Mesir Tutup Jaringan Al Jazeera
Mesir kini menjadi bangsa yang paling terisolir di dunia. Setelah jaringan internet dan telepon ditutup, kini pemerintah menutup biro stasiun televisi Al Jazeera di Kairo.
“Al Jazeera melihat tindakan ini didesain untuk menahan dan menekan kebebasan melaporkan informasi terbaru bagi jaringan televisi dan para jurnalisnya,” demikian keterangan resmi Al Jazeera.
“Di saat, ketegangan semakin memanas dan kerusuhan di masyarakat Mesir makin meluas, diperlukan suara dari berbagai pihak untuk didengarkan. Tetapi, penutupan biro kami oleh Pemerintah Mesir bertujuan untuk melakukan sensor dan membungkap semua suara rakyat Mesir,” demikian keterangan Al Jazeera.
Jaringan Al Jazeera berbahasa Arab telah mati di Mesir sejak kemarin malam waktu setempat. Tetapi, Al Jazeera berbahasa Inggris masih bisa dinikmati rakyat Mesir.
Memang Menteri Informasi Mesir Anas al-Fikki mengeluarkan perintah penghentian operasi stasiun televisi Al Jazeera. Itu disebabkan karena Al Jazeera merupakan salah satu stasiun televisi yang menyiarkan kerusuhan anti-pemerintah. “Menteri Informasi menghentikan semua kegiatan Al Jazeera, menghentikan lisensi siaran dan menarik izin liputan semua staf mulai hari ini,” demikian pernyataan pemerintah yang dilansir MENA.
Meski mendapatkan tekanan dari pemerintah Mesir, Al Jazeera tetap akan melanjutkan laporan dan peliputan kerusuhan di Mesir. Ditambah lagi, stasiun televisi yang berbasis di Qatar itu melaporkan tayangan Al Jazeera telah diputus siarannya dari satelit Nilesat milik Mesir. Tetapi, sinyal televisi lainnya masih ditangkap.
Sementara itu, ribuan tahanan di Mesir kemarin melarikan diri dari penjara di berbagai penjuru negara tersebut. Aksi itu memperkeruh suasana demonstrasi yang kemarin memasuki hari keenam.
Penjara Wadi Natrun di utara Kairo, tempat banyak tahanan politik Islam, juga dihebohkan dengan banyaknya tahanan yang melarikan diri. Puluhan tahanan lainnya di penjara Fayum, selatan Kairo, juga melarikan diri setelah seorang petugas polisi dibunuh.
Seorang petugas melaporkan kepada AFP bahwa delapan tahanan tewas dalam kerusuhan di penjara Abu Zaabal di timur Kairo. Di Kantor Gubernur Faiyum, yang terletak sekitar 81 mil (130 kilometer) sebelah barat daya Kairo, orang bersenjata tak dikenal menembak mati kepala sebuah penjara lokal, membebaskan beberapa ratus tahanan. Persaudaraa Muslim menyatakan 34 anggotanya berhasil melarikan diri dari penjara, termasuk tujuh pemimpin gerakan oposisi tersebut.
Sedikitnya 102 orang telah tewas, kemudian, 33 di antaranya pada Sabtu (29/1) saja. Lebih dari 10 dilaporkan tewas di sekitar kota Beni Sueif, 140 kilometer (85 mil) di selatan Kairo, menjadikan korban tewas di sana mencapai 22 setelah para pemrotes berusaha membakar sebuah kantor polisi.
Sementara itu, berbagai negara telah menyiapkan evakuasi bagi warganya yang tinggal di Mesir. Amerika Serikat (AS) telah mengirimkan dua kapal laut beserta dengan seribu personel marinir dikirim ke Mesir, guna menjalankan proses evakuasi warganya di Mesir.
Marinir AS pun siap diterjunkan jika telah ada perintah untuk menyelamatkan warga Amerika dengan helikopter dari kedutaan besarnya di Kairo, Mesir.
“Kedutaan AS di Kairo menginformasikan kepada semua warga negara AS di Mesir yang ingin keluar bahwa Departemen Luar Negeri akan mengatur transportasi ke lokasi yang aman di Eropa,” demikian isi pernyataan Kedutaan AS di Mesir. “Proses evakuasi bakal dilakukan pada Minggu (kemarin),” tambahnya. (AFP/Rtr/BBC/Al Jazeera/andika hm)
“Al Jazeera melihat tindakan ini didesain untuk menahan dan menekan kebebasan melaporkan informasi terbaru bagi jaringan televisi dan para jurnalisnya,” demikian keterangan resmi Al Jazeera.
“Di saat, ketegangan semakin memanas dan kerusuhan di masyarakat Mesir makin meluas, diperlukan suara dari berbagai pihak untuk didengarkan. Tetapi, penutupan biro kami oleh Pemerintah Mesir bertujuan untuk melakukan sensor dan membungkap semua suara rakyat Mesir,” demikian keterangan Al Jazeera.
Jaringan Al Jazeera berbahasa Arab telah mati di Mesir sejak kemarin malam waktu setempat. Tetapi, Al Jazeera berbahasa Inggris masih bisa dinikmati rakyat Mesir.
Memang Menteri Informasi Mesir Anas al-Fikki mengeluarkan perintah penghentian operasi stasiun televisi Al Jazeera. Itu disebabkan karena Al Jazeera merupakan salah satu stasiun televisi yang menyiarkan kerusuhan anti-pemerintah. “Menteri Informasi menghentikan semua kegiatan Al Jazeera, menghentikan lisensi siaran dan menarik izin liputan semua staf mulai hari ini,” demikian pernyataan pemerintah yang dilansir MENA.
Meski mendapatkan tekanan dari pemerintah Mesir, Al Jazeera tetap akan melanjutkan laporan dan peliputan kerusuhan di Mesir. Ditambah lagi, stasiun televisi yang berbasis di Qatar itu melaporkan tayangan Al Jazeera telah diputus siarannya dari satelit Nilesat milik Mesir. Tetapi, sinyal televisi lainnya masih ditangkap.
Sementara itu, ribuan tahanan di Mesir kemarin melarikan diri dari penjara di berbagai penjuru negara tersebut. Aksi itu memperkeruh suasana demonstrasi yang kemarin memasuki hari keenam.
Penjara Wadi Natrun di utara Kairo, tempat banyak tahanan politik Islam, juga dihebohkan dengan banyaknya tahanan yang melarikan diri. Puluhan tahanan lainnya di penjara Fayum, selatan Kairo, juga melarikan diri setelah seorang petugas polisi dibunuh.
Seorang petugas melaporkan kepada AFP bahwa delapan tahanan tewas dalam kerusuhan di penjara Abu Zaabal di timur Kairo. Di Kantor Gubernur Faiyum, yang terletak sekitar 81 mil (130 kilometer) sebelah barat daya Kairo, orang bersenjata tak dikenal menembak mati kepala sebuah penjara lokal, membebaskan beberapa ratus tahanan. Persaudaraa Muslim menyatakan 34 anggotanya berhasil melarikan diri dari penjara, termasuk tujuh pemimpin gerakan oposisi tersebut.
Sedikitnya 102 orang telah tewas, kemudian, 33 di antaranya pada Sabtu (29/1) saja. Lebih dari 10 dilaporkan tewas di sekitar kota Beni Sueif, 140 kilometer (85 mil) di selatan Kairo, menjadikan korban tewas di sana mencapai 22 setelah para pemrotes berusaha membakar sebuah kantor polisi.
Sementara itu, berbagai negara telah menyiapkan evakuasi bagi warganya yang tinggal di Mesir. Amerika Serikat (AS) telah mengirimkan dua kapal laut beserta dengan seribu personel marinir dikirim ke Mesir, guna menjalankan proses evakuasi warganya di Mesir.
Marinir AS pun siap diterjunkan jika telah ada perintah untuk menyelamatkan warga Amerika dengan helikopter dari kedutaan besarnya di Kairo, Mesir.
“Kedutaan AS di Kairo menginformasikan kepada semua warga negara AS di Mesir yang ingin keluar bahwa Departemen Luar Negeri akan mengatur transportasi ke lokasi yang aman di Eropa,” demikian isi pernyataan Kedutaan AS di Mesir. “Proses evakuasi bakal dilakukan pada Minggu (kemarin),” tambahnya. (AFP/Rtr/BBC/Al Jazeera/andika hm)
Komentar