Ikhwanul Muslimin Bermain Hati-hati

PERSAUDARAAN Muslim atau lazim dikenal sebagai Ikhawanul Muslimin (IM) bermain sangat hati-hati dalam revolusi menggoyang kekuasaan Presiden Hosni Mubarak kali ini.

Ada apa di balik sikap hati-hati IM? IM selama ini dikenal sebagai organisasi oposisi yang bermain sangat rapi dan bersih. IM selalu menjadi sasaran empuk konflik politik selama 30 tahun di Mesir di bawah kekuasaan Mubarak. Pada awal demonstrasi meledak, IM menjadi “kambing hitam”, meski para pemimpin organisasi itu berterus terang bahwa mereka hanya memainkan peranan kecil dalam menggerakkan revolusi Mesir.

Tetap saja masih banyak kubu yang tidak percaya IM tidak ikut bermain dalam revolusi Mesir kali ini. Sikap hati-hati IM merupakan taktik pencitraan organisasi agar namanya tidak tercoreng karena demonstrasi besar-besaran tersebut justru berdampak kerusuhan dan penjarahan.IM ingin menegaskan identitas organisasi sebagai kelompok cinta damai. Para pendukung IM di garis bawah justru menjadi pemain utama di lapangan.

Mereka tidak mengindahkan imbauan dari pemimpin mereka untuk bersikap hati-hati. Buktinya, salah satu pemuda yang menjadi simpatisan IM menjadi martir pertama yang tewas ditembak ketika demonstrasi di Kementerian Dalam Negeri,Jumat (28/1). “Ini (penggulingan Mubarak) merupakan tujuan kami,” ujar Mohammed Mahdi Akef, pemimpin IM yang pensiun pada tahun lalu, pada usia 82 tahun, kepada Washington Post.

“Kami ingin menjadi bagian struktur gerakan masyarakat.” Tapi masyarakat Mesirlah yang memulai gelombang penggulingan Mubarak dengan baju baru.Mereka tidak menggunakan kendaraan politik lama.Gerakan tersebut menunjukkan bahwa pihak yang menggulingkan Mubarak adalah rakyat, bukan partai politik atau kelompok politik. Memang harus diakui, dengan baju lama IM, yang telah puluhan tahun tertindas, justru bergerak lambat.

IM yang bertujuan mendirikan ”negara Islam Mesir” sebenarnya masih memiliki kemampuan untuk memprovokasi rakyat. Tapi gerakannya yang dipersempit pemerintah menjadikan mereka tidak bisa bersikap.Pada awal demonstrasi digelar, para pemimpin IM pun ditangkapi. “Peristiwa ini lebih besar dibandingkan gerakan individu atau pemain politik,” ujar Hossam Bahgat, Direktur Eksekutif Inisiatif Mesir untuk Hak-Hak Pribadi.“IM justru memilih tidak ikut bermain.”

Menurut Bahgat, beragamnya elemen masyarakat dalam demonstrasi di Mesir justru memberikan sebuah pelajaran bagi IM. “Mereka (IM) kini berpikir bahwa mereka bukan lagi representasi mayoritas rakyat Mesir,”paparnya. IM didirikan pada 1928 terinspirasi dari Young Men’s Christian Association (YMCA/Asosiasi Pemuda Kristen) dan dilarang sejak 1948.Kelompok itu ditekan terus pada masa pemerintahan Gamal Abdel Nasser pada 1950-an dan 1960-an.

Meski ditekan dari kanan dan kiri, serta depan dan belakang, IM tetap sabar. Bisa jadi, organisasi politik paling kuat dan sabar di dunia adalah IM. Akef, yang pernah dijatuhi vonis mati pada 1954,tetapi dipenjara selama 20 tahun,sebelum menjadi pemimpin IM merupakan tokoh paling disegani.“Jika kita memimpin (aksi demonstrasi), mereka (rakyat) akan berkorban untuk kita,” tutur Akef.

“Kita justru menginginkan kebebasan ini untuk semua rakyat.Kebebasan akan memberikan kebebasan bagi kita untuk bergerak.” Jika kebebasan terwujud dan Mubarak berhasil turun, maka IM akan lebih menekankan pada pendidikan Islam yang baik.Nantinya, kata Akef,rakyat Mesir mampu melepaskan diri dari ketergantungan dan keterikatan proyek Zionis- Amerika.

Persoalan kini, IM tetap bermain bukan hanya memikirkan prospek jangka pendek,tetapi justru melihat jangka panjang. Menurut Jon Alterman,Direktur Program Timur Tengah pada Pusat Kajian Strategis dan Internasional,IM merupakan organisasi yang bertahun- tahun telah dilatih untuk memiliki kesabaran yang tangguh. “Tidak ada keuntungan yang bisa dilihat saat ini,”tuturnya.

Banyaknya anggota IM yang turun ke jalan dan bergabung dalam demonstrasi merupakan bentuk kekecewaan terhadap kepemimpinan IM. Mokhtar Nouh, pengacara yang juga anggota IM, menganggap organisasinya justru telah melemah seiring waktu.“IM bergerak sangat lambat,”katanya, “saya pun memilih bergabung ke jalanan.” (WP/NYT/Al Jazeera/ andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/379288/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford