Transisi Damai Mesir Disepakati

KAIRO (SINDO) – Kelompok oposisi akhirnya bertemu dengan Pemerintah Mesir dalam meja perundingan, kemarin.

Kedua pihak akhirnya sepakat membentuk komite reformasi konstitusi dan menciptakan transisi damai berdasarkan konstitusi. Perundingan yang merupakan skenario Amerika Serikat (AS) dalam pembentukan pemerintahan transisi di Mesir ini diharapkan menjadi sejarah baru dan fondasi untuk membentuk pemerintahan transisi dan penyelesaian agenda reformasi. Juru Bicara Pemerintah Mesir Magdi Radi menyatakan, komite yang terdiri atas sejumlah figur politik ini bertugas mengkaji dan mengajukan amendemen konstitusi dan amendemen di tingkatan legislatif. “Itu semua akan dilakukan sebelum pekan pertama Maret,”katanya. Kedua pihak juga bersepakat mendirikan sebuah badan atau kantor yang menerima komplain mengenai tahanan politik,menghapus sensor media dan komunikasi,serta menolak intervensi asing.Mereka juga menyerukan penghapusan undang- undang darurat Mesir.

Dalam perundingan yang diawali dengan mengheningkan cipta untuk para martir yang meninggal selama demonstrasi berlangsung, Pemerintah Mesir diwakili Wakil Presiden Mesir Omar Suleiman. Sedangkan kelompok oposisi yang hadir yakni Persaudaraan Muslim (Ikhwanul Muslimin),Partai Wafd Liberal, gerakan kiri Tagammu–– sebuah komite yang terdiri atas gerakan pemuda prodemokrasi, figur politisi independen,dan sejumlah pengusaha.Beberapa kelompok yang ikut dalam demonstrasi menolak ikut berdialog. Keterlibatan Ikhwanul Muslimin dalam perundingan diharapkan sebagai kunci penyelesaian masa depan Mesir. Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan Islam yang terorganisasi dan telah lama menjadi organisasi terlarang di Mesir.Undangan kepada Ikhwanul Muslimin dan beberapa kelompok lain sekaligus memberi sinyal bahwa Presiden Hosni Mubarak mengakui kekuatan kelompok oposisi.

Pemimpin senior Ikhwanul Muslimin Essam el-Erian menyatakan, pihaknya bersedia ambil bagian dalam perundingan setelah meminta ada perwakilan dari demonstran di Lapangan Tahrir untuk berdialog dengan pemerintah. “Kita diundang. Kita akan pergi. Tetapi, partisipasi kita bergantung kehadiran perwakilan pemuda,” ujarnya kepada AFP. Sebelumnya hampir dua pekan Mesir dilanda aksi unjuk rasa yang diwarnai bentrok antarkubu penentang dan pendukung Presiden Hosni Mubarak. Sejauh ini Mubarak masih enggan memenuhi tuntutan pengunjuk rasa untuk mundur.

Mubarak menuduh Ikhwanul Musliminberada di belakang krisis politik ini dan mengatakan organisasi itu akan memanfaatkan situasi jika dia mengundurkan diri.Mubarak menegaskan dia akan mundur dari dunia politik saat pemilu digelar September mendatang. Kemarin, tentara semakin meningkatkan keamanan di Lapangan Tahrir setelah para demonstrasi menguasai alun-alun tersebut. Militer mengepung lapangan tersebut agar kelompok pro-Mubarak tidak bisa memasuki wilayah tersebut. Hingga saat ini sekitar 300 orang diperkirakan tewas sejak demonstrasi melawan Mubarak dimulai. Gelombang protes ini juga diperkirakan membuat Mesir merugi Rp30 triliun per hari.

Sementara itu, New York Times mengutip pejabat AS dan Mesir yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa Suleiman dan pemimpin militer Mesir telah meminta Mubarak untuk mengundurkan diri dan pergi ke luar negeri. Itu juga menjadi bagian dari skenario pembentukan pemerintahan transisi yang dipimpin Suleiman. Para pejabat AS lainnya mengungkapkan bahwa skenario untuk memaksa mundur Mubarak adalah mengisolasinya.Caranya? Para elit dan pemimpin Mesir menunjukkan sikap mendengar suara oposisi dan berunding dengan kubu demonstran.Pada titik yang dikehendaki,Mubarak hanya akan menjadi penonton dalam pemerintahannya sendiri. Dalam skenario yang dibuat AS dan militer Mesir, Presiden Mubarak menderita sakit.Kemudian, dia akan berobat ke Jerman.

Selama ini media-media Barat melaporkan bahwa Mubarak bakal terbang ke Jerman untuk berobat. Skenario bertolaknya Mubarak ke Jerman karena sakit mirip larinya Mohammad Reza Shah yang meninggalkan Iran untuk berobat. Menurut para pejabat AS, dengan sakit dan berobat,Mubarak akan meninggalkan Mesir dengan terhormat. Berdasar sejumlah informasi yang diterima New York Times, Gedung Putih bahkan mengancam Mubarak. Jika terus menggali permasalahan lebih dalam,Mubarak juga akan semakin sulit untuk keluar dari Mesir. Sebelumnya Presiden ASBarack Obama pada Sabtu (5/2) telah berbicara dengan para pemimpin dunia lainnya mengenai kerusuhan di Mesir. Dia juga menekankan pentingnya “ketertiban, transisi damai,dan dimulainya sekarang.

Jubir Kantor PM Inggris di Downing Street menyatakan,Cameron menyatakan peta jalan yang kredibel untuk mengubah perlu diwujudkan sesegara mungkin, termasuk pemilu yang jujur dan adil.Jelas sekali bahwa kedua pemimpin menginginkan Mubarak lengser. Sementara itu, figur oposisi Mesir, Mohamed ElBaradei mengingatkan AS agar tidak melindungi Mubarak dan Suleiman untuk membentuk pemerintahan baru. Menurut ElBaradei, suatu kemunduran bila Amerika Serikat benar-benar mendukung Mubarak dan Oman Suleiman membentuk pemerintahan transisi sebelum pemilihan umum September mendatang. (AFP/Rtr/BBC/NYT/ andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/380479/38/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford