Digempur Sekutu, Khadafi Melawan

ImageTRIPOLI – Negara-negara Barat yang dipelopori Amerika Serikat (AS), Prancis, dan Inggris akhirnya melakukan intervensi militer ke Libya. Mereka membombardir Libya dengan serangan udara dan laut.


Pemimpin Libya Muammar Khadafi mengecam aksi militer tersebut dan bertekad melakukan serangan balasan. Kapal perang AS dan kapal selam Inggris sejak Sabtu (19/3) malam menembakkan sedikitnya 110 rudal jelajah Tomahawk ke arah Libya demi menghancurkan pertahanan pasukan Khadafi.

Ini menjadi intervensi Barat ke dunia Arab yang terbesar sejak invasi ke Irak pada 2003. Direktur Staf Gabungan AS Laksamana William Gortney menuturkan, serangan rudal tersebut mampu menghancurkan 20 sistem pertahanan terintegrasi dan fasilitas pertahanan udara sepanjang Pantai Libya. Serangan sekutu itu hanya dua hari berselang setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi yang mendukung aksi militer demi mencegah Khadafi menyerang warga sipil. Tomahawk pertama menghantam pada Sabtu malam waktu setempat,beberapa saat setelah pesawat Prancis melakukan serangan udara.

“Itu hanya tahap awal dari operasi berlapis-lapis untuk menegakkan resolusi PBB dan mencegah rezim Libya menggunakan kekuatan untuk melawan rakyat sendiri,”katanya. Kapal selam Inggris bergabung dengan dua kapal perusak AS, USS Stout dan USS Barry, ditambah dengan tiga kapal selam, USS Providence, USS Scranton, dan USS Florida. AS dan sekutunya tidak main-main dalam melancarkan serangan terhadap Libya. Pejabat militer AS Laksamana Mike Mullen mengklaim serangan awal terhadap Libya sukses.Dia menegaskan masih banyak serangan yang bakal dilakukan. “Dalam beberapa hari,pesawat milik militer Khadafi tidak bakal bisa terbang,” kata Mullen dalam wawancara dengan CNN.

Koresponden AFPmenyatakan rudal-rudal itu menyerang Kota Bab al-Aziziyah di pusat kota Tripoli pada Minggu dini hari.Pasukan Libya merespons serangan itu dengan menembakkan senjata antipesawat selama 40 menit. Seorang pejabat Libya menuturkan kepada AFP, serangan Barat mengakibatkan 48 orang tewas dan 150 terluka. Sebagian besar di antara mereka adalah perempuan dan anak-anak.Adapun Reutersmelaporkan jumlah korban tewas akibat serangan udara itu mencapai 64 orang.“Jumlah korban akan terus bertambah,” ujar pejabat yang enggan menyebutkan nama tersebut. Media Pemerintah Libya melaporkan pesawat tempur Barat mulai mengebom target warga sipil sejak Sabtu malam di Tripoli.

Seorang juru bicara militer juga menyebutkan serangan pesawat tempur tersebut mengenai tangki persediaan bahan bakar milik pemberontak di Kota Misrata, timur Tripoli. Khadafi, dalam pesan yang disiarkan televisi negara, menyatakan serangan Barat tersebut sebagai tindakan barbar dan agresi yang tidak dapat dibenarkan. Dia pun berjanji akan melakukan serangan balasan, baik militer maupun warga sipil di Mediteranian. Khadafi akan menjadikan kawasan itu sebagai “medan pertempuran sebenarnya”. “Kini,depot senjata dibuka dan semua orang Libya dipersenjatai untuk melawan kekuatan Barat,” tegas Khadafi. “Semua rakyat Libya bersatu. Baik pria maupun wanita akan diberi senjata dan bom.

Anda tidak akan maju, Anda tidak akan melangkah sedikit pun di tanah ini,” imbuh Khadafi. Khadafi juga menghina para pemimpin Inggris,Prancis,dan AS. “Mereka seperti Hitler,” ejeknya. Khadafi menyebut perlawanan terhadap sekutu sebagai perang suci. Pasukan AS dan sekutunya melawan rakyat Libya.“ Mereka berpikir rakyat Libya takut.Mereka telah menyebar teror, kami tidak akan menyerah dan kami akan mengalahkan mereka,”tantangnya. Khadafi menegaskan tidak akan meninggalkan tanah kelahirannya.

Demi kehormatan Libya, dia dan rakyatnya siap menyambut perang yang panjang. “Kami tidak akan membiarkan Prancis, Inggris, dan sekutunya menyerang kami, lalu menikmati minyak kami,” kata Khadafi. Kantor berita milik Libya Jana kemarin melaporkan pemerintah membagikan senjata kepada 1 juta rakyatnya.“Pembagian senjata itu bagi lakilaki dan perempuan,” demikian keterangan Kementerian Pertahanan Libya. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Libya menilai serangan sekutu tidak valid lantaran hanya berdasarkan perintah resolusi Dewan Keamanan PBB.“Menyerang Libya sama saja mengancam perdamaian dan keamanan internasional,” demikian keterangan Kemlu Libya. Libya pun meminta rapat darurat dengan Dewan Keamanan PBB setelah aksi militer tersebut.

Sebelumnya pada Kamis (17/3),Dewan Keamanan PBB meloloskan Resolusi 1973 yang mengizinkan penggunaan segala kekuatan untuk melindungi warga sipil dan memberlakukan zona larangan terbang terhadap pasukan Khadafi. Presiden AS Barack Obama, ketika berkunjung ke Brasil, kemarin mengungkapkan, operasi militer ke Libya bersandikan Pengembaraan Fajar. Operasi itu tidak akan menerjunkan pasukan darat. Obama mengatakan, AS mengambil langkah tindakan militer terbatas sebagai bagian dari sebuah “koalisi yang luas”.

“Kami tidak bisa berdiam diri ketika ada seorang tirani menyatakan tidak akan memberi belas kasihan kepada warganya,” kata Obama. Dia menegaskan saat ini bukan waktunya untuk bernegosiasi. “Jika Khadafi tidak menaati resolusi Dewan Keamanan PBB, komunitas internasional akan memaksakan resolusi itu lewat aksi militer,” ujar Obama.

Rusia dan China Kecewa

China mengekspresikan kekecewaan atas serangan udara negara-negara Barat. Beijing menyebut aksi itu bertentangan dengan kesepakatan hubungan internasional. Kemlu China menyatakan terus mengikuti perkembangan di Libya dan menyebut serangan tersebut mengganggu hubungan internasional. China menegaskan akan menghormati kedaulatan, kemerdekaan, persatuan, dan integritas kawasan Afrika Utara.“Kami mengharapkan Libya bisa segera membangun stabilitas dan mencegah adanya korban sipil akibat peningkatan konflik bersenjata,” demikian isi pernyataan tersebut.

Rusia juga mengemukakan hal yang senada.Moskow mengaku kecewa dengan Resolusi 1973 yang “diadopsi dengan tergesa-gesa”. Rusia menyebutkan serangan itu dilakukan ketika Libya telah menghentikan semua serangan terhadap pemberontak dan warga sipil. Juru Bicara Kemlu Rusia Alexander Lukashevich meminta Prancis dan AS untuk menghentikan serangan di luar target militer Libya. Serangan itu menyebabkan banyak korban warga sipil. “Dengan hormat,kita menyerukan penghentian serangan udara di wilayah yang tidak ada kekuatan militer,”kata Lukashevich.

China dan Rusia merupakan negara terkuat yang menyampaikan pendapat yang bertentangan dengan aksi militer di Libya di antara 15 anggota Dewan Keamanan PBB. Meski demikian, keduanya tidak menjegal resolusi PBB untuk melaksanakan operasi tersebut melalui mekanisme hak veto. Keduanya hanya tidak memberikan suara saat resolusi dijatuhkan.

Pemberontak Sambut Serangan Sekutu

Para penduduk di Benghazi, wilayah pemberontak, mengaku senang dan berterima kasih atas serangan udara oleh militer sekutu. “Kita berpikir bahwa ini akan mengakhiri pemerintahan Khadafi. Rakyat Libya tidak akan melupakan Prancis yang berjuang dengan kita,” kata Iyad Ali, 37, seperti dikutip dari Reuters. Hal senada juga diungkapkan Khalid al-Ghurfaly, 38.Dia mengucapkan terima kasih kepada Prancis, Inggris,AS, dan negara-negara Arab yang telah berjuang bersama rakyat Libya.

“Kita pikir Khadafi akan melampiaskan kemarahannya kepada warga sipil.Karena itu, Barat akan membalasnya dengan keras,”ujar Khalid. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/388320/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia