahkan, pada hari pertama, Sabtu (19/3), ketika pesawat tempur AS, Prancis, dan Inggris menggempur kediaman Khadafi, Aisha turun langsung menemui para pendukungnya yang berkumpul di sekitar rumah mereka.

Aisha membentangkan bendera Libya dan menggelorakan suasana dengan teriakan dan kumandang pidato mendukung ayahnya. Tanpa menunjukkan aura kesedihan,Aisha justru memberikan semangat dan harapan bagi rakyatnya. Kehadirannya di tengahtengah kerumunan rakyat yang mendukung ayahnya, Aisha mampu menjadi penawar kesejukan di tengah tekanan dan ancaman serangan pasukan koalisi. Jelas sekali, penampilan Aisha bersama rakyatnya saat ancaman bom di depan mata menjadi bukti bahwa dia mampu tampil membumi. Dia tidak gengsi meski media-media kerap menyebutkan kehidupan Aisha identik dengan keglamoran.

Dengan rambut pirangnya yang tersingkap dibalik jilbabnya, wanita yang kini berusia sekitar 35 tahun ini tak malu-malu memeluk ibu dan menggendong anaknya yang menjadi ”tameng hidup” bagi Khadafi. Aisha menunjukkan bahwa seorang perempuan harus berani melawan musuh-musuhnya. Meskipun di saat perang, Aisha menegaskan tidak akan meninggalkan Libya.Dia ingin memberikan contoh kepada perempuan Libya lainnya bahwa agar memberikan peranan terbaik bagi negaranya. Ketika Aisha dilaporkan kabur ke Malta pada akhir Februari, dia langsung menyangkal. Dia mengaku sangat mencintai Libya sebagai tanah airnya. Setelah Libya diserang, Aisha pun tetap di Libya.Dia pun ingin membuktikan diri bahwa dia selalu berada di Libya bersama rakyat, baik di saat senang dan susah.

Dia pun masih menyayangi sang ayah dan akan terus berjuang bersamanya. Aisha memang tidak seperti putri-putri mantan pemimpin Irak Saddam Hussain yang memilih mengungsi di Yordania di saat sang ayah berjuang melawan pasukan Sekutu. Aisha justru ingin selalu bersama dengan ayahnya. ”Saya akan tetap di sini,”ujarnya di depan publik Libya, seperti dikutip dari Telegraph. Sejak menikah dengan Ahmed al-Khadafi al-Qahsi,sepupu dan tentara berpangkat Kolonel Angkatan Darat,Aisha tetap memiliki aktivitas yang cukup padat.Dengan memiliki tiga anak,Aisha tetap aktif dalam sebuah organisasi kemanusiaan terbesar di Libya, Wa’tassimu. Aisha juga pernah menjadi duta Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) dalam isu HIV/ AIDS, kemiskinan, dan hak perempuan di Libya pada 24 Juli 2009.

Namun,sejak demonstrasi menggulingkan ayahnya berkembang luas, pada Februari 2011, Aisha dipecat dari jabatan sosial itu. Dalam wawancara Sunday Telegraph dengan Aisha pada Oktober tahun lalu,ketika dunia Barat masih dekat dengan Khadafi, saat ditanya bagaimana reaksi orang ketika bertemu, dia menjawab tidak ada orang yang bereaksi berlebihan.” Umumnya,orang biasa hanya menghela nafas. Mereka sangat ramah dengan saya.Mereka sering mengirimkan salam untuk ayahku,”papar dia. Tak bisa dipungkiri,julukan ”Claudia Schiffer dari Afrika Utara” telah menghilang seiring berjalannya waktu. Kini, Aisha lebih tepat dijuluki sebagai ”Benazir Bhutto dari Afrika Utara”yakni seorang perempuan yang berusaha mempertahankan kehormatan keluarga. Bagi dia,keluarga adalah segalanya.

Aisha bukan kali ini saja memiliki pengalaman negaranya diserang AS dan sekutunya. Pada usia 9 tahun, dia menghadapi tragedi.Ketika itu, dia masih tertidur di samping adik angkatnya, dan malam itu pesawat tempur AS menjatuhkan bom di kediaman ayahnya. ”Saya bangun karena ada ledakan bom yang sangat dahsyat. Adik saya menangis dan menjerit. Dia sudah berlumuran darah,”kenang dia. Aksi-aksi yang ditempuh Aisha bukan sekadar seremonial untuk kegiatan kemanusiaan dan sosial. Dia kerap unjuk diri dengan sikap yang cukup kontroversial. Pada 2000, dua tahun setelah perjanjian damai di Irlandia Utara,Aisha memberikan pidato yang mendukung IRA (Tentara Republik Irlandia). Sebagai pengacara, Aisha juga bergabung dengan tim pengacara yang membela Saddam Hussain pada 2004.

Sikapnya memberikan pembelaan kepada Saddam menaikkan pamornya di mata internasional. ”Saya belajar hukum dan merasakan tugas untuk membela siapa saja yang merasa dirinya hanya menerima tuduhan yang salah,” papar dia. ”Alasan membela Saddam bagi saya adalah banyaknya pemberitaan yang mendiskreditkannya. Misalnya, ada gambar Saddam menggunakan celana dalam.Semuanya didesain untuk menunjukkan Saddam tidak seperti manusia.

Selain itu, saya juga merasa perlu untuk membela rakyat sipil,” imbuh dia seperti dikutip dari aolnews. Jika dibandingkan dengan tujuh saudara laki-laki yang suka dengan kekerasan,Aisha memang terlihat sangat lembut. Situs WikiLeaks menyebutkan tugas yang diemban Aisha adalah ”memonitor orang yang gagal dalam segalanya”. Bersama dengan saudara laki-lakinya, Saif,Aisha tampil di garis depan perjuangan membela ayahnya. Seperti apa pandangan Aisha mengenai ayahnya sehingga dia mau membela sang ayah ? ”(Ayah saya, Muammar Khadafi) tetap seorang pria. Dia selalu memegang teguh pendirian dan tidak akan mengubahnya.Dia merupakan pria yang selalu menegakkan prinsip-prinsipnya.

Dia merupakan orang yang selalu bertindak nyata, membela rakyat miskin dan kaum termarginalkan. Dia tidak pernah mengubah prinsip dasar yang dia percayai. Saya akan mengatakan bahwa saat ini masa depan Libya sangat menjanjikan, cerah dan optimistis. Untuk itulah, saat yang tepat bagi komunitas internasional dan semua orang untuk menjalin hubungan baik dengan kita,” tandas Aisha. ANDIKA HENDRA M

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia