Oposisi Aljazair Bergerak

ALGIERS (SINDO) – Menyusul tumbangnya Presiden Mesir Hosni Mubarak, ribuan demonstran Aljazair kemarin menggelar unjuk rasa untuk menggulingkan presiden mereka, Abdelaziz Bouteflika. Rakyat Aljazair menginginkan nasib Bouteflika sama seperti pemimpin Mesir dan Tunisia yang ditumbangkan rakyat melalui aksi demonstrasi.

“Bubarkan rezim berkuasa” dan slogan-slogan serupa demonstran di Mesir dan Tunisia menggema di ibukota Aljazair, Algiers. Para demonstran juga berteriak, “Bouteflika mundur!”Terinspirasi oleh gelombang demonstrasi di Mesir, para demonstran juga berteriak, “Kemarin Mesir, hari ini Aljazair.” Gelombang unjuk rasa tampaknya akan semakin menguat setelah sedikitnya lima orang tewas dalam demonstrasi di Aljazair sejak Januari lalu.

Puluhan ribu polisi diterjunkan untuk mencegah aksi demonstrasi meluas.Polisi dengan gas air mata dan persenjataan lengkap mencegah ribuan demonstran yang bergerak dari Lapangan 1 Mei menuju Lapangan Martir. Para demonstran yang turun ke jalan, termasuk pemimpin oposisi Kampanye untuk Budaya dan Demokrasi (RCD) Said Sadi dan mantan pemimpin Front Penyelamat Islam, organisasi yang dilarang rezim.

Lebih dari dua ribu pendemo mampu menerobos barisan aparat kepolisian yang menghalangi mereka menuju Lapangan 1 Mei.Elias Filali,seorang narablog dan aktivis, menyaksikan para aktivis hak asasi manusia (HAM) ditangkap polisi. “Saya berada di tengah massa saat para demonstran ditangkapi,” katanya.

DemonstranAljazair menuntut kebebasan dalam demokrasi, perubahan pemerintahan, dan penyediaan lapangan kerja.“Pemerintah Aljazair sangat korup hingga ke tulang sumsum.Pemerintahannya dipilih dalam pemilu yang curang dan penuh tekanan,” kata seorang pendemo. Fodil Boumala, pendiri Koordinasi Nasional untuk Perubahan dan Demokrasi (CNCD), mengaku senang dengan demonstrasi yang kian meluas di Aljazair. “Kita berhasil merobohkan tembok ketakutan. Itu hanya sebuah awal,” katanya.

“Rakyat Aljazair akan kembali ke ibu kota lagi untuk berdemonstrasi.” Aksi demonstrasi tersebut berhasil dibubarkan 30.000 polisi. Kendaraan antikerusuhan disiagakan di dekat aksi demonstrasi.Kementerian dalam negeri di sana menyebutkan 14 orang ditangkap dan dibebaskan. Lain lagi klaim Kepala Liga Aljazair untuk Pembelaan Hak Asasi Manusia (LADDH) Mustapha Bouchachi. Dia menyatakan sedikitnya 300 demonstran ditangkap di Algiers, Oran, dan Annaba.

“Beberapa orang dibebaskan, tapi yang lain masih ditahan,” ujarnya. Beberapa orang yang ditahan termasuk dua pejabat RCD,Othmane Maazouz dan Feta Sadad. Sebenarnya demonstrasi yang berhasil diselenggarakan itu merupakan kemajuan demokrasi yang cemerlang di Aljazair.Kubu oposisi di Aljazair mengungkapkan, keputusan berani rakyat yang menentang aturan larangan protes di negara tersebut menjadi titik balik aksi protes menentang pemerintah.

Protes ini berhasil digelar setelah hampir 10 tahun rakyat Aljazair tidak dapat melakukan protes. Tak mau kalah, kelompok pendukung pemerintah juga menggelar unjuk rasa di Algiers. “Bouteflika tidak seperti Mubarak,” ujar seorang demonstran.Para pendukung rezim itu menganggap tuntutan mundur presiden Aljazair tidak masuk akal. Tidak ingin demonstrasi oposisi semakin meluas, Pemerintah Aljazair memblokir jaringan internet, terutama situs jejaring sosial Facebook dan Twitter.

Pemerintah khawatir internet digunakan sebagai ajang propaganda untuk menggalang kekuatan akar rumput.“ Pemerintah tidak ingin kami menggalang massa melalui internet,” ujar Rachid Salem dari Koordinasi Perubahan Demokratik di Aljazair. “Pasukan keamanan dipersenjatai di jalan-jalan dan mereka juga mengerahkan segala upaya untuk meredam gejolak di internet.Para wartawan, terutama yang menggunakan kamera,diusir polisi.” Bukan cuma itu.

Menurut Saleem, pintu masuk ke ibu kota pun telah diblokade aparat keamanan hingga setiap orang sulit menembusnya. Berkuasa sejak 1999 Bouteflika dituding kalangan oposisi selalu memanipulasi hasil pemilu agar terus berkuasa. Aljazair merupakan negara dengan cadangan gas alam terbesar kedelapan di dunia. Negara ini juga dikenal kaya minyak. Sayangnya kaum muda di sana banyak menganggur dan kemiskinan menggurita.

Korupsi dan kolusi juga menjadi benalu yang terus menggerogoti Aljazair. Gerakan revolusi yang kini bergulir di Aljazair tampaknya sudah bosan melihat kebobrokan yang terjadi dalam pemerintahan saat ini.Keberhasilan revolusi Tunisia dan Mesir jelas turut mendorong semangat perubahan di Aljazair.Waktu akan membuktikan, apakah gerakan di Aljazair akan berhasil menumbangkan rezim atau tidak. (AFP/Rtr/Al Jazeera/ andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/381691/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford