Openleaks Jadi Rival WikiLeaks

LONDON (SINDO) – Situs peretas WikiLeaks kini menghadapi tantangan terbesar dalam beroperasi setelah sebuah situs peretas lain kemarin resmi diluncurkan sebagai pesaing utama mereka.

Openleaks.org adalah pesaing situs peretas informasi rahasia yang sebelumnya hanya dipegang Wiki- Leaks. Para pendiri Openleaks.org adalah mantan pendiri WikiLeaks yang kecewa dengan arogansi Julian Assange dalam menjalankan situs yang “menggoyang” pemerintahan Amerika Serikat (AS) itu. “Itu (arogansi Assange) melemahkan WikiLeaks,” ujar salah satu pendiri Openleaks.org, Daniel Domscheit-Berg, dalam video dokumenter yang ditayangkan di jaringan televisi Swedia,SVT.

Dia menuturkan, WikiLeaks terlalu fokus terhadap satu orang dan satu orang itu selalu lebih lemah dibandingkan sebuah organisasi. Dalam sebuah email yang dikirim kepada CNN, Domscheit- Berg mengungkapkan, kelompoknya berharap akan meluncurkan situs tersebut pada Senin (kemarin). Sama seperti WikiLeaks, situs Openleaks.org menyebarkan informasi rahasia dari sumber yang dirahasiakan.

Bedanya dengan Wiki- Leaks, Openleaks akan melindungi dan menghapus nama-nama yang terdapat dalam data yang dibocorkan. Tujuan utama Openleaks adalah membantu orang dapat menyampaikan informasi kepada sumber informasi dan organisasi lain tanpa perlunya identitas. Openleaks juga akan menerima informasi rahasia dari sumber mana pun. Namun, Openleaks belum tentu akan memublikasikan informasi secara bebas.

Pihak yang boleh membaca informasi itu adalah pihak yang dipilih secara khusus oleh Openleaks, seperti organisasi media atau badan pengawas tertentu. Sebagai permulaan, Openleaks akan bermitra dengan lima kantor berita di dunia. Domscheit-Berg berharap bahwa kerja sama akan diperluas untuk siapa saja yang ingin berpartisipasi. “Surat-surat kabar, organisasi nonpemerintah,serikat buruh,dan siapa saja yang ingin mendapatkan informasi dari sumber-sumber anonim.

Kami melibatkan semua pihak untuk menjalankan penyebaran informasi,” papar Domscheit- Berg. “Dengan begitu, informasi rahasia bisa diperoleh, tanpa terbentur persoalan hukum atau politik yang kini menimpa WikiLeaks.” Domscheit-Berg mengatakan, WikiLeaks mempertaruhkan “apa yang mereka miliki” dengan pembongkaran ratusan ribu dokumen rahasia AS dalam kurun waktu lima bulan.

“Menurut saya, hal terbijak adalah kita harus melakukan semuanya secara perlahan-lahan, selangkah demi selangkah, untuk membangun program.Tapi, hal itu tidak terjadi,”ujarnya. Domscheit-Berg memang dikenal sangat frontal dalam berkonflik dengan Assange. Dia pernah dipaksa berhenti bekerja dari WikiLeaks sejak September lalu. Dia pun memilih untuk berhenti. “Anda tidak bisa membayangkan betapa bahagianya saya keluar dari WikiLeaks,”cetusnya.

Selain meluncurkan situs Openleaks, Domscheit-Berg juga akan menerbitkan sebuah buku berjudul Inside WikiLeaks pada Januari mendatang. Dia menceritakan pengalamannya kala bekerja untuk situs pembocor dokumen yang menjadi sorotan global dua pekan ini. “Pengalaman saya ketika berada di situs paling berbahaya di dunia”adalah satu subjudul dalam bukunya itu. Harian Swedia,Dagens Nyheter, mengutip sumber internal Openleaks, melaporkan bahwa situs baru tersebut berfungsi sebagai perantara.

“Openleaks tidak memiliki agenda politik kecuali memberikan informasi kepada media, publik, organisasi nirlaba, serikat buruh dan perdagangan, dan kelompok masyarakat lainnya,” kata sumber tersebut. Domscheit-Berg mengkritik WikiLeaks yang mengumandangkan transparansi kepada semua pihak tetapi di dalam organisasinya sendiri justru tidak transparan. “Jika Anda menasihati orang lain agar transparan, maka Anda sendiri harus transparan juga.

Minimal Anda harus memiliki standar yang sama,”ujarnya. Pengurus WikiLeaks lainnya yang keluar dari organisasi itu juga karena tidak cocok dengan Assange memandang bahwa pendiri WikiLeaks itu tidak mendengarkan suara dari bawah.“Sikap yang menyebalkan dari Julian adalah kepemimpinan yang sangat arogan,”kata Herbert Snorreson. Sementara, Juru Bicara Wiki- Leaks Kristinn Hrafnsson tidak ingin mendiskusikan konflik antara Assange dan anggota lainnya.

“Saya jarang berdiskusi dengan orang-orang tersebut, hanya sedikit orang yang tidak tertarik lagi dengan WikiLeaks,” katanya. Memang WikiLeaks menjadi pembicaraan terpanas saat ini. Bukan mendadak tenar, tapi situs WikiLeaks.org sebelumnya sudah pernah membuat gempar. Tepatnya di bulan Juli 2010, ketika situs nirlaba itu membocorkan puluhan ribu dokumen rahasia milik AS mengenai perang di Afghanistan. Dokumen itu kemudian dibocorkan ke laman publik WikiLeaks. (CNN/AOL/Forbes/andika hm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford