Mesir Ikuti Jejak Revolusi Tunisia

KAIRO (SINDO) – Mesir kemarin dilanda demonstrasi antipemerintah untuk menuntut reformasi ekonomi dan politik.


Aksi tersebut terinspirasi oleh revolusi Tunisia. Para selebiritas,pendukung sepak bola, dan gerakan oposisi ikut bergabung dalam aksi tersebut. Ribuan orang menyatakan dukungannya dalam situs Facebook.Demonstrasi dimulai pukul 14.00 waktu setempat di beberapa tempat di seluruh penjuru negeri. “Hari pemberontakan melawan penyiksaan, kemiskinan, korupsi, dan pengangguran,” demikian tema yang diambil dalam demonstrasi. Seruan ini diluncurkan pertama kali oleh kelompok anak muda prodemokrasi, yakni Kelompok 6 April yang menginginkan hari libur nasional untuk merayakan Hari Polisi. Tuntutan aksi tersebut adalah pemecatan Menteri Dalam Negeri Habib al-Adly,pencabutan undangundang darurat yang telah diberlakukan beberapa dekade, dan kenaikan gaji.

Undang-undang kontroversial memberikan kekuasaan besar kepada polisi untuk menangkap dan membubarkan aktivitas politik telah diperpanjang pada 2010 untuk dua tahun mendatang. Tokoh oposisi terkemuka Mesir Mohamed el-Baradei menyatakan dukungan untuk unjuk rasa hari ini.“Jika Tunisia telah mela-kukannya, Mesir harus bisa melakukannya juga,” ujar mantan kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang juga seorang oposisi. Dalam wawancara dengan harian Al-Ahram, Adly menuding demonstrasi itu tidak memiliki dampak khusus.“Pihak keamanan bakal menghadapi segala ancaman untuk keselamatan rakyat dan tidak akan merusak properti dan melanggar hukum,”tegas Adly. Adly juga mengatakan pihaknya telah mengeluarkan perintah penangkapan terhadap para pengunjuk rasa yang melanggar hukum. “Aparat keamanan akan bertindak tegas dan menangkap siapa saja yang tidak mematuhi hukum,”ujar Adly.

Presiden Mesir Hosni Mubarak memperingatkan para aktivis setempat untuk tidak meniru aksi protes gaya Tunisia yang sukses menumbangkan Presiden Zine el- Abidine ben Ali. “Keamanan negara adalah prioritas utama karena dengan itu nasib sebuah negara dan rakyat dipertaruhkan,” tegas Presiden Mubarak dikutip kantor berita Mesir MENA. Mubarak juga telah menginstruksikan Adly yang menaungi kepolisian dan Lembaga Keamanan Nasional (Amnud Daulah) untuk mengambil tindakan tegas terhadap parapengunjukrasayanganarkistis. Pemerintah Mesir memperingatkan pengunjuk rasa bisa ditangkap polisi dan pemerintah mengancam akan mengerahkan demonstrasi tandingan. Bedanya, di Mesir muncul keraguan soal jumlah pengunjuk rasa yang benar-benar akan turun ke jalan. Sebab,warga sadar pengunjuk rasa antipemerintah akan menghadapi perlakuan keras dari polisi.

“Aparat keamanan akan memperlakukan semua upaya untuk melawan hukum dengan tegas,” kata direktur keamanan pemerintah. Mesir memiliki masalah sosial dan politik yang kurang lebih sama seperti yang dihadapi Tunisia.Kenaikan harga pangan, tingkat pengangguran tinggi, dan korupsi menjadi masalah utama Negeri Piramid itu.Namun,sejauh ini unjuk rasa antipemerintah hanya diikuti sedikit orang dan diperkirakan revolusi politik seperti di Tunisia belum akan terjadi di Mesir.Aksi demonstrasi besar-besaran selama beberapa hari di Tunisia hingga berujung tumbangnya Ben Ali telah memberikan inspirasi bagi rakyat Mesir.

Politik Mesir saat ini dalam suasana panas sejak pemilihan parlemen pada November 2010 lalu yang disapu bersih oleh partai berkuasa, Partai Demokratik Nasional (National Democratic Party/ NDP) pimpinan Presiden Mubarak. Partai oposisi dalam pemilihan anggota parlemen tersebut hanya kebagian 15% dari 508 kursi yang diperebutkan. Pemilu tersebut akan menentukan pemilihan presiden pada November 2011.Presiden Mubarak yang berusia 83 telah berkuasa selama 30 tahun sejak terbunuhnya Presiden Anwar Sadat pada 1981. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/378185/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford