Revolusi Mesir Semakin Memuncak
KAIRO(SINDO) – Gerakan revolusi untuk menumbangkan pemerintahan otoriter Presiden Hosni Mubarak terus menuju ke puncak eskalasinya hingga kemarin.
Pasukan keamanan Mesir kemarin dalam siaga penuh menyusul demonstrasi besar-besaran setelah salat Jumat.Pasukan khusus antiterorisme juga dikerahkan di sejumlah lokasi strategis di Kairo,termasuk di Lapangan Tahrir tempat aksi unjuk rasa sebelumnya digelar. Pemerintah menyatakan keinginannya untuk berdialog. Partai Demokratik Nasional (NDP) yang berkuasa menyatakan siap berdialog dengan para pengunjuk rasa.“NDP siap berdialog dengan pengunjuk rasa dan partai politik yang legal.Namun, demokrasi memiliki sistem yang harus dipatuhi. Minoritas tidak bisa memaksakan kehendak kepada mayoritas,” kata Sekretaris Jenderal NDP Safwat el-Sharif.
Pemerintah Mesir telah mencoba untuk memblokir situs jejaring sosial Facebook dan Twitter yang digunakan untuk menyebar ajakan berunjuk rasa.Tak hanya memblokir internet, layanan 3G dan pesan pendek di telepon genggam pun diganggu.Mesir seolah kembali ke zaman prasejarah. Lebih dari 1.000 demonstran telah ditangkap. Menteri Dalam Negeri Mesir bahkan mengancam bahwa pemerintah akan mengambil tindakan tegas terhadap para pengunjuk rasa.Pemerintah Mesir menganggap berunjuk rasa menyalahi undang-undang yang berlaku. Sejak unjuk rasa merebak Selasa (26/1),Presiden Hosni Mubarak, 82, belum terlihat di hadapan publik.
Aksi unjuk rasa ini bertujuan menentang Mubarak yang sudah berkuasa selama 30 tahun.Kelompok oposisi Mesir menganggap pemerintah tidak banyak berbuat menghadapi krisis pangan,tingkat pengangguran yang meroket, dan korupsi. Unjuk rasa anti-Pemerintah Mesir tampaknya bertambah besar dan korban tewas pun terus bertambah. Seorang pengunjuk rasa tewas tertembak di wilayah Sinai, Kamis (27/1), sehingga korban tewas sejauh ini menjadi tujuh orang. Sutradara film Mesir Ahmed Rasheed yang ikut ambil bagian dalam demonstrasi kemarin menuturkan, rakyat tidak lagi takut kepada pemerintah dengan ancaman penjara.
“Kita telah merobohkan dinding ketakutan ini,”ujarnya kepada BBC.“Rakyat telah turun ke jalan,para pemuda,orang terdidik dan tidak, kelas sosial tinggi dan rendah,”tuturnya. Seorang pengacara dari Ikhwanul Muslim (IM/Persaudaraan Muslim) Abdelmoneim Abdel Maqsoud mengungkapkan sedikitnya 20 anggotanya telah ditangkap. Sumber keamanan kepada Reuters mengungkapkan, pihaknya telah diperintahkan menangkapi anggota IM. “Lima mantan anggota parlemen dan lima anggota biro politik ditangkap. Ada tokoh ternama, yakni Essam el-Eriane dan Mohammed Moursi,” kata Maqsoud. Meskipun secara hukum dilarang, IM merupakan kelompok oposisi terbesar di Mesir. Padahal, IM diketahui tidak berada di belakang protes para pemuda.
Pemerintah mengeluarkan peringatan kepada para pengunjuk rasa muda agar tidak mengizinkan IM menggunakan protes-protes itu untuk apa yang pihak berwenang sebut sebagai “agenda tersembunyinya”. Sementara itu,selain bertindak represif, Mubarak juga bertindak cerdas. Dia menyusupkan agen intelijen Mesir ke kelompok demonstran. Al-Jazeera melaporkan, para agen itu dipersenjatai dan membawa senjata kimia.Kemudian, pemerintah juga akan membuat ori sebuah kelompok bentukan mereka bernama Akhwan al-Haq.
ElBaradei: Tidak Ada Pilihan Lain
Peraih hadiah Nobel yang juga pimpinan oposisi Mesir Mohammad ElBaradei tiba di Kairo saat unjuk rasa antipemerintah terus meluas. Saat tiba di ibu kota Mesir itu, mantan Kepala Badan Energi Nuklir PBB (IAEA) tersebut menegaskan akan bergabung dengan para pengunjuk rasa. ElBaradei mengungkapkan, saat ini merupakan masa yang krusial dalam kehidupan Mesir. ElBaradei juga mengungkapkan bahwa rezim Presiden Hosni Mubarak di ambang kehancuran.
Pernyataan tegas itu diungkapkan di depan ribuan demonstran.“Saya mengirimkan pesan kepada dunia bahwa Mesir sedang diisolasi oleh sebuah rezim yang rapuh,”ujarnya. “Saya harap kami tidak perlu turun ke jalan untuk menekan pemerintah berkuasa.” Ayah dua anak itu menekankan, pemerintah harus mendengarkan suara rakyat dan tidak menggunakan kekerasan. “Pahamilah bahwa perubahan akan segera terwujud.Keinginan perubahan juga harus dihargai.Tidak ada pilihan lain.” tegasnya.
“Jika rakyat menginginkan saya memimpin masa transisi ini, saya tidak akan mengecewakan mereka.” Kedatangan ElBaradei makin menyulutkan api amarah rakyat Mesir terhadap penguasa mereka saat ini. Meskipun kedatangannya di Mesir bisa mengancam nyawanya, mantan utusan PBB untuk urusan nuklir tersebut tidak patah semangat. Sebelumnya, ElBaradei dikritik oleh sebagian masyarakat Mesir karena terlambat pulang ke negaranya. Dia sempat dituding sebagai arsitek kekisruhan di Mesir. Dia pun menjadi target pembunuhan bagi kelompok yang menginginkan stabilitas di Mesir. “Saya tak dikawal ketika tiba di Mesir,tetapi Anda perlu mengerti bahwa Anda harus bersama rakyat Anda,”tegas ElBaradei.
ElBaradei juga mengkritik sikap pemerintahan Mubarak yang sangat ketakutan menghadapi rakyatnya. Mulai dari jumlah pasukan militer yang diturunkan dalam jumlah besar hingga koneksi internet yang diputus.“Hari ini (kemarin), Mesir memasuki masa prainformasi,” katanya.“Rakyat Mesir kini berada pada tempat yang terpencil,itu dilakukan oleh rezim yang merasa tidak stabil dan tidak nyaman.” Padahal, kata dia, berkomunikasi merupakan hak asasi paling utama bagi manusia.“Tapi, hak itu telah direbut dari kita.Saya tidak melihat hal seperti ini di negara lain,”tuturnya. ElBaradei menuturkan, hambatan berkomunikasi dapat melemahkan pengorganisasi demonstrasi yang dimulai setelah salat Jumat.
“Saya tidak mengetahui bagaimana harapan saya untuk hari ini (kemarin),” katanya. “Saya akan kesulitan untuk berkomunikasi, tetapi saya pikir banyak orang yang turun ke jalan,”harapnya. Selain itu, ElBaradei mengkritik Menteri Luar Neger Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton yang menyebutkan bahwa pemerintahan Mesir dalam kondisi stabil. Dia juga menyerukan kepada dunia agar mengecam Mubarak, sekutu dekat AS. “Komunitas internasional harus paham bahwa kita telah dikekang haknya sebagai setiap manusia hari demi hari,”kata ElBaradei. “Mesir saat ini merupakan penjara yang besar.Jika komunitas internasional tidak berbicara,itu akan berdampak besar.Kita memperjuangkan nilai-nilai universal di sini.Jika Barat tidak segera berkomentar saat ini,terus kapan?”tanyanya.
Sementara kemarin, saat mengikuti aksi unjuk rasa di Kairo,Al- Jazeera melaporkan bahwa aparat keamanan mencegah ElBaradei keluar dari sebuah lapangan setelah salat Jumat untuk meneruskan partisipasinya dalam aksi demonstrasi itu.ElBaradei mengikuti salat Jumat di lapangan yang tak jauh dari sebuah masjid di Giza,pusat Kairo, bersama sekitar 2.000 orang lainnya.Saksi mata menuturkan, aparat keamanan menjaga ketat lapangan itu. (AFP/Rtr/BBC/ Guardian/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/378744/
Pasukan keamanan Mesir kemarin dalam siaga penuh menyusul demonstrasi besar-besaran setelah salat Jumat.Pasukan khusus antiterorisme juga dikerahkan di sejumlah lokasi strategis di Kairo,termasuk di Lapangan Tahrir tempat aksi unjuk rasa sebelumnya digelar. Pemerintah menyatakan keinginannya untuk berdialog. Partai Demokratik Nasional (NDP) yang berkuasa menyatakan siap berdialog dengan para pengunjuk rasa.“NDP siap berdialog dengan pengunjuk rasa dan partai politik yang legal.Namun, demokrasi memiliki sistem yang harus dipatuhi. Minoritas tidak bisa memaksakan kehendak kepada mayoritas,” kata Sekretaris Jenderal NDP Safwat el-Sharif.
Pemerintah Mesir telah mencoba untuk memblokir situs jejaring sosial Facebook dan Twitter yang digunakan untuk menyebar ajakan berunjuk rasa.Tak hanya memblokir internet, layanan 3G dan pesan pendek di telepon genggam pun diganggu.Mesir seolah kembali ke zaman prasejarah. Lebih dari 1.000 demonstran telah ditangkap. Menteri Dalam Negeri Mesir bahkan mengancam bahwa pemerintah akan mengambil tindakan tegas terhadap para pengunjuk rasa.Pemerintah Mesir menganggap berunjuk rasa menyalahi undang-undang yang berlaku. Sejak unjuk rasa merebak Selasa (26/1),Presiden Hosni Mubarak, 82, belum terlihat di hadapan publik.
Aksi unjuk rasa ini bertujuan menentang Mubarak yang sudah berkuasa selama 30 tahun.Kelompok oposisi Mesir menganggap pemerintah tidak banyak berbuat menghadapi krisis pangan,tingkat pengangguran yang meroket, dan korupsi. Unjuk rasa anti-Pemerintah Mesir tampaknya bertambah besar dan korban tewas pun terus bertambah. Seorang pengunjuk rasa tewas tertembak di wilayah Sinai, Kamis (27/1), sehingga korban tewas sejauh ini menjadi tujuh orang. Sutradara film Mesir Ahmed Rasheed yang ikut ambil bagian dalam demonstrasi kemarin menuturkan, rakyat tidak lagi takut kepada pemerintah dengan ancaman penjara.
“Kita telah merobohkan dinding ketakutan ini,”ujarnya kepada BBC.“Rakyat telah turun ke jalan,para pemuda,orang terdidik dan tidak, kelas sosial tinggi dan rendah,”tuturnya. Seorang pengacara dari Ikhwanul Muslim (IM/Persaudaraan Muslim) Abdelmoneim Abdel Maqsoud mengungkapkan sedikitnya 20 anggotanya telah ditangkap. Sumber keamanan kepada Reuters mengungkapkan, pihaknya telah diperintahkan menangkapi anggota IM. “Lima mantan anggota parlemen dan lima anggota biro politik ditangkap. Ada tokoh ternama, yakni Essam el-Eriane dan Mohammed Moursi,” kata Maqsoud. Meskipun secara hukum dilarang, IM merupakan kelompok oposisi terbesar di Mesir. Padahal, IM diketahui tidak berada di belakang protes para pemuda.
Pemerintah mengeluarkan peringatan kepada para pengunjuk rasa muda agar tidak mengizinkan IM menggunakan protes-protes itu untuk apa yang pihak berwenang sebut sebagai “agenda tersembunyinya”. Sementara itu,selain bertindak represif, Mubarak juga bertindak cerdas. Dia menyusupkan agen intelijen Mesir ke kelompok demonstran. Al-Jazeera melaporkan, para agen itu dipersenjatai dan membawa senjata kimia.Kemudian, pemerintah juga akan membuat ori sebuah kelompok bentukan mereka bernama Akhwan al-Haq.
ElBaradei: Tidak Ada Pilihan Lain
Peraih hadiah Nobel yang juga pimpinan oposisi Mesir Mohammad ElBaradei tiba di Kairo saat unjuk rasa antipemerintah terus meluas. Saat tiba di ibu kota Mesir itu, mantan Kepala Badan Energi Nuklir PBB (IAEA) tersebut menegaskan akan bergabung dengan para pengunjuk rasa. ElBaradei mengungkapkan, saat ini merupakan masa yang krusial dalam kehidupan Mesir. ElBaradei juga mengungkapkan bahwa rezim Presiden Hosni Mubarak di ambang kehancuran.
Pernyataan tegas itu diungkapkan di depan ribuan demonstran.“Saya mengirimkan pesan kepada dunia bahwa Mesir sedang diisolasi oleh sebuah rezim yang rapuh,”ujarnya. “Saya harap kami tidak perlu turun ke jalan untuk menekan pemerintah berkuasa.” Ayah dua anak itu menekankan, pemerintah harus mendengarkan suara rakyat dan tidak menggunakan kekerasan. “Pahamilah bahwa perubahan akan segera terwujud.Keinginan perubahan juga harus dihargai.Tidak ada pilihan lain.” tegasnya.
“Jika rakyat menginginkan saya memimpin masa transisi ini, saya tidak akan mengecewakan mereka.” Kedatangan ElBaradei makin menyulutkan api amarah rakyat Mesir terhadap penguasa mereka saat ini. Meskipun kedatangannya di Mesir bisa mengancam nyawanya, mantan utusan PBB untuk urusan nuklir tersebut tidak patah semangat. Sebelumnya, ElBaradei dikritik oleh sebagian masyarakat Mesir karena terlambat pulang ke negaranya. Dia sempat dituding sebagai arsitek kekisruhan di Mesir. Dia pun menjadi target pembunuhan bagi kelompok yang menginginkan stabilitas di Mesir. “Saya tak dikawal ketika tiba di Mesir,tetapi Anda perlu mengerti bahwa Anda harus bersama rakyat Anda,”tegas ElBaradei.
ElBaradei juga mengkritik sikap pemerintahan Mubarak yang sangat ketakutan menghadapi rakyatnya. Mulai dari jumlah pasukan militer yang diturunkan dalam jumlah besar hingga koneksi internet yang diputus.“Hari ini (kemarin), Mesir memasuki masa prainformasi,” katanya.“Rakyat Mesir kini berada pada tempat yang terpencil,itu dilakukan oleh rezim yang merasa tidak stabil dan tidak nyaman.” Padahal, kata dia, berkomunikasi merupakan hak asasi paling utama bagi manusia.“Tapi, hak itu telah direbut dari kita.Saya tidak melihat hal seperti ini di negara lain,”tuturnya. ElBaradei menuturkan, hambatan berkomunikasi dapat melemahkan pengorganisasi demonstrasi yang dimulai setelah salat Jumat.
“Saya tidak mengetahui bagaimana harapan saya untuk hari ini (kemarin),” katanya. “Saya akan kesulitan untuk berkomunikasi, tetapi saya pikir banyak orang yang turun ke jalan,”harapnya. Selain itu, ElBaradei mengkritik Menteri Luar Neger Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton yang menyebutkan bahwa pemerintahan Mesir dalam kondisi stabil. Dia juga menyerukan kepada dunia agar mengecam Mubarak, sekutu dekat AS. “Komunitas internasional harus paham bahwa kita telah dikekang haknya sebagai setiap manusia hari demi hari,”kata ElBaradei. “Mesir saat ini merupakan penjara yang besar.Jika komunitas internasional tidak berbicara,itu akan berdampak besar.Kita memperjuangkan nilai-nilai universal di sini.Jika Barat tidak segera berkomentar saat ini,terus kapan?”tanyanya.
Sementara kemarin, saat mengikuti aksi unjuk rasa di Kairo,Al- Jazeera melaporkan bahwa aparat keamanan mencegah ElBaradei keluar dari sebuah lapangan setelah salat Jumat untuk meneruskan partisipasinya dalam aksi demonstrasi itu.ElBaradei mengikuti salat Jumat di lapangan yang tak jauh dari sebuah masjid di Giza,pusat Kairo, bersama sekitar 2.000 orang lainnya.Saksi mata menuturkan, aparat keamanan menjaga ketat lapangan itu. (AFP/Rtr/BBC/ Guardian/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/378744/
Komentar